Ke Mana Isran Berlabuh?
Opini: Rizal Effendi
Lama tidak terdengar, mantan gubernur Kaltim Isran Noor tiba-tiba membuat kejutan. Dalam suasana hari ulang tahun ke-12 Partai Nasdem, dia menyampaikan surat pernyataan pengunduran diri sebagai ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Kaltim.
Isran menjadi ketua Nasdem Kaltim masa bakti 2019-2024. Dia menggantikan H Harbiansyah Hanafiah. Meskipun tidak terlalu aktif langsung di partai, kader Nasdem di daerah ini sangat beruntung dan sangat membanggakannya. Karena Isran adalah gubernur yang sangat populer. Dia sempat mengutarakan niatnya lebih aktif di partai setelah purnatugas.
Saya sendiri terlambat mengetahui surat pengunduran diri Isran. Surat itu dibuat dan dikirim 10 November 2023 persis di Hari Pahlawan. Sudah beredar di media massa sehari kemudian. Tapi saya baru tahu dikirimi melalui WA oleh mantan wagub Hadi Mulyadi persis di perayaan HUT ke-12 Partai Nasdem, Minggu 12 November 2023. “Saya berani menyebarkannya karena sudah sepengetahuan Pak Isran,” katanya kepada Mediakaltim.com.
Banyak yang bertanya kepada saya, apa alasan Pak Isran mundur dari Nasdem? Dalam suratnya Isran hanya menyebut karena kesibukan. Tapi yang lebih mendekati penjelasan apa yang disampaikan Pak Hadi. “Tidak sepaham, begitu saja kata beliau,” ujarnya.
Setidaknya ada dua hal yang membuat Isran tidak sepaham dengan partainya. Pertama, soal keputusan Nasdem yang tidak membuka ruang bagi kadernya sendiri dalam urusan penetapan capres dan cawapres. Padahal Isran sejak lama sangat ingin berkompetisi dalam kursi kepemimpinan nasional.
Dalam Rakernas Partai Nasdem di Jakarta pertengahan Juli 2022 lalu, Isran sempat menyebut nama Prananda, putra ketua umum Surya Paloh. “Tapi kalau DPP mau memilih Isran Noor tidak salah. Sudah dapat dipastikan tidak ada pasangan lain yang bisa mengalahkan,” katanya pede.
Isran pernah mengikuti konvensi calon presiden yang digelar Partai Demokrat. Balihonya pernah terpasang di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Jakarta ketika dia menjadi ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) 2011-2015.
Alasan kedua Isran mundur persis seperti disampaikan Budiman, pengamat politik yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman (Fisipol Unmul). Selain sibuk dan berkaitan dengan urusan pilpres, juga soal ketidaksepahaman dalam masalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Isran pembela berat IKN. Dia termasuk orang yang meyakinkan Presiden Jokowi dalam penetapan lokasi IKN di Sepaku, PPU. Bagi orang Kaltim, IKN harga mati. Dia bahkan pernah bilang: “Yang tidak setuju IKN, pendek umurnya.” Sementara pasangan capres dan cawapres, Anies Baswedan dan Muhaimin (AMIN) dari Koalisi Perubahan yang didukung Nasdem, PKB dan PKS, tidak memasukkan pembangunan IKN dalam visi misinya.
Dalam berbagai pernyataannya, AMIN menegaskan tidak menolak IKN karena sudah ditetapkan melalui UU. Tapi mereka akan melakukan evaluasi agar IKN benar-benar melibatkan dan menjadi keputusan semua komponen bangsa, bukan keputusan seseorang.
Lagi Bisnis Karbon
Setelah meninggalkan Nasdem, banyak yang bertanya ke mana Isran berlabuh? Menurut Hadi Mulyadi, tidak ada niat Isran dalam waktu dekat ini bergabung dengan partai lain. “Beliau akan fokus pada bisnis karena ada perusahaannya yang bergerak di bidang bisnis emisi karbon,” jelasnya.
Partai Demokrat sudah melirik Isran. “Jika beliau masih mau aktif di politik, kami di Demokrat menyiapkan karpet biru. Artinya kembali ke rumah sebelumnya. Bukankah dulu beliau juga di Demokrat,” kata Ketua DPD Partai Demokrat Kaltim Irwan Fecho.
Isran sempat menjadi ketua DPD Partai Demokrat Kaltim tahun 2011-2014. Kemudian pindah menjadi anggota Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 2015-2016. Malah dia sempat menjadi Plt ketua umum menggantikan Letjen TNI (Purn) Sutiyoso yang mundur karena menjadi kepala BIN.
Ucapan Pak Hadi ada benarnya. Untuk sementara Isran tak berpartai. Tapi bisa jadi juga dia menjadi ketua pemenangan capres dan cawapres di Kaltim. Yang sangat memungkinkan dia bergabung ke Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo-Gibran.
Seperti disebutkan pengamat politik Budiman, Isran punya kedekatan khusus dengan Presiden Jokowi berkaitan IKN. Juga dengan Prabowo. Partai Gerindra mendukung Isran dalam Pilgub 2018. Isran juga mendukung Prabowo pada Pilpres 2014.
Ada juga yang bilang Isran lebih aman tidak berpartai. Jadi dia bisa ke mana-mana. Di luar AMIN, Isran berpeluang jadi menteri. Apakah yang menang Prabowo-Gibran atau Ganjar-Machfud. Ada kemungkinan ke depan ada jatah Kaltim di kabinet. Sebab, posisi Kaltim sangat strategis dengan kedudukannya sebagai lokasi IKN. Apalagi Kaltim cukup besar menyumbang devisa negara melalui ekspor sumber daya alamnya terutama migas, batubara dan kelapa sawit.
Isu Isran bakal diangkat menjadi menteri pertanian menggantikan Syahrul Yasin Limpo ada benarnya. Kapasitas Isran sangat mumpuni. Apalagi Isran memang lulusan Fakultas Pertanian Unmul. Rencana itu tak terwujud karena Isran ketua Nasdem Kaltim. Sementara hubungan Jokowi dengan Nasdem atau Surya Paloh dalam posisi tidak baik-baik saja.
Ke depan banyak posisi menteri yang bisa jatuh ke Isran. Selain Mentan, dia juga bisa menduduki posisi jabatan menteri kehutanan. Karena hutan terbesar ada di Kaltim dan Isran sukses menjaga hutan Kaltim sampai akhirnya dia mendapat dana karbon dari Bank Dunia. Itu sebabnya sekarang Isran mengaku berbisnis emisi karbon.
Bisa juga Isran dipercaya menjadi menteri dalam negeri (Mendagri). Karena dia sudah berpengalaman. Pernah menjadi bupati Kutai Timur (Kutim) dan gubernur Kaltim. Selain itu, dia pernah menjadi ketua umum APKASI yang memimpin seluruh bupati se-Indonesia dan ketua umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), yang mengomandani gubernur se-Indonesia.
Gagal menjadi menteri, Isran hampir pasti akan ikut bertarung lagi dalam Pilgub Kaltim bulan September 2024. “Kalau itu, sampai saat ini tidak ada yang berubah. Beliau akan tetap maju dalam Pilgub 2024. Tentang partai, katanya gampang nanti. Beliau akan tetap maju dengan saya,” kata Hadi Mulyadi, yang saat ini juga menjadi caleg DPR RI dan ketua Partai Gelora Kaltim.
Sepeninggal Isran, mau tidak mau, Nasdem harus mencari penggantinya. Kabarnya DPP sempat melirik Lutfi Andi Mukti, mantan bupati Luwu Utara menjadi Plt Ketua DPW Nasdem Kaltim. Tapi rencana itu batal. Kemungkinan Korwil Nasdem Kalimantan Sayid Abdullah Alkadrie, SH, MH, yang langsung membawahkan Kaltim.
Siapa yang bakal menjadi ketua Nasdem Kaltim definitif? Sepertinya masih dicari. Apakah dari klan Said Amin, yang sekarang pendukung Anies. Bisa saja Said mendorong putranya, Nabil Husein, bos Borneo FC, yang menjadi caleg DPR RI. Atau Awang Yacoub Luthman, pengurus PP dan ketua Nasdem Kukar.
Ada juga yang menyebut nama Dr Irianto Lambrie, mantan gubernur Kaltara yang sekarang menjadi caleg DPR RI dari Kaltara. Atau H Redy Asmara, pengusaha dan mantan ketua DPD Nasdem Balikpapan. Selain itu ada juga yang mendorong pengusaha sukses H Abdul Hakim Rauf, yang istrinya Yusdiana Hakim saat ini menjadi caleg DPRD Kota Balikpapan dari Dapil Balikpapan Utara. Kabarnya ada juga pemikiran mendaulat kembali H Harbiansyah Hanafiah atau mendorong Ketua Nasdem Berau Agus Tantomo, mantan wakil bupati, yang juga caleg DPR RI.
Kemarin ada teman yang menelepon. Dia mendorong saya menjadi ketua Nasdem Kaltim menggantikan Pak Isran. Punya pengalaman yang cukup karena pernah menjadi ketua Nasdem Balikpapan dan wali kota. Tapi saya tahu diri. Masih banyak kekurangan saya. Jadi pasti ada calon yang lebih baik untuk kepentingan Nasdem di masa datang. Saya fokus jadi caleg DPR RI No 7. Salam Restorasi! Bersatu, Berjuang, Menang. (*)