Kritik Wali Kota Samarinda Untuk Pertamina Soal Antrean Kendaraan di SPBU dan Pertamini

KLIKSAMARINDA – Permasalahan sosial sebagai dampak turunan dari distribusi bahan bakar minyak di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), belum sepenuhnya tuntas.
Permasalahan sosial tersebut antara lain adalah antrean kendaraan di sekitar Stasiun Pengisian Bahan Bakar atau SPBU dan merebaknya pengecer bbm. Kedua permasalahan sosial tersebut kerap bersinggungan dengan kasus meninggalnya warga kota Tepian.
Antrean truk yang akan mengisi bahan bakar minyak atau bbm jenis solar ini kembali mencuat. Terutama, permasalahan sosial ini mengemuka setelah terjadinya beberapa kali insiden kecelakaan yang melibatkan kendaraan truk yang tengah parkir menungggu giliran pengisian bahan bakar.
Publik Samarinda masih mengingat insiden kecelakaan di SPBU Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, 19 Oktober 2021 lalu. Dua orang generasi muda Samarinda dari Loa Bakung meninggal dunia setelah menabrak truk parkir antre bbm.
Kejadian terbaru adalah kecelakaan yang terjadi akibat pemotor menabrak truk yang antre bbm di Jalan Suryanata Samarinda, 2 Agustus 2022 lalu.
Sang pengemudi motor, Aditya Rinaldy (37), yang mengendarai Honda Revo hitam bernopol KT 2290 MV melaju dari arah Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) menuju Samarinda, sore hari.
ASN Sekkab Kutai Kartanegara (Kukar) ini mengalami kecelakaan dan menabrak truk bernopol DA 8503 BL. Truk itu diketahui tengah antre solar di SPBU di Jalan Pangeran Suryanata, Kampung Pinang RT 17, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu.
Akibat insiden itu, Aditya Rinaldy meninggal dunia saat di perjalanan menuju rumah sakit.
Rentetan kejadian kecelakaan yang melibatkan kendaraan truk yang sedang antre bbm mendapatkan perhaatian serius dari Wali Kota Samarinda, Andi Harun. Secara tegas, Wali Kota Andi Harun memberikan kritik kepada Pertamina sebagai penanggung jawab penyaluran bahan bakar minyak.
Menurut Wali Kota Andi Harun, permasalahan terkait dengan antrean kendaraan di sekitar SPBU hingga mengakibatkan beberapa kali kecelakaan merupakan tanggung jawab penuh dari Pertamina.
“Biang keroknya Pertamina. Mereka yang melakukan, Pemkot yang rame. Padahal ini tanggung jawab mereka,” ujar Wali Kota Andi Harun, Kamis 4 Agustus 2022.
Tak hanya itu, Wali Kota Andi Harun juga menilai bahwa masalah tersebut tidak akan berakhir selama Pertamina masih menganut dua jenis harga solar.
Selama ada dua harga solar, menurut Wali Kota Andi Harun, maka pasti di situ terdapat ruang permainan yang sangat besar.
Dengan begitu, dampaknya adalah pemanfaatan BBM tidak akan pernah efektif. Besar kemungkinan, menurut Wali Kota Andi Harum, ada kerja sama antara pengusaha.
Tak hanya menyoroti antrean kendaraan di SPBU, Wali Kota Andi Harun juga menyoroti permasalahan pertamini atau pengecer BBM di setiap sudut jalan yang ada di Samarinda.
Permasalah pertamini ini juga bersinggungan dengan meninggalnya warga Samarinda. Diketahui pada April 2022 lalu, 7 orang satu keluarga tewas akibat kebakaran yang terjadi setelah sebuah mobil menabrak ruko yang menjual bensin eceran.
“Pemandangan bensin eceran saat ini di mana saja. Padahal penjualan tersebut tidak memiliki izin Suplai BBM-nya patut dipertanyakan,” ujar Wali Kota Andi Harun.
Karena itu, dalam waktu dekat, Pemkot Samarinda akan secara tegas melakukan peringatan kepada para pelaku usaha eceran bbm di Samarinda untuk melakukan penertiban mandiri terhadap usaha eceran BBM mereka.
“Dalam beberapa hari ke depan, kami akan keluarkan surat peringatan kepada pertamini. Yang akan diberlakukan selama kurang lebih satu minggu atau satu bulan, agar mereka bisa membongkar sendiri,” ujar Wali Kota Andi Harun. (Pia)