Para Pihak di Kaltim Pertegas Komitmen Konservasi Badak Sumatera Melalui Kolaborasi

KLIKSAMARINDA – Pada Januari 2022, Tim Konservasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim) Kaltim melakukan perawatan terhadap 1 individu Badak Sumatera . Badak Sumatera di Kaltim tersebut bernama Pahu.
Badak bernama Pahu ini memiliki kisah sebelum menjalani perawatan. Tiga tahun sebelumnya, pada 25 November 2018, BKSDA Kaltim mengevakuasi Pahu dengan jenis kelamin betina itu di habitatnya di Kabupaten Kutai Barat (Kubar).
Pahu diselamatkan dari sebuah lubang jebakan (pit trap) nomor 4. Lubang jebakan ini ada di dekat aliran anak sungai Tunuq, Minggu pagi 25 November 2018 pukul 07. 30 WITA.
“Pada pukul 09.00 WITA seluruh tim penyelamatan berangkat menuju lokasi pit trap, dan dalam waktu kurang dari 24 jam, badak tersebut dipindahkan dari pit trap ke boma atau kandang angkut,” ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur, Sunandar, kala itu.
BKSDA Kaltim kemudian memindahkan Badak Sumatera itu dari lokasi penangkapan ke Suaka Rhino Sumatra (SRS) Hutan Lindung Kelian Lestari, Kubar, pada 27 November 2018 dan tiba di SRS Kelian keesokan pagi, 28 November 2018.
Dari laporan BKSDA Kaltim, Badak Sumatera termasuk jenis satwa langka dalam kategori critically endangered menurut The International Union for Conservation of Nature’s (IUCN) Red List of Threatened Species.
Tahun 2013, sebelum Pahu dikonservasi, keberadaan Badak Sumatera juga diketahui dari camera trap yang dipasang oleh tim survey dari WWF pada tahun 2013. Badak Sumatera di wilayah Kalimantan itu ada di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Hulu, Kaltim.
Berdasarkan data Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, populasi satwa ini diperkirakan kurang dari 100 individu di alam. Selain di Sumatera, satwa ini dapat ditemukan di Kalimantan dalam jumlah yang sangat terbatas.
Populasi di dua habitat yang ada, tercatat kurang lebih hanya 23 ekor. Sedangkan di Pulau Sumatera, populasi Badak Sumatera hanya tersisa sekitar 100 ekor.
“Badak Sumatera yang hidup di Kutai Barat, habitatnya terdesak oleh konsesi tambang, dan terisolasi, sehingga kemungkinan reproduksinya hampir tidak ada, dan terancam punah,” ujar Sunandar.
Hal ini membuktikan bahwa keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan memerlukan perhatian lebih. Terutama habitat Badak yang berada di hutan produksi yang dikelilingi oleh konsesi pertambangan.
Yang Mengancam Badak Sumatera di Kalimantan
Pada 2017, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati bersama WWF Indonesia membahas upaya penyelamatan Badak Sumatera “International Workshop Capture and Translocation Indonesian Rhinos” 17-18 Mei 2017 di Hotel Aviary, Bintaro.
Dalam pembahasan itu diketahui bahwa Badak Sumatera di Kalimantan mendapat ancaman dari rencana operasional tambang batubara di sekitar habitat, penebangan liar, dan konsesi operasional perkebunan kelapa sawit. Ancaman ini terus berlanjut hingga saat ini.
Ancaman habitat badak juga datang dari masyarakat setempat yang mengklaim area/lahan yang menjadi habitat badak untuk dijual kepada perusahaan.
Ancaman lainnya bagi Badak Sumatera adalah luasan hutan yang menjadi habitat badak terus menipis. Fragmentasi habitat, aktivitas masyarakat di sekitar habitat Badak, perburuan dan aktivitas illegal lainnya, degradasi kualitas habitat, juga menjadi ancaman berikutnya bagi habitat Badak Sumatera di Kalimantan.
Komitmen Pemprov Kaltim Dalam Konservasi Badak
Sejumlah stakeholder lingkungan di Kaltim menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Strategi Darurat Konservasi Badak dan Deklarasi Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Populasi Badak Kalimantan pada Hari Badak Sedunia garapan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, di Hotel Harris Samarinda, Senin 30 Mei 2022.
Para pihak ini hadir dalam upaya kolaborasi untuk penyelamatan Badak Sumatera di Kaltim. Upaya konservasi ini juga turut didukung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kubar.

Beberapa organisasi lingkungan dan lembaga pendidikan seperti Sekretariat Bersama Badak Indonesia, Yayasan WWF Indonesia, Aksi Konservasi Hutan Tropis (TFCA), Yayasan Badak Indonesia (YABI), Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT), Borneo Rhino Alliance (BORA), Komunitas Pecinta Alam Damai (KOMPAD), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Mulawarman, juga mendukungnya. Tak terkecuali pihak swasta seperti PT. Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL), mitra terkait lainnya, dan komunitas masyarakat adat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kaltim, Ence Achmad Rafiddin Rizal dalam kesempatan tersebut menegaskan, Pemprov Kaltim berkomitmen dan mendukung upaya konservasi Badak Sumatera di Kaltim.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) telah berkomitmen untuk melestarikan pelbagai jenis flora dan fauna yang sudah makin langka. Tak terkecuali pelestarian Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang juga memiliki habitat di sejumlah area di Kaltim.
Menurut EA Rafiddin Rizal, Badak Sumatera menjadi salah satu mamalia yang keberadaannya sangat terancam karena populasinya sedikit. Dalam melakukan konservasi Badak Sumatera di Kaltim, imbuh EA Rafiddin Rizal, komitmen para pihak sangat penting untuk menjaga kelestarian populasi Badak Sumatera di Kaltim karena statusnya masuk kategori terancam punah.
Selain komitmen, lanjut Rafiddin Rizal, para pihak juga perlu menerapkan strategi dalam membangun arah konservasi yang diharapkan. Tujuannya agar dalam implementasinya dapat mengidentifikasi sumber-sumber permasalahan yang mungkin muncul saat pengelolaan konservasi Badak Sumatera di Kaltim.
“Ketika sumber permasalahan atau kendala-kendala yang muncul dalam implementasi konservasi telah teridentifikasi, maka perlu kerja sama para pihak maupun stakeholder terkait untuk dapat memecahkan segala permasalahan yang timbul dalam upaya pelaksanaan konservasi Badak Sumatera di Kaltim,” ujar Rafiddin Rizal kepada Tim Biro Humas Pemprov Kaltim.
Implementasi dari dukungan Pemerintah Provinsi Kaltim, maka diperlukan langkah cepat dalam upaya konservasi Badak di Kaltim dengan menyusun strategi darurat konservassi Badak Sumatera di Kaltim.
Karena itu, Rafiddin juga mendukung upaya BKSDA Kaltim dalam menjaga populasi Badak Kalimantan dengan cara inseminasi atau mengawinkan langsung dengan Badak dari Sumatera agar Badak Sumatera di Kaltim bisa berkembang biak dan tidak punah.
“Para peserta FGD ini dapat memberikan masukan, ide ataupun gagasan dalam merumuskan strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya konservasi badak di Katim dan membentuk wadah atau forum kolaborasi dalam mewujudkan komitmen dan strategi yang telah dibangun,” ujar Rafiddin Rizal.
Sementara itu, Kepala BKSDA Kaltim, Ivan Yusfi Noor menerangkan bahwa FGD Penyusunan Strategi Darurat Konservasi Badak di Kalimantan ini bertujuan memperkuat komitmen para pihak terhadap penyelamatan badak di Kaltim. Selain itu, FGD ini juga dalam upaya menyusun strategi darurat konservasi Badak di Kalimantan dengan melakukan langkah-langkah dan pihak yang terlibat.
“FGD ini selain untuk penguatan komitmen para pihak terhadap penyelamatan Badak Sumatera di Kaltim, kita harapkan dapat melakukan aksi-aksi sesusai kapasitas masing-masing. Juga membentuk wadah kolaborasi untuk mencari solusi dalam pelaksanaan maupun pemecahan permasalahan dalam pengelolaan konservasi populasi Badak Sumatera di Kaltim,” ujar Ivan Yusfi Noor. Jie/Adv/KominfoKaltim)