Opini

Dubes Seychilles

Opini: Rizal Effendi 

Terbang ke Kaltim pekan lalu, Dubes Seychelles Nico Barito, yang juga utusan khusus negaranya untuk ASEAN membuat langit Kaltim jadi biru. Karena misinya memang menyukseskan program ekonomi biru (blue economy), yang sudah dicanangkan di Kabupaten Berau sejak 3 Juni 2021.

Pencanangan di Pulau Maratua dua tahun lalu itu dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Trenggono dan Presiden ke-3 Republik Seychelles Alix Michel sebagai pemrakarsa ekonomi biru.

“Kita datang untuk menindaklanjuti program tersebut,” kata Nico. Karena itu dia datang bersama tim ekonomi biru Seychelles, Jonathan Turner dan Andy Hamflett dari Inggris dan pendiri institusi NLA serta Laksamana Muda Nick Lambert, yang aktif dalam pemetaan geologi dan pendataan potensi kelautan di dunia sebagai solusi bisnis untuk ekonomi biru.

Republik Syechelles sangat asing di telinga kita. Ini negara di kepulauan Samudera Hindia, yang mencakup 115 pulau. Luas wilayahnya hanya 459 Km2, lebih kecil dari Balikpapan yang mempunyai luas 503 km2. Penduduknya hanya 100 ribu jiwa. Pendapatan terbesarnya dari sektor pariwisata. Tapi juga mengembangkan sektor perkebunan dan perikanan.

Penampilan Dubes Nico Barito juga menarik. Perawakannya memang tinggi besar seperti umumnya orang bule. “Sebenarnya beliau berdarah Dayak Pontianak tapi menjadi warga negara Seychelles. Makanya dia pintar berbahasa Indonesia,” kata Dr Meiliana, ketua Tim Percepatan Pengembangan Maratua, yang menyambutnya.

Setelah mendarat di Bandara Sepinggan, Dubes langsung ke Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Timnya juga sempat menyeberang ke Maratua. Mereka menyosialisasikan makna ekonomi biru bagi Kaltim dengan mengandalkan nilai keanekaragaman hayati alam bawah laut sebagai aset yang dapat dikonversi menjadi sumber pendanaan untuk percepatan pembangunan ekonomi kelautan, wisata eko-marina, penangkapan dan proses ikan yang bertanggung jawab serta percepatan pembangunan ekonomi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Kaltim.

Menurut Bank Dunia, ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan mata pencaharian sekaligus pelestarian ekosistem laut.

“Bagi kita sangat penting untuk menciptakan laut yang sehat, aman, tangguh, dan produktif bagi  kesejahteraan bangsa dengan strategi pembangunan ekonomi biru yang menitikberatkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi pada aktivitas yang menetap di ruang laut,” kata Menteri Trenggono dalam satu seminar bertajuk implementasi ekonomi biru.

Dubes Nico mengusulkan kepada Gubernur Kaltim Isran Noor agar program ekonomi biru dapat dirasakan langsung oleh pemerintah dan masyarakat di daerah ini, maka Kaltim perlu menetapkan wilayah konservasi ekonomi biru sebagai percontohan dalam bentuk konsesi yang dapat diimplementasikan melalui badan usaha swasta, perusda, atau kemitraan.

Dalam forum group discussion (FGD) Ekonomi Biru yang berlangsung di Berau, Dr. Meiliana mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut adalah upaya bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemprov Kaltim, dan Pemkab Berau, yang peduli terhadap kemajuan Kepulauan Maratua sebagai pulau terluar di Indonesia. Selain bekerja sama pula dengan Pemerintah Seychelles.

Workshop ekonomi biru sebelumnya juga dilakukan di Kementerian Kelautan dan Perikanan dan di ASEAN Hi-Level Forum untuk ekonomi biru di Dubai Expo oleh Sekjen ASEAN dan Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk ASEAN bersama Menteri terkait dari negara ASEAN.

Wakil Bupati Berau, H Gamalis Hafid, mengapresiasi gagasan Pemprov Kaltim bekerja sama dengan negara Seychelles dalam mengembangkan program ekonomi biru di wilayahnya. “Kami yakin pasti baik untuk lingkungan dan kemajuan ekonomi dan masyarakat di daerah ini,” tambahnya.

Sangat Terkesan

Sebelum balik ke Jakarta, Dubes Nico Barito dengan tim ekonomi birunya sempat berkunjung ke lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Dia juga sempat bertemu dan makan malam dengan Wagub Kaltim Hadi Mulyadi di Restoran Ocean Balikpapan.

“Pak Dubes suka mencoba berbagai makanan. Di Tanjung Redeb kita makan durian dan kepiting Kenari. Kita juga sempat sarapan pagi di Depot Miki Balikpapan,” kata Meiliana.

Wagub Hadi Mulyadi menjelaskan bahwa Kaltim komitmen dengan program perbaikan dan penyehatan lingkungan dunia, meski ekonomi Kaltim bertumpu dengan pemanfaatan sumber daya alam seperti hasil hutan, batubara, minyak dan gas. Gubernur Isran sendiri tengah mengikuti pertemuan dunia masalah hutan di Meksiko.

Di lokasi IKN, Dubes disambut Thomas Umbu Pati Tena Bolodadi, deputi Bidang Pengendalian Pembangunan Otorita IKN. “Pembangunan infrastruktur IKN saat ini tengah berlangsung. Ada lebih seratus investor dalam dan luar negeri tertarik ikut berpartisipasi dalam pembangunan IKN,” jelasnya.

Mereka juga sempat bertemu dengan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kaltim yang baru, Hari Setiyono. Kebetulan Hari mendampingi Jamintel Kejagung Dr Amir Yanto, SH, MH untuk mengecek rencana lokasi pembangunan gedung Kejaksaan Agung di lokasi IKN.

Pembangunan Istana Kepresidenan, kementerian, dan lembaga diharapkan sudah rampung tahun 2024, di mana Presiden Jokowi menjadwalkan Upacara HUT  ke-78 Kemerdekaan RI bisa berlangsung di lokasi IKN.

Ketika bertemu wartawan di Samarinda, Kajati mengatakan pihaknya terlibat dalam menjaga kelancaran pembangunan IKN dengan menjalankan dua fungsi. Yakni melakukan pengamanan terhadap praktik penyelewengan yang bisa terjadi dalam kegiatan pembangunannya, dan juga pendampingan perdata berkaitan urusan tanah ketika ada permasalahan.

Dubes Nico sangat terkesan dengan lokasi IKN, yang berada di tengah-tengah hutan Kalimantan. Apalagi salah satu konsep pembangunan IKN adalah forest city. “Selain hutannya, nilai kekayaan alam laut Indonesia seyogianya dapat dijadikan cagar pendanaan untuk pembangunan IKN,” katanya mengusulkan.

Menurut Meiliana, kerjasama ekonomi biru dengan negara Seychelles memperkuat posisi Kaltim, yang sekarang ini mengangkat nama Indonesia sebagai negara pertama di Kawasan Asia Timur Pasifik yang menerima pembayaran dari program Bank Dunia (REDD+) untuk kegiatan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan.

“Kita juga belajar membangun dan mengembangkan kawasan wisata kepulauan, yang maju dan berwawasan lingkungan seperti di Seychelles untuk pengembangan Maratua,” tambahnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
DMCA.com Protection Status