Mengurai Benang Kusut Industri Kelapa di Kaltim, Beberapa Upaya Menuju Kejayaan Ekonomi Terbarukan

KLIKSAMARINDA – Industri perkebunan di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menggeliat. Pada 2021 lalu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) menetapkan lima komoditas perkebunan unggulan.
Kelima komoditas unggulan Kaltim itu adalah kakao, kelapa, karet, kelapa sawit, dan lada.
“Sudah saatnya Kalimantan Timur berfokus untuk membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap tanaman perkebunan unggulan, khususnya kelapa dalam,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, Ence Achmad Rafiddin Rizal, ketika membuka Webinar Bincang Komoditas Perkebunan Lestari (Bingka) Kaltim, Selasa 22 Oktober 2024.
Pernyataan Rafiddin Rizal dalam Webinar Bingka Kaltim tersebut merujuk pada data volume ekspor kelapa bulat dari Badan Karantina Kementerian Pertanian.
Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir kelapa butir terbesar di dunia dalam kurun 2016-2020. Kontribusinya sebesar 58,37% terhadap total volume ekspor kelapa dunia.
Nilai ekspornya mencapai 61,9 ribu ton dengan tujuan ekspor ke Cina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Bukan hanya dari kelapa bulat, permintaan produk turunan kelapa juga tak kalah besar.
Semisal bungkil kelapa dengan total volume ekspor 15,2 ribu ton yang diminati India, Cina, Vietnam, Malaysia, dan Jepang.
Kemudian ada kopra dengan volume sebanyak 9,4 ribu ton dengan pasar Korea Selatan, Banglades, India, Pakistan, dan Filipina.
“Peluang ini yang harus kita rebut,” ujar Raffidin Rizal.
Sayangnya, di lapangan perkembangan kebun kelapa di Bumi Etam menunjukkan tren menurun.
Data Biro Pusat Statistik menunjukkan dalam kurun 15 tahun terakhir, produksi kelapa terjun bebas dari 20.382 ton pada tahun 2008 menjadi 7.843 ton pada tahun 2023.
Penurunan produksi ini sejalan dengan semakin berkurangnya luas areal tanaman kelapa karena beralih fungsi menjadi komoditi perkebunan lainnya seperti kelapa sawit dan peruntukan lainnya.
Selain itu, Rafiddin Rizal menjelaskan banyaknya tanaman kelapa yang sudah tua dan rusak. Di sisi lain, program pengembangan dan peremajaan belum berjalan dengan baik.
Padahal, Rafiddin menambahkan, Kaltim kaya akan sentra produksi kelapa.
Wilayah yang potensial untuk dikembangkan antara lain di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Samboja, dan Kecamatan Marang Kayu); Kabupaten Penajam Paser Utara; Kota Balikpapan (Kecamatan Penajam dan Kecamatan Balikpapan Timur).
“Kabupaten Berau yang memiliki garis pantai yang panjang, adalah salah satu cukup potensial untuk dikembangkan,” ujarnya.
Ia menaruh harapan besar dengan hadirnya para pakar bisa membuka peluang bagi petani dan para pemangku kepentingan di Kalimantan Timur untuk menggairahkan kembali kebun-kebun kelapa.
Kelapa dalam atau kelapa bulat merupakan sektor perkebunan yang masih perlu banyak perhatian di Kalimantan Timur.
“Kita perlu keroyokan atau kolaborasi untuk membangkitkan minat dan perhatian terhadap komoditas potensial ini,” ujar Manajer Senior Program Terestrial YKAN Niel Makinuddin yang ditemui terpisah.
Niel mengatakan pengembangan komoditas unggulan sejalan dengan arah pembangunan hijau. Apalagi Kaltim sedang getol-getolnya untuk mendorong sumber pendapatan alternatif dari industri yang terbarukan.
“Bayangkan nanti masyarakat lebih mengenal Kelapa Hijau Kaltim, Karet Kaltim, daripada batubara,” kata Niel.
Program ini diperkirakan akan memperkuat presepsi tentang provinsi yang memiliki jargon Kaltim Green ini. Kaltim bisa terdongkrak perekonomiannya dengan komoditas perkebunan unggulan.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka Bingka Kaltim ini diharapkan bisa menguraikan benang kusut industri kelapa di Kalimantan Timur.
Webinar ini terselengga atas kerja sama Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan (Forum KPB) Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Hadir sebagai narasumber secara daring Pengawas Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Viva Satriani, dan Periset Pusat Riset Tanaman Perkebunan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ismail Maskromo.
Hadir secara luring Ketua Perkumpulan Pengusaha Pangan dan Kuliner Nusantara Kaltim, Artha Mulya dan Ketua Koperasi Produsen Kriya Inovasi Mandara Kabupaten Penajam Paser Utama, Rusni Febriyanti. (Adv/Diskominfo Kaltim)