Semangat Awang Faroek Ishak
Opini: Rizal Effendi
Tanggal 31 Juli 2022, Pak Awang Faroek berulang tahun yang ke-74. Semua orang memuji melihat kesehatan Pak Awang yang semakin baik. “Alhamdulillah, Pak Awang tambah sehat,” kata handai tolan, yang memberikan ucapan selamat, Minggu kemarin.
Belakangan, kesehatan Pak Awang tidak terlalu bagus. Beberapa kali masuk rumah sakit. Bahkan pernah dikabarkan wafat, termasuk ketika putra sulungnya, Awang Ferdian Hidayat meninggal dunia. “Alhamdulillah, Ayahanda sehat,” kata putrinya, Dayang Dona Walfiares Tania, yang sekarang jadi ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim.
Siapa yang tidak kenal Pak Awang Faroek, yang juga akrab dipanggil AFI, inisial dari Awang Faroek Ishak. Jika lengkap dengan gelarnya, maka Pak Awang ditulis Prof Dr Drs H Awang Faroek Ishak, MM, MSi.
Jabatan Pak Awang saat ini adalah anggota DPR RI dapil Kaltim dari Fraksi Nasdem. Meski berkursi roda, dia aktif dan rajin menjalankan tugasnya. Semangat Pak Awang itu dapat apresiasi dari berbagai pihak. Termasuk Presiden Jokowi, yang beberapa kali bertemu. Saat Rakernas Nasdem di Jakarta pertengahan Juni lalu, Pak Awang juga hadir. Kader Nasdem dari Kaltim tambah semangat di arena Rakernas melihat kehadiran mantan gubernur Kaltim ini. Apalagi juga ada Pak Isran, gubernur penggantinya.
Gubernur Provinsi Rondonia, Brazil, Confucio Moura juga sempat memuji semangat Pak Awang. “Luar biasa Pak Gubernur Kaltim ini. Meski di atas kursi roda tetap bisa memimpin kita,” kata Moura dalam acara pertemuan para gubernur dunia di forum The Green Climate Fund (GCF), di mana Pak Awang sebagai ketua.
Pak Awang dilahirkan di Tenggarong, 31 Juli 1948. Ia merupakan putra ke-11 dari 13 bersaudara pasangan Awang Ishak dan Dayang Johariah, seorang tokoh pamong praja di Kaltim. Salah seorang kakak Pak Awang adalah Awang Faisyal, yang pernah menjadi bupati Kutai dan Pembantu Gubernur Wilayah Selatan.
Dia sebenarnya guru. Pernah menjadi dosen saya di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Pendidikan S1-nya diraih di Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Malang tahun 1973. Di kampus yang sama, dia meraih magister manajemen (1997) dan magister Ketahanan Nasional di UI (1998). Dia mendapat gelar profesor tamu dari Universitas Victoria, Melbourne, Australia.
Tapi dia memang aktif berorganisasi. Apalagi jabatannya waktu itu sangat strategis di era Orde Baru. Yaitu ketua Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) dan ketua KNPI Kaltim. Saya pernah ditangkap Kopkamtib gara-gara mendemo KNPI masuk GBHN.
Dari organisasi itu, Pak Awang direkrut Golkar. Jadi pengurus, yang kemudian mengantarkannya jadi anggota DPR RI dua periode, mulai tahun 2008 sampai 2018. Wajah Pak Awang sering tampil mewarnai perpolitikan nasional.
Gara-gara belakangan dianggap terlalu vokal dan mulai menyentil pemerintahan Soeharto, Pak Awang disisihkan. Dia balik ke Pemda Kaltim menjadi staf ahli dan kepala Bapedalda. Ketika ada pemekaran Kabupaten Kutai, dia ditunjuk sebagai Plt Bupati Kutai Timur dan mengantarkannya menjadi bupati Kutim definitif tahun 2000.
Jabatan bupati tak sampai habis, karena Pak Awang mengikuti pemilihan gubernur Kaltim. Tapi kalah lalu menganggur. Ikut lagi pemilihan bupati Kutim tahun 2005, menang lagi. Mundur lagi karena ikut pemilihan gubernur lagi. Sekali ini dia menang dan mulai 2008 memangku jabatan orang nomor satu di Kaltim.
Selama memimpin Kaltim banyak terobosan pembangunan diprakarsai Pak Awang. Ada yang sukses, ada yang terhambat. Mulai jalan tol Balsam, jembatan kembar Samarinda, perluasan Bandara Aji Sultan Sulaiman Sepinggan, Bandara APT Pranoto Samarinda, jembatan tol Balikpapan-PPU, kerjasama pembangunan kereta api dengan Rusia sampai kawasan ekonomi khusus (KEK) Maloy.
Semua orang masih ingat betul jika Pak Awang memberi sambutan. Kalau belum menyinggung rencana pembangunan KEK Maloy, maka belum ada tanda-tanda akan berakhir. Padahal sambutannya sangat panjang. Bahkan pernah dapat “surat cinta” ketika sambutan di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Meski tak berhasil diwujudkan, toh kerjasama dengan Rusia sangat berarti dalam peningkatan kualitas SDM di daerah. Pak Awang banyak mengirim anak-anak Kaltim mengikuti program beasiswa belajar di Negeri Beruang Merah itu.
Pembangunan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) tidak lepas dari semangat Pak Awang. Ketika saya dan Pak Awang ditawari membangun ITK oleh Pak M Nuh, menteri pendidikan saat itu, langsung saja kita sambut. Padahal waktu itu belum ada persiapan apa-apa.
Pak Awang sempat tersandung dalam divestasi saham KPC ketika menjadi bupati Kutim. Tapi berkat perjuangan dan kemampuannya meyakinkan Kejaksaan, perkara itu akhirnya di-SP3. Dari kasus itu, Pak Awang membuat buku berjudul “Divestasi saham KPC: Memperjuangkan Hak Rakyat Kalimantan Timur.”
Ketika masih menjabat gubernur Kaltim, Pak Awang juga sempat berselisih paham dengan Haji Rusli, pemilik Hotel Mesra dalam urusan mengelola SMA 10 atau SMA Plus di Samarinda Seberang. Akibatnya, sekolah itu tersendat. Padahal, itu sekolah terbaik di Kaltim. Juga nasib Rumah Sakit Islam Samarinda, eks RSU lama yang dihentikan operasionalnya.
Orang mengira setelah purnatugas dari gubernur, Pak Awang akan beristirahat. Ternyata tidak. Dia ikut lagi pemilihan anggota DPRI RI. Terpilih lagi dan masuk lagi ke Senayan tahun 2019 lalu. “Iya, memang semangat beliau luar biasa,” kata Pak Safaruddin, rekannya di DPR RI sama-sama Dapil Kaltim.
Saya ketemu Pak Safar, Minggu kemarin di acara senam KKSS di Balikpapan Baru. “Kita lagi reses,” katanya. Mantan Kapolda Kaltim ini, sekarang ketua DPD PDIP Kaltim. Dia banyak bercerita tentang situasi politik di Tanah Air termasuk tentang Kaltim dan Pak Awang.
Inspektur Pijai
Pak Awang punya hobi menyanyi. Acara formal apalagi santai selalu ada acara nyanyi. Terkadang dia mengundang penyanyi senior seperti Vina Panduwinata dan Dewi Yull. Pernah nyanyi bareng dengan Iwan Fals. Terkadang dalam beberapa acara kunjungan kerja, dia sengaja membawa pemain keyboard dari Samarinda, yang sudah hapal dengan lagu-lagunya.
Salah satu lagu yang saya ingat sering dinyanyikan Pak Awang adalah Balada Pelaut. Lagu dari Manado. “Siapa bilang pelaut mata keranjang. Kapal bastom lapas tali lapas cinta. Siapa bilang pelaut pambatunangan. Jangan percaya mulut rica-rica.”
Dulu, ketika masih sehat, Pak Awang juga suka berolahraga. Pernah bermain tenis, lalu pindah ke lapangan golf. Seru juga bermain golf dengan Pak Awang. Dia bilang dirinya seperti Inspektur Pijai dalam film India. Selalu menang di hole terakhir. Saya sempat satu paring. Mainnya penuh senda gurau.
Banyak yang bertanya apakah Pak Awang akan mencalonkan lagi di DPR RI pada Pemilu 2024? Belum ada yang bisa menjawab. Ada yang menyarankan agar beliau lebih banyak istirahat untuk menjaga kesehatannya. Tapi dilihat dari semangat dan jiwa yang dibangun Pak Awang, sepertinya dia tak ingin duduk seperti laskar yang tak berguna.
Selamat berulang tahun ke-74, Pak Awang. Dengan segala kelebihan dan kekurangan, kita semua tetap sayang dengan Pak Awang. Kita doakan beliau tetap sehat.
Saya sering bilang kepada anak-anak milenial. Kalau mau belajar semangat hidup dan berkarya, salah satu guru terbaik adalah Pak Awang Faroek Ishak. AFI yang tak pernah padam.(*)