Buka Puasa Bersama
Opini: Rizal Effendi
Cucu saya Defa dan Dafin menyentil saya. “Kai kok berani buka bersama di hotel?” tanya mereka. Dia menghubungkan saya dengan larangan Presiden Jokowi, yang tidak membolehkan pejabat negara atau PNS buka bersama (bukber). Dia lupa kalau saya “Bukan Pak Wali Lagi.” Jadi sudah tidak terkena kebijakan itu, alias bisa bebas hadir di mana-mana.
Kemarin, saya memang menghadiri undangan buka bersama yang digelar Four Points by Sheraton Balikpapan. Dulu rasanya saya yang meresmikan hotel ini. Saat masih jadi wali kota. Lokasinya dekat Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. Meski masuk sedikit ke jalan kecil, Jalan Pelita. Persis berseberangan dengan warung ikan bakar terkenal, Malvinas.
Warung ikan bakar ini meski sederhana, pelanggannya datang dari berbagai daerah. Nama Malvinas terinspirasi dari Perang Falkland atau Malvinas tahun 1982. Perang antara Inggris dan Argentina, yang memperebutkan sebuah kepulauan di Samudera Atlantik.
Orang tak mengira hotel Four Points berkembang pesat. Terutama setelah kesibukan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Banyak tamu yang datang. Apalagi hotel ini di bawah manajemen Marriot International, hotel hebat yang pusatnya di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat.
“Manajemennya sangat rapi dan kinerja kita selalu dipantau,” kata Fitri, salah seorang tim manajemen yang baru setahun bergabung. Dia sangat bangga bergabung dengan Four Points, karena banyak pengalaman baru dalam bekerja secara internasional.
Marriot memang sering masuk ke dalam daftar tempat kerja terbaik versi majalah Forbes. Juga menjadi tempat kerja terbaik keempat di Britania Raya versi The Times pada tahun 2009.
Anak-anak SMK dan Politeknik jurusan perhotelan suka magang di sini. Karena mereka dapat pengalaman baru yang luar biasa. Terutama budaya kerja. “Tapi sekarang jarang ada anak-anak magang, katanya ada perubahan kurikulum,” kata Fitri.
Ada seratusan tamu yang diundang. Sebagian anak-anak dari panti asuhan. Ada juga undangan lain termasuk saya dan cucu. Hadir juga beberapa wartawan. “Kami ingin berbagi di bulan Ramadan yang penuh berkah ini,” kata Syahrir, manajer pemasaran.
Four Points sengaja memberi sajian khas untuk berbuka. Iftar buffetnya bertema “Flavors of Morocco.” Jadi yang ditampilkan sebagian menu dari Maroko. “Ya memang terilhami dengan tim sepakbola Maroko yang bikin kejutan di Piala Dunia 2022 Qatar, jadi banyak orang yang penasaran bagaimana rasa kulinernya,” kata Amran, yang bertugas sebagai chef.
Anak muda berdarah Bugis ini, sudah melanglang buana sebagai juru masak. Jadi hampir semua jenis makanan di Amerika, Eropa dan Timur Tengah dikuasainya. Termasuk jenis makanan nusantara.
Menurut Amran, kuliner khas Maroko perpaduan unsur budaya Arab, Eropa dan Afrika. Pengaruh terkuat dari Andalusia dan Mediterania. Perpaduan bumbu salah satu keunikan rasa makanan khas Maroko. Di antaranya makanan Couscous, roti pipih Msemen, Harira, Tagine dan lainnya. “Tagine mirip di tempat kita menggunakan wadah memasak dari tanah liat,” jelasnya.
Undangan dimanjakan dengan berbagai makanan, yang menggunakan bahan baku utamanya daging kambing. Sedang rempah-rempahnya sudah disiapkan Chef Amran sejak bulan Januari. “Banyak orang mengira makan kambing itu kolesterol. Padahal di middle east, sarapan pagi pun makan kambing, tidak ada yang dikhawatirkan,” jelasnya.
Amran juga menyediakan makanan pembuka (appetizer) dan hidangan penutup (dessert) yang menarik. Ada goreng-gorengan, kurma dan kolak pisang. Juga es campur dan es cendol. Semua mengakomodasi selera Ramadan. Cucu saya semangat betul. Terutama Defa, yang lidahnya cocok untuk semua makanan. “Mantap ini, Kai,” katanya bersemangat. Kalau Dafin, yang penting ada mi gorengnya.
PHRI Protes
Berkaitan dengan larangan bukber bagi pejabat negara dan pemerintah, membuat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengajukan protes. “Aneh kalau alasannya Covid. Konser saja boleh, masak bukber yang orangnya lebih sedikit tidak. Tentu sangat berdampak bagi perhotelan, karena paket Ramadan itu menjadi ladang cuan bagi hotel dan restoran,” kata Sekjen PHRI Maulana Yusran.
Maulana menyayangkan jika bukber di hotel selalu ditafsirkan sebagai kegiatan “buang-buang uang” karena terkesan mahal. Padahal tidak semuanya begitu. Pemerintah juga perlu melihat multiplier effect dari kegiatan hotel dan restoran, yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung, yang membuat surat larangan bukber dari Presiden mencoba meluruskan. “Yang dilarang itu hanya pejabat negara dan pemerintah, masyarakat silakan tak dibatasi,” katanya menjelaskan.
“Selain masih masa transisi Covid, Presiden meminta kepada jajaran pemerintah untuk berbuka puasa dengan pola hidup yang sederhana, tidak melakukan atau mengundang para pejabat dalam acara tersebut,” tambahnya.
Beberapa kepala daerah memberikan tanggapan yang beragam. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan siap mengikuti instruksi Presiden Jokowi. Tapi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa agak mendua mengambil sikap. “Agak repot juga karena ada kegiatan yang diakhiri dengan buka bersama. Yang penting kita menjaga jangan terjadi hal-hal yang merugikan bersama,” katanya.
Khofifah juga punya kebijakan khusus. Warung makan di Jawa Timur boleh buka selama Ramadan. Yang penting tidak mencolok. Harus ditutup depannya, biar yang makan tidak kelihatan. Juga tidak mengganggu orang yang menjalankan ibadah puasa.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi agak unik juga. Dia memberi kesan tidak terlalu tahu adanya larangan bukber bagi pejabat pemerintah. “Buka puasa bersama? Nanti, saya belum tahu itu. Nonton konser sudah boleh, kok?” katanya kepada wartawan.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Agama Yaqut Cholil sepakat anggaran bukber di kalangan pejabat dialihkan atau disalurkan kepada masyarakat yang tidak mampu. “Pejabat pemerintah tidak dalam keadaan mesti difasilitasi dana makan. Lebih baik anggarannya untuk bahan pokok masyarakat kecil, santunan fakir miskin, dan yatim piatu. Jauh lebih bermanfaat,” kata mereka. (*)