Laras
Opini Rizal Effendi
Sewaktu masih menjadi Wali Kota Balikpapan, saya tidak terlalu mendengar ada anak Balikpapan yang menjadi model dunia. Padahal dia sudah terkenal sejak tahun 2017, pada masa bakti kedua saya. Kalau saya tahu, pasti dia sudah diberi penghargaan warga berprestasi pada HUT kota. Maklum prestasinya sangat luar biasa. Saya kira di tahun mendatang, dia masih layak diajukan, bahkan pada HUT Kaltim.
Saya baru ngeh minggu lalu ketika melihat postingan ibu guru SMP KPS (Kontraktor Production Sharing) bersuka ria menyambut kedatangan siswinya, yang sekarang berprestasi hebat di dunia fashion. Wajahnya memang sangat ikonik dengan kulit cokelat yang eksotis. “Khas Indonesia banget,” tulis IDN Times.
Dia adalah Laras Sekar atau lengkapnya Laras Sekar Arum, anak kelahiran Balikpapan berusia 24 tahun atau tepatnya 15 Desember 1997, yang sekarang jadi model produk di Paris. Bahkan tengah merambah juga ke Amerika dan negara lain. Rasanya belum ada model Indonesia sehebat itu.
Minggu lalu, Laras pulang kampung. Dia menyempatkan diri datang ke sekolahnya, yang berada di Jalan Sport Nomor 1 Prapatan. Ibu dan bapak gurunya heboh bukan main. Mereka tak mengira Laras kecil sekarang tumbuh berkembang. Tinggi dan cantik. Pantas saja dia menjadi model dunia.
“Ampun kami kaget, dia mau datang menengok sekolahnya. Orangnya sangat tinggi,” kata Ibu Stevani Endah Purworini, MPd, wali kelas 2, yang akrab dengan Laras. Menurut data yang ada, tinggi badan Laras mencapai 171 cm dengan berat 45 kg.
Namanya seorang model, Laras muncul di sekolahnya dengan gaya yang tetap modis. Dia asyik berselfi-ria. Paling banyak dengan Bu Stevani. Maklum, itu ibu guru kesayangannya. Mereka saling peluk seakan orangtua kandung yang sangat gembira dikunjungi anaknya dari jauh.
Cukup lama Laras bernostalgia di sekolah. Malah dia masih sempat mengajak Ibu Stevani makan di warung padang. Selama pandemi Covid-19, ternyata Laras kembali ke Indonesia. Belakangan dia banyak di Bali. Dan kabarnya banyak kegiatan pemotretan mengambil lokasi di Pulau Dewata sebelum dia kembali ke kota mode dunia, Paris.
Menurut Bu Stevani, orangtua Laras masih ada di Balikpapan. “Kalau nggak salah mereka tinggal di perumahan Wika,” tambahnya. Laras sendiri mengaku sangat senang bisa berada di rumah orangtuanya. Sekalian bisa merawat ayahnya yang sudah lama mengalami stroke. Sebelum sakit ayah Laras pernah bekerja di sebuah perusahaan minyak dan ibunya mempunyai usaha rumah makan.
Laras anak bungsu dari 4 bersaudara. Meski waktu kecil tak punya cita-cita jadi model. “I’ve never dream to a be model,” katanya kepada Kapanlagi.com. Tapi ia sangat suka difoto. Gaya dan wajahnya sangat menarik di kamera. Kata seorang fotografer, dia memang fotogenik alias camera face. Darah seni Laras turun dari ayahnya yang dulunya pernah menjadi pemain teater di Yogyakarta.
Diajak Benk Benk
Mengutip dontsad.com, Laras mulai mengenal dunia model ketika duduk di bangku SMA. Adalah Benk Benk, penggiat model Balikpapan yang juga pembawa acara (MC), yang mengajaknya masuk ke dunia catwalk.
“Ya saya yang mendorongnya. Soalnya saya melihat anak itu punya semangat dan talenta. Alhamdulillah sekarang sukses dan mendunia,” ujar Benk Benk saat saya hubungi.
Sayang ketika Laras pulang kampung, Benk Benk tidak ketemu karena lagi berada di Yogyakarta. “Sudah lama saya tidak berkomunikasi, tapi saya doakan dia sukses terus. Menurut saya dia memang the best,” tandasnya.
Benk Benk tahu betul perjuangan Laras di dunia model sangat berat. Setelah memenangi kompetisi ekspresi yang diadakan sebuah koran di daerah dan setamat SMA, Laras nekat hijrah ke Jakarta. Mulanya orangtua tidak mendukung, tapi akhirnya sang ibu, Yati rela meninggalkan rumah makannya demi mendampingi Laras berjuang di Ibu Kota.
Tiga bulan ngekos belum membawa hasil apa-apa. Sang ibu terpaksa balik ke Balikpapan dan membiarkan Laras berjuang sendiri. Kakak Laras, Lana Senja Indah, sempat mengingatkan kepada Laras, jika setahun tidak berhasil, pulang saja.
Ternyata Laras punya jiwa pantang menyerah sampai akhirnya dia diterima bergabung di Native Models ID. Setelah mendapat gemblengan yang keras berbagai hal permodelan, dia mendapatkan kesempatan menjajal panggung Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) dengan memperagakan koleksi desainer Rama Dauhan.
Sementara itu, hasil jepretan Native Model dia unggah ke akun Instagramnya berkali-kali. Sampai akhirnya bak kejatuhan bintang di langit, dia tiba-tiba dihubungi lewat email oleh agensi Model Ford Paris. Dia langsung diminta menjadi wakil Indonesia menjadi model di Paris oleh agensi Model Ford. Pada awal 2017, Laras pertama kali diminta tampil di catwalk Paris Fashion Week membawakan karya Yves Saint Laurent.
Setelah itu, langkahnya makin terbuka. Dia diundang menjadi model produk L’Oreal Paris Matte Addiction. Pada sesi pemotretan, Laras satu frame dengan model kelas A, Barbara Palvin dan Natasha Poly. Tiga bulan kemudian, Laras juga diminta agensi model ternama Strom Models London untuk mengisi panggung model di sana selama sebulan.
Berkat penampilan yang apik, dia bisa mengalahkan pemodel dunia lainnya. Laras Sekar terpilih sebagai Model of The Years pada gelaran Style Awards, yang diadakan majalah Elle pada tahun 2018. Sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan selama ini. Anak “Kota Minyak” dengan modal (cuma) ijazah SMA, bisa go international.
Selain memenuhi catwalk Paris dan London, wajah Laras mulai mengisi sejumlah majalah mode dunia. Di antaranya Vogue Amerika, Vogue India, Interview Jerman, dan Schon London. Bahkan, dia berhasil masuk sebagai model brand kosmetik kelas atas milik Kim Kardashian, KKW Beauty. Dan itu satu-satunya dari Indonesia.
Bu Stevani berjanji akan mengabari saya kalau Laras Sekar balik lagi ke Balikpapan. Saya membayangkan jika Laras mau memperagakan baju-baju ikonik Kaltim, yang sekarang menjadi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Apalagi kalau dia berkenan dijepret dengan latar belakang kilang minyak Pertamina Balikpapan, Museum Kutai di Tenggarong, kerajinan sarung Samarinda dan Pulau Maratua di Kabupaten Berau. Pasti pariwisata Kaltim tambah terkenal sampai ke Paris. (*)