Wehea-Kelay Kaltim Perlu Dieksplor Untuk Pelestarian Lingkungan
KLIKSAMARINDA – Bentang Alam Wehea-Kelay di Kalimantan Timur masih memiliki banyak potensi yang belum tereksplorasi. Untuk mengurai potensi itu, digelar lokakarya Identifikasi dan Pengelolaan Flora dan Fauna Terancam Punah di Bentang Alam Wehea-Kelay di Samarinda, Rabu 16 Februari 2022.
Ketua Forum Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-Kelay EA Rafiddin Rizal, menyatakan selain pelestarian satwa endemik, masih ada nilai-nilai ekonomi yang belum dianalisis di bentang alam Wehea Kelay.
EA Rafiddin Rizal yang juga menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kaltim menyebutkan, nilai-nilai ekonomi itu berbasis ekologi. Potensinya bisa menjadi jembatan untuk kesinambungan pengelolaan bentang alam Wehea-Kelay.
Saat ini, bentang alam seluas 532 ribu hektare itu dikelola kolaboratif oleh Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay. Anggota forum masing-masing mewakili dari pemegang konsesi pengelolaan hutan, perkebunan kelapa sawit, masyarakat adat, pemerintah, dan mitra pembangunan.
Menurut Rafiddin Rizal, upaya dalam menjaga tutupan hutan bisa menghasilkan pendapatan dengan nilai emisi yang dihargai dalam skema pendanaan karbon. Untuk mencari berbagai peluang ekonomi tersebut, Rafiddin Rzal menjelaskan, perlunya identifikasi potensi dari bentang alam yang dipelajari dalam lokakarya dua hari ini.
“Kami harapkan anggota forum memiliki kemampuan dalam praktik-praktik pengelolan terbaik yang akan menjadi cara utama dalam menjaga kelestarian jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar terancam punah,” ujar Rafiddin.
Selama ini, anggota Forum KEE telah memiliki pengetahuan dasar pengelolaan keanekaragaman hayati di wilayah kerjanya. Kemampuan tersebut terwujud dalam sejumlah Standard Operationg Procedure (SOP) untuk tiap konsesi, baik untuk konsesi kehutanan maupun perkebunan sawit.
Spesialis Konservasi Spesies Terancam Punah Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Arif Rifqi mengatakan, kemampuan anggota forum dalam mengidentifikasi keanekaragaman hayati di wilayah kerja mereka, menunjang operasional perusahaan.
Kemampuan tersebut dibutuhkan dalam proses sertifikasi pengelolaan lestari seperti ISPO/RSPO untuk perkebunan sawit atau PHPL/FSC untuk pemegang izin konsesi kehutanan.
Sertifikasi seperti FSC menyebutnya dalam istilah jenis langka dan terancam/rare & threatened. Selain itu, dalam pengelolaan Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ANKT) dikelompokkan di dalam kategori NKT 1.
Oleh karena itu, pengelolaan yang sejalan dengan praktik-pratik lestari lainnya penting untuk dapat diterapkan secara sinergis, efektif dan efisien.
“Namun apakah SOP yang dimiliki perusahaan tersebut, sudah sesuai dengan kebutuhan sertifikasi, atau apakah sudah efektif untuk diimplementasi di lapangan,” kata Arif.
Arif menambahkan, terkait implementasi masih perlu diperbarui lagi pengetahuannya. Antara lain seperti aturan-aturan sertifikasi pengelolaan lestari yang terus berkembang setiap tahunnya, sehingga perlu penyegaran informasi dan kemampuan untuk para anggota forum. Terutama status tumbuhan dan satwa yang terancam punah
Bina Swasta Sitepu dari Balai Penerapan Standard Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samboja mengatakan bahwa tidak sembarangan untuk menetapkan status terancam punah.
“Salah satu kriterianya adalah populasi kecil, terjadi penurunan populasi yang tajam dan spesies tersebut hanya ditemui di lokasi yang bersangkutan,” kata Bina dalam kesempatan yang sama.
Bina menjelaskan status terakhir tentang pohon endemik Kalimantan ada sebanyak 1433 jenis. Namun, jumlah tersebut masih bisa berkembang karena ditemukannya jenis pohon baru, atau pemecahan jenis dari pohon yang ada.
Pengetahuan-pengetahuan seperti ini yang menjadi keuntungan anggota forum KEE Wehea-Kelay.
Catatan Balai Penerapan Standard Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Bentang Alam Wehea Kelay terdapat tiga jenis tanaman yang perlu menjadi perhatian karena memiliki sejumlah status terancam punah.
Jenis tanaman Kaltim yang terancam punah
1. Jenis Dipterocarpaceae (pohon meranti): 15 CR, 12 EN, 14 VU, 12 NT;
2. Jenis Agathis borneensis (pohon damar) EN;
3. Jeni Eusideroxylon zwageri (pohon ulin): VU.
Adapun dari jenis satwanya, seperti diketahui bahwa ikon bentang alam Wehea-Kelay adalah orang utan. Selain orang utan, sejumlah satwa endemik lainnya juga hidup dan berkembang biak di sini.
Tri Atmoko dari Balai Penerapan Standard Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samboja mengatakan perlu pemonitoran berkala untuk melihat populasi dan kepadatan satwa endemiknya.
“Pemonitoran ini disesuaikan dengan karakter satwa tersebut,” ujar Tri dalam kesempatan yang sama.
Semisal, satwa yang sering beraktivitas noktunal. Pengamatan perlu dilakukan malam hari.
Pemonitoran berkala ini berguna untuk melihat perubahan populasi dan kepadatan yang akan menjadi bagian pengkinian data keanekaragaman hayati di Wehea-Kelay.
Bentang Alam Wehea Kelay
Bentang Alam Wehea-Kelay merupakan salah satu habitat penting bagi flora dan fauna di Pulau Kalimantan. Kawasan ini memiliki luasan sekitar 2% dari luas hutan di Kalimantan.
Bentang Alam Wehea-Kelay merupakan habitat bagi hampir 35% mamalia yang terdata di Kalimantan. Ada pula 41% burung terrestrial, 20% reptil, dan 46% amfibi.
Salah satu yang menjadi perhatian utama di dalam pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-Kelay adalah orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus morio).
Pelatihan selama dua hari ini (16-17 Februari 2022) digelar Forum Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-Kelay dalam rangka peningkatan kapasitas anggota forum. (*)