KLIKSAMARINDA – Kancah literasi di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin berwarna. Bukan tanpa alasan warna itu makin menguat tat kala terbit sebuah buku di tengah pandemi Covid-19 yang tengah mengganjar dunia dengan dampak prismatisnya serta di alam bulan Ramadhan dengan segala berkahnya.
Buku itu lahir dari tangan seorang pemikir sekaligus pemerhati lingkungan, Yustinus Sapto Hardjanto. Judulnya “Bima di Timur Borneo”. Buku ini mengangkat perjalanan dan karier politik sosok pemuda asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kini ada di Katim. Terbit Mei 2020, buku ini mengisahkan perjalanan pemuda itu di antara belantara politik Kaltim kontemporer.
Dialah Syafruddin, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kaltim. Menurut pengantar buku dari Yustinus Sapto Hardjanto, dalam dunia politik kontemporer di Kalimantan Timur, Syafruddin termasuk salah satu yang menang banyak. Memulai karir politik dari aktivis mahasiswa, Syafruddin menjadi seorang pemetik dan penikmat buah reformasi. Latar belakang aktivisme Syafruddin jauh dari hiruk pikuk dan heroisme gerakan reformasi.
“Menjadi mahasiswa dan aktivis sesudah reformasi tak membuat Syafruddin kecil hati. Karena keberaniannya dengan cepat dia menonjol. Keberanian itu pula yang membuat namanya meroket ketika memilih untuk bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa versi Muhaimin Iskandar saat PKB diguncang konflik internal,” ujar Yustinus dengan cakap.
Syafruddin kemudian menjadi Ketua DPW PKB Kaltim. Kedudukan yang awalnya ditawar-tawarkan tetapi tak ada yang mau. Meski begitu banyak yang merasa tak rela dan terganggu ketika Syafruddin memangku kedudukan itu.
Syafruddin terus dirisak saat PKB Kaltim berpayung mendung dalam pemilu 2009. Namun ketika pemilu 2014 berhasil membalikkan prediksi dan kursi DPRD Provinsi Kaltim berhasil kembali diraih, banyak yang menyebut itu sekedar kebetulan dan keberuntungan belaka.
Pada pemilu 2019, Syafruddin melakukan double strike dengan berpindah daerah pemilihan. Dari Dapil Bontang, Kutim dan Berau ke Dapil Balikpapan. Balikpapan adalah dapil neraka, kuburan politisi dari Samarinda dan PKB belum pernah memperoleh kursi dari sana.
Keberanian untuk membuktikan diri terbukti ampuh. Syafrudin memperoleh kemenangan ganda, membongkar mitos dapil neraka sekaligus memperoleh kursi DPRD Provinsi Kaltim untuk periode yang kedua. Balikpapan gagal mengubur perjalanan politik Syafruddin.
Nah, pada Rabu 20 Mei 2020, buku tersebut menjadi pijakan diskusi dalam jaringan (daring) dengan narasumber penulis Yustinus Sapto Hardjanto dan Ketua PKB Kaltim Syafruddin.
“Ini berawal dari keisengan sebenarnya. Tapi jadi serius. Tapi sebenarnya ada hal yang ingin saya wariskan lebih kepada keluarga saya. Saya ingin cerita kepada mereka bahwa perjuangan itu tidak mudah, bahwa menghadapi tantangan zaman itu tidak mudah. Saya sudah lama ingin membuat cerita dalam sebuah buku. Sebetulnya bukan untuk umum. Niatnya saya ingin generasi penerus saya agar memahami perjuangan itu keras dan berporses. Saya ingat sebuah peribahasa “Setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya. Saya dipanggil di kampus Kak Bima. Itu ide awalnya, dari nama panggilan saya. Bukan karena saya orang Bima,” ujar Syafruddin.
“Buku tidak pernah mati. Semoga generasi penerus saya bisa membaca buku ini dan mengerti tentang perjuangan hidup,” tandas Syafruddin. (*)