Opini

Suwarna Abdul Fatah

Opini: Rizal Effendi (Wartawan senior Kaltim) 

Kalau ada mantan gubernur yang  rajin menghadiri HUT Kaltim setiap tanggal 9 Januari, niscaya itu  Suwarna AF. Nama lengkapnya Mayjen TNI (Purn) H Suwarna Abdul Fatah. Dia gubernur ke-9 Kaltim  setelah HM Ardans, SH, yang mulai bertugas tahun 1998.

Dia sudah berusia 78 tahun. Panjang umur. Lahir di Bogor. Tanggal kelahirannya mudah diingat.  Soalnya tepat tanggal 1 Januari. Tahun 1944, setahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI. Usianya lebih tua enam bulan dari Pak Imdaad Hamid, mantan wali kota Balikpapan yang belum lama ini wafat.

“Meski saya tinggal di luar, saya tetap mencintai Kaltim. Saya tak bisa melupakan daerah ini,” katanya.

Suwarna baru saja menjalani operasi tulang belakang ketiga. Kondisinya sekarang relatif baik. “Alhamdulillah, sekarang lagi recovery,” katanya ketika saya hubungi lewat WA, pekan lalu.

Hari-hari ini, Suwarna banyak beristirahat di kediamannya yang sangat luas di Tapos, Bogor. Saya sendiri belum sempat ke sana. Konon lahannya sangat luas. Tidak sekadar tempat tinggal pribadi. Tapi area itu difungsikan juga menjadi semacam tempat wisata dan pertemuan. Di sana, ada fasilitas menginap, kolam renang, dan taman bermain.

“Silakan kalau mau bawa keluarga ke sini. Atau kalau ada rapat-rapat kantor sekaligus wisata,” kata Pak Suwarna pernah menawari saya. Alamat lengkapnya, Jalan Abdul Fatah, Kp. Tapos Tengah, RT 003/005, Nomor 24, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Di lokasi yang sama, dia juga mendirikan Yayasan Suwarna Abdul Fatah sejak Oktober 2018. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Tentu maksudnya untuk ikut menyejahterakan masyarakat, terutama warga yang tergolong tidak mampu.

Mantan kepala Bea Cukai Samarinda, Tonny Soenanto pernah berkunjung ke sana. “Senang bisa bertemu Pak Suwarna,” kata Tonny, yang datang bersama istrinya.

Hal yang sama juga dirasakan pengusaha Balikpapan Johnny Santoso, yang juga akrab. Bahkan Johnny sempat makan bersama dua pekan lalu. “Tadinya saya mau ke Tapos, ternyata Pak Suwarna ada di Jakarta. Kebetulan, jadi kami ketemu  dan makan di Taman Mini,” kata Johnny.

Bagi saya dan sahabat saya, Syafruddin Pernyata, tentu tak bisa melupakan Suwarna. Kami berdua wartawan yang banyak meliput kegiatan dia, sehingga terkadang kami diundang berdiskusi tentang berbagai masalah pembangunan daerah. Suwarna jugalah yang mendorong saya dan Syafruddin berkembang ke panggung lain, selain menekuni profesi wartawan.

Saya menjadi anggota MPR Utusan Daerah sampai menjadi wali kota Balikpapan, tak lepas dari peran Suwarna. Begitu juga Syafruddin Pernyata, yang tadinya dosen FKIP Unmul. Mulai diberi kesempatan menjadi kepala Biro Humas Pemda Kaltim, lalu kepala Dinas Pendidikan, kepala Perpustakaan sampai menjadi kepala Dinas Pariwisata.

“Ya beliau memang banyak mendorong kita berkembang. Pak Suwarna sangat perhatian, meski terkadang kita mengkritik kebijakan beliau dalam berbagai pemberitaan. Dia tidak marah,” kata Syafruddin.

Ketika menjadi gubernur Kaltim, Suwarna banyak melakukan langkah terobosan. Dia termasuk gubernur yang suka turun ke daerah. Safari Ramadannya sangat seru. Rombongan pejabat Pemda Kaltim diajak menerobos berbagai wilayah Kaltim. Bisa jalan darat berhari-hari, bisa juga menggunakan angkutan kapal menyusuri Sungai Mahakam.

Suwarna waktu itu punya cita-cita itu membangun Samarinda Baru di Samarinda Seberang. Makanya dia sempat memfasilitasi pembangunan gedung Kejati Kaltim di sana. Tadinya juga markas Polda Kaltim. Itu sebabnya juga di sana dibangun Stadion Palaran.

Tujuan membangun Samarinda Baru untuk mengurangi beban Samarinda Kota yang sangat padat. Juga termasuk untuk menghindari tekanan banjir. Sayang gagasan ini tidak sepenuhnya terwujud.

Suwarna pernah mengajak beberapa kepala daerah di antaranya Pak Awang Faroek (ketika menjadi bupati Kutim), termasuk saya sebagai wartawan, dan pengusaha Popo Parulian sebagai ketua Kadin, ke Vancouver, Kanada, September 2001. Kita mengunjungi negeri yang berbatasan dengan AS itu dan belajar operasi pemadaman hutan di sana, mengingat Kaltim saat itu banyak mengalami musibah yang sama. Kanada termasuk negara yang memiliki kemampuan dalam operasi pemadaman hutan, termasuk memproduksi alat-alat pemadam.

Dari Kanada, hari itu, 11 September 2001 kita mau menyeberang ke New York. Salah satu tujuannya, mengunjungi Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City. Kita sudah di dalam bus. Tahu-tahunya ada kabar WTC runtuh kena bom teroris Al-Qaeda. Kita kaget luar biasa. Terjadi penutupan berbagai jalur menuju Amerika. Terpaksa bus yang kita tumpangi balik kanan. Syukur masih ada satu pesawat – kalau tidak salah China Airlines – yang menerbangkan kami kembali ke Tanah Air.

Islamic Center

Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII 2008 pada masa Suwarna. Daerah kabupaten/kota beruntung dibangunkan berbagai fasilitas olahraga. Di Samarinda ada Palaran dan Stadion Sempaja, yang sekarang menjadi Gelanggang Olahraga Kadrie Oening. Di Balikpapan, ada Stadion Menembak dan stadion khusus tenis (Tennis Stadium). Di Tenggarong, ada stadion renang dan sepeda.

Sayang pada hari H pelaksanaan PON itu, Suwarna tersandung masalah. Sehingga sisa masa jabatannya diteruskan oleh wakil gubernur Drs. Yurnalis Ngayoh. Menyusul kemudian Sekprov Drs. Syaiful Teteng sempat menjadi pelaksana harian hampir dua minggu, sebelum Mendagri menetapkan Drs. Tarmizi Abdul Karim sebagai penjabat (Pj) sampai pelaksanaan Pilkada.

Suwarna termasuk orang yang tegar dalam menjalani masa-masa sulitnya. Semua itu dinilainya sebagai bagian dalam perjalanan hidup dan cobaan yang dia harus hadapi. Dia tetap mengikuti perkembangan Kaltim dan memberi masukan jika ada hal yang perlu dia sampaikan.

Gagasan mulia Suwarna adalah pembangunan kompleks Islamic Center Kaltim di Telok Lerong Samarinda. Lahannya seluas 120 ribu meter persegi milik PT Inhutani I, yang saat itu dimanfaatkan untuk tempat penggergajian kayu, kantor, dan perumahan. Berkat kegigihan Suwarna, Inhutani I mau menghibahkan lahan tersebut. Padahal lahannya sangat bernilai komersial.

Awang Dharma Bakti (ADB), yang waktu itu sebagai kepala Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, diberikan kepercayaan mempersiapkan pembangunannya. Sekarang, ADB juga yang menjadi ketua di sana setelah dia menjalani purnatugas.

Suwarna punya beberapa buku. Salah satu karyanya berjudul “Bangga Membangun Kaltim.” Dia ingin menunjukkan bahwa dia sangat mencintai Kaltim dan bangga ikut membangun daerah ini. “Insyaallah jika tidak ada halangan, saya akan datang,” ketika saya tanya rencananya pada HUT ke-66 Kaltim, 9 Januari 2003 mendatang, seminggu setelah HUT ke-79 dirinya sendiri.

Terima kasih Pak Suwarna. Kita juga bangga bersama Bapak. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
DMCA.com Protection Status