Opini

Pengurus Masjid

Opini Rizal Effendi

SUDAH dua bulan ini saya aktif jadi pengurus masjid. Tepatnya jadi Ketua Umum Pengurus Masjid Agung At Taqwa Balikpapan. Dulunya, saya boleh dibilang hanya ketua kehormatan. Tapi belakangan harus aktif karena ketua harian mengundurkan diri. Jadi hari-hari belakangan ini saya sering berada di masjid yang lokasinya bersebelahan dengan Kantor Wali Kota di Jalan Soedirman. Apalagi menjelang Ramadan tahun ini yang tinggal beberapa hari lagi.  Kita tahu Ramadan kali ini boleh dibilang untuk pertama kalinya kegiatan ibadah tarawih diperbolehkan kembali setelah kita diamuk wabah Covid-19 selama dua tahun. Tentu harus ada persiapan lebih.

Masjid Agung adalah masjid utama yang berada di wilayah kabupaten/kota yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. Di jenjang atas Masjid Agung, ada Masjid Raya di tingkat provinsi, Masjid Besar di tingkatkan kecamatan dan Masjid Jami’ di tingkat kelurahan/desa. Selebihnya masjid dengan status biasa di tingkat RT dan lingkungan. Selain masjid, di tingkat lingkungan ada musholla, langgar atau surau, yang bangunannya tidak terlalu luas dengan jamaah biasanya di bawah 100 orang.

Berdasarkan catatan lama saya, jumlah masjid di Balikpapan pada tahun 2020 berjumlah 457 buah dan 276 musholla. Jumlah ini di urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Kutai Kertanegara yang memiliki 802 masjid dan 902 musholla. Maklum daerahnya lebih luas. Di Samarinda terdapat 391 masjid dan 724 musholla.

Masjid Agung At Taqwa yang dibangun pada tahun 1958, persis tahun kelahiran saya, memiliki luas tanah wakaf sekitar 5.000 meter persegi dan luas bangunan mencapai 6.100 persegi. Beberapa tahun lalu pada era Wali Kota H. Imdaad Hamid masih bertugas, masjid ini direnovasi dan dinaikkan statusnya dari masjid besar menjadi masjid agung. Masjid berlantai tiga ini memiliki empat menara serta kubah masjid berwarna biru menggambarkan seperti masjid-masjid di Timur Tengah atau tepatnya seperti Masjid Nabawi.

Dari beberapa cerita, sebenarnya Masjid Agung At Taqwa sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda di tahun 1940-an. Pada Perang Dunia II, masjid ini hancur terkena serangan bom dari balatentara Sekutu. Waktu itu lokasi masjid berada di pesisir pantai. Karena khawatir terkena abrasi, maka pada tahun 1950-an tepatnya 1958 dibangun kembali dan dipindahkan lokasinya ke tempat sekarang ini.

Para pendiri Masjid At Taqwa disebutkan di antaranya Habib Ghasim Bahasim, Habib Ali Assegaf, H Abdul Malik, Kiai Kintang, H Sulaiman, H Bahrum, H Abdul Ghani, H Abdul Hasan, H Abdul Ramli, H Asnawi Arbain (Walikota Balikpapan 1974-1981), H Tharmiji Abbas serta para ulama dan tokoh masyarakat lainnya.

Selain Masjid Agung At Taqwa, ada dua masjid di Balikpapan yang bernilai sejarah. Masjid tertua di Balikpapan adalah Masjid Jami Al Ula di Jl Letjen Suprapto, Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat dekat rumah Pak Jamal Noor yang sempat menjadi ketua dan Bunda H Kasriah, tokoh PPP yang sempat menjadi anggota DPR RI. Konon sudah berusia 350 tahun ketika saudagar Bugis-Makasar berlabuh di sini. Meski di zaman kolonial tahun 40-an sempat dijatuhi bom oleh tantara Sekutu dan beberapa kali lingkungan perumahan di sekitarnya terbakar, Masjid Jami Al Ula tetap berdiri kokoh, sehingga warga setempat percaya masjid itu sangat keramat. Satu lagi masjid bersejarah yaitu Masjid Al Wustho di Karang Jati. Di masjid ini Presiden pertama Indonesia Bung Karno melaksanakan salat berjamaah ketika melaksanakan kunjungan kerja di Balikpapan tahun 1956.

Sekarang ini banyak masjid bagus dan nyaman di Kota Beriman. Ada Masjid Madinatul Iman di Balikpapan Islamic Center, yang dibangun era Pak Imdaad dan peresmiannya ketika saya masih bertugas sebagai wali kota tepat pada Hari Jadi Kota ke-120, 10 Februari 2017. Ada Masjid Istiqomah Pertamina Balikpapan yang manajemennya sangat bagus dan sekarang lagi direnovasi total.

Bulan lalu, saya ikut menghadiri dan meresmikan Masjid Al Ghafur di Jl Telaga Mas Batakan, Balikpapan Timur. Hebatnya masjid ini dibangun dan dibiayai penuh sekitar Rp2 miliar oleh pengusaha dermawan, H Karmin Laonggeng, SE direktur perusahaan catering PT Arco, yang juga Ketua Partai Berkarya Kaltim dan Ketua Dewan Kesenian Balikpapan. “Ini amanah keluarga,” kata H Karmin didampingi ketua masjid Mukiran, Spd, MM.

Saat ini tengah melakukan studi banding manajemen masjid kampus Ketua Yayasan Uniba Dr H Rendy Ismail ke Yogyakarta. “Masjid di kampus Uniba sudah rampung, kami ingin belajar pengelolaannya di Yogya,” kata Rendy didampingi pengurus masjid, Dr. Sugianto dan Drs Jailani, kemarin.

Anggota DPR Kaltim dapil Balikpapan Ir. H. Muhammad Adam Sinte, MT juga rajin ikut membiayai pembangunan masjid. Salah satunya Masjid Nur Akilah yang digagas Ketua LPM Teritip Andi Foli bersama warga. “Masjid penting untuk menjaga keimanan kita,” kata Pak Adam.

Dua pekan lalu saya sempat jumatan di Masjid Raya Samarinda. Lengkapnya Masjid Raya Darussalam di Jl KH Abdullah Marisie, Pasar Pagi. Nama jalan itu mengabadikan ulama besar di masjid terbesar kedua setelah Masjid Islamic Center yang dibangun Gubernur Kaltim H Soewarna AF. Makam alm KH Abdullah Marisie ada di kompleks masjid.

Waktu masih tinggal di Samarinda tahun 70-an saya sering salat di sana. Saya masih sempat salat Jumat dengan imam KH Abdullah Marisie. Suara beliau halus dan merdu. Sebelum dibangun di lokasi sekarang, berdiri lebih dulu Masjid Jami yang dibangun pada zaman Kesultanan Kutai Aji Muhammad Parikesit tahun 1925 tepat di bibir Sungai Mahakam. Tapi karena tak cukup lagi menampung jamaah, maka dibentuklah Yayasan Pembangunan Masjid Raya Samarinda tahun 1967 di era Wali Kota HM Kadrie Oening, yang terkenal itu. Berkat bantuan Gubernur Kaltim H Abdul Wahab Sjachranie dan HM Ardans SH, Masjid Raya Darussalam berdiri megah dengan luas 7.200 meter persegi dan mampu menampung 14 ribu jamaah.

Ada satu lagi masjid bersejarah, Masjid Jami’ Hasanuddin di kompleks Museum Mulawarman, eks Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara di Tenggarong. Masjid itu dibangun tahun 1874 oleh Raja Kutai Aji Sultan Sulaiman. Kini, namanya diabadikan pada Bandara Sepinggan Balikpapan. Kemudian diteruskan oleh cucunya Sultan Aji Muhammad Parikesit dan diprakarsai oleh Menteri Kerajaan yang Bernama Adji Amir Hasanoeddin dengan gelar Haji Adji Pangeran Sosronegoro. Nama menteri inilah yang diabadikan menjadi nama masjid.

Di masjid ini terdapat 16 tiang kayu ulin yang besar. Tadinya mau digunakan untuk adat ritual Kutai yaitu menduduskan putra mahkota, Adji Punggeuk. Namun calon raja ini meninggal dunia, sehingga 16 tiang kayu ulin itu digunakan untuk membangun masjid. Yang unik dari masjid ini, tidak ada digunakan satu paku pun dalam pembangunannya. Masjid hanya menggunakan tali dari kulit pohon.

PAK ANIES SALAT

Meski 15 tahun saya berpengalaman di pemerintahan dan sering sekali meresmikan masjid dan mengunjungi masjid dalam safari Ramadan, tapi ternyata tidak gampang juga memimpin masjid. Boleh dibilang, saya belum punya pengalaman, meski di tahun 70-an atau sekitar 50 tahun silam saya pernah menjadi Ketua Ikatan Remaja Masjid (Irma) Masjid Al Kautsar, Kompleks Prefab di Samarinda. Saya ingat betul ketua masjidnya adalah tokoh ulama yang sangat saya segani KH Hamri Has, yang terakhir menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim 2016-2021.

Sebagai ketua masjid, saya harus memahami tata kerja, uraian tugas dan prosedur kerja pengurus berikut program kerja masjid. Saya harus memahami beberapa istilah seperti bidang Idarah, Imarah dan Ri’ayah. Ada imam besar, imam rawatib, muazin dan bilal. Sebagai masjid agung juga harus banyak berkoordinasi dengan Pemkot, Kantor Kementerian Agama, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Baznas, Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya serta para kiai dan ustad.

Kelancaran dan kemakmuran masjid sangat tergantung dengan kelancaran program di bidang Idarah yang menangani bidang pengelolaan administrasi dan keuangan, bidang pendidikan dan kepemudaan. Bidang Imarah menangani pelaksanaan ibadah, peringatan hari besar Islam (PHBI), seni budaya dan kemasyarakat/Humas. Sedang bidang Ri’ayah yang mengurusi masalah kebersihan dan pertamanan, keamanan, pembangunan dan perawatan.

Sebagai imam besar Masjid Agung At Taqwa ditetapkan KH M Jailani Mawardi S Pdi dari Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Ustad Ahmad Gozali. Tugasnya selain memimpin kegiatan ibadah utama dan memberikan pertimbangan pada kegiatan amaliah, dakwah bil imarah, kajian Islam dan kegiatan sejenis, juga memilih imam rawatib, muazin dan bilal yang bertugas rutin. Imam rawatib itu adalah imam tetap yang bertugas memimpin salat berjamaah.

Repotnya tidak semua pengurus bisa aktif. Syukur masih ada wakil ketua H Marivani, S Ag, sekretaris Drs H Semauna Rizal, bendahara pengganti M Nafis, Korbid Idarah Drs HM Yusri Idris dan bidang pendidikan Dr Drs Sartono, MM, Korbid Imarah H Muhammadun S Pd I, bidang ibadah Drs Hari Supriyono, bidang PHBI H Murtafiin, S Ag, bidang budaya Miftahul Ulum dan bidang sosial/Humas HM Slamet Djunaedy MS, bidang kebersihan Assikin Nur dan bidang keamanan H Sarbini SH. Selain itu pengurus dibantu sekitar 30 petugas yang aktif di masjid seperti petugas keamanan, kebersihan, parkir dan sekretariat.

Sumber pendapatan untuk biaya pengelolaan masjid ada yang dari kotak infaq dan sedekah jamaah, infak  parkir, sewa petak, infaq acara nikahan dan titipan sendal/sepatu jamaah. Ada juga hibah dari pemerintah daerah. Untuk meningkatkan kesejahteraan umat kembali diaktifkan Unit Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah (UPZ) diketuai Khoiril Budiman menggantikan Rikmo Kuswanto.

Belum lama ini  Komisi Pengawas Masjid Agung At Taqwa yang dipimpin KH M Kasim Pallaju (mantan Ketua MUI Balikpapan) bersama Drs H Abdul Muis Abdullah (mantan Kamenag) dan dibantu Drs Jailani dan Bambang Saputra dari perbankan melakukan audit terhadap dana masjid dan beberapa rekomendasi sedang dilaksanakan untuk membenahi keuangan masjid, yang menjadi perhatian jamaah.

Ketika 34 gubernur se-Indonesia berada di Balikpapan dalam rangka kemah Presiden Jokowi di loakasi Ibu Kota Nusantara (IKN), dua minggu lalu, saya kaget ada dua gubernur yang menyempatkan salat subuh di Masjid Agung At Taqwa yaitu Gubernur DKI Jaya Anies Baswedan dan Gubernur Sulawesi Selatan yang baru dilantik, Andi Sudirman Sulaiman.

Beberapa jamaah langsung mengenali Pak Anies, yang kebetulan juga lagi ramai disebut-sebut sebagai salah satu calon presiden 2024. Ada yang minta foto bersama dan berbincang-bincang sejenak. “Senang saya bisa salat di masjid yang indah dan tertib ini,” katanya.

Sementara itu, belum banyak jamaah mengenali Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, meski sebelumnya dia sudah menjabat sebagai wakil gubernur. Andi dilantik awal Maret lalu menggantikan Nurdin Abdullah yang tersandung masalah. Adik dari Andi Amran Sulaiman, mantan Menteri Pertanian Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla (2014-2019) ini adalah gubernur termuda di Indonesia dengan usia 38 tahun. Tapi Andi di Balikpapan banyak bertemu warga asal Sulsel. Sebagian produk pertanian Sulsel banyak dikirim ke Kaltim termasuk Balikpapan.

Minggu lalu saya juga dilapori Imam Masjid Istiqlal sempat salat dhuhur di At Taqwa dan bahkan menjadi imam. Saya juga masih sering bertemu dengan ketua masjid sebelumnya Pak H Roem Arbain, meski sakit tetap rajin ke At Taqwa.

Ada juga jamaah tetap At Taqwa yang baru anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Balikpapan yaitu Dandim 0905 yang baru, Kol Inf Faizal Rizal Sip. Dia kerap berada di barisan jamaah subuh dan tak banyak diketahui jamaah. Kabarnya Pak Dandim bersama istri akan umrah bersama rombongan Pak Basir, pengusaha muda yang juga Ketua Nasdem Balikpapan, yang punya perusahaan travel haji. “Saya di belakang-belakang aja, Pak di masjid,” kata Pak Faizal.

Rumah dinasnya memang tak jauh dari At Taqwa. Dandim baru ini lagi semangat-semangatnya membangun masjid di halaman Markas Kodim 0905 samping Markas Kodam VI/Mulawarman.

Masih banyak tugas saya bersama pengurus lainnya menyempurnakan dan memakmurkan Masjid Agung At Taqwa. Beberapa bagian bangunan sudah mulai rusak dan harus dibenahi termasuk sekretariat masjid. Kita tengah menyiapkan ruang transit imam, khatib dan penceramah. Ada rencana juga kita membangun sekolah madrasah di sana. Membentuk koperasi masjid untuk kesejahteraan petugas dan menghidupkan kembali Irma-nya. Kebetulan beberapa waktu lalu ada membeli tanah di samping masjid seluas sekitar 829 meter persegi.

Menyambut Ramadan ini sudah siap Panitia Ramadan At Taqwa yang dipimpin ustad Drs Hari Supriono melaksanakan kegiatan ibadah Ramadan, mulai tarawih, tadarus Al Quran, qiyamul lail, ceramah dan kajian agama, pengumpulan zakat dan persiapan pelaksana salat Idul Fitri. Saya juga harus membina hubungan baik dengan RT dan warga tetangga masjid agar ikut terlibat memakmurkan masjid. Mudah-mudahan sampai akhir masa bhakti 2023 nanti semua bisa berjalan baik dan lancar. Marhaban ya Ramadhan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
DMCA.com Protection Status