Upaya Jangka Panjang Menjaga Habitat Orang utan Kalimantan di Bentang Alam Wehea Kelay
KLIKSAMARINDA – Kawasan Ekosistem Penting (KEP) Wehea-Kelay yang berlokasi di Kalimantan Timur resmi ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2023 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur 2023-2042. Penetapan ini menunjukkan pentingnya kawasan hutan seluas 532.143 hektare tersebut bagi pembangunan berkelanjutan di provinsi ini.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Noor Utami mewakili Ketua Forum Kolaborasi KEP Wehea-Kelay Ence Ahmad Rafiddin Rizal mengatakan penetapan sebagai KSP merupakan apresiasi atas upaya pelestarian kawasan hutan yang dilakukan selama delapan tahun terakhir.
“Pelestarian kawasan hutan yang tersisa, satwa liar, tumbuhan, sumber air, serta pelibatan masyarakat sekitar perlu dijaga secara berkelanjutan,” ujarnya dalam Lokakarya Pendokumentasian Pengelolaan KEP Wehea-Kelay, Jumat (22/12/2023).
Forum Kolaborasi KEP Wehea-Kelay resmi dibentuk pada 2016 yang beranggotakan pemangku kepentingan lintas sektor. Mereka rutin bertemu setiap tahun untuk mendiskusikan dan berbagi pembelajaran terkait praktik terbaik pengelolaan habitat orangutan.
Pada pertemuan akhir tahun 2023 ini, Forum menyampaikan capaian selama lima tahun terakhir. Dari sisi penelitian, tim Universitas Mulawarman berhasil mengidentifikasi 11 dari 60 jenis tumbuhan pakan orangutan yang berkhasiat obat.
Tumbuhan tersebut kaya akan nutrisi dan bahan medisinal yang berpotensi dikembangkan untuk kepentingan farmasi dan kesehatan masyarakat. Padahal, kajian baru mencakup sebagian kecil dari sekitar 800 jenis flora yang ditemukan di kawasan seluas 532.143 hektare ini.
Sementara itu, mayoritas pengelola kawasan telah melakukan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT). Tercatat ada tujuh izin pemanfaatan hutan alam, dua izin hutan tanaman, tujuh perusahaan sawit, dan dua kesatuan pengelolaan hutan.
Identifikasi KBKT menjadi bukti keberhasilan penerapan praktik keberlanjutan oleh perusahaan di KEP Wehea-Kelay. Setelah diidentifikasi, biasanya perusahaan mengelola KBKT secara berkala melalui patroli, survei, dan pemantauan biodiversitas.
“Hal ini penting bagi transparansi keberlanjutan bisnis sekaligus kelestarian keanekaragaman hayati, hutan, dan masyarakat sekitar,” papar Noor Utami.
Direktur Utama PT Gunung Gajah Abadi Totok Suripto mengaku terbantu dengan menjadi anggota Forum Kolaborasi KEP Wehea-Kelay. Menurutnya, forum ini membantu mempertahankan kawasan tanpa terjadi perubahan fungsi lahan.
“Status kawasan sangat berpengaruh bagi operasional perusahaan. Jadi keberadaan forum sangat membantu koordinasi dan menjaga KBKT,” kata Totok.
Meski demikian, Manajer Senior YKAN Niel Makinuddin mengakui perjuangan Forum Kolaborasi masih panjang. Pasalnya, sejak penetapan sebagai KSP pada 2022, status kewenangan pengelolaan KEP Wehea-Kelay belum ditentukan secara jelas.
“Legalitas pengelolaan penting untuk menentukan arah ke depan,” ujarnya.
Berdasarkan Perpres No.21/2021, KSP adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena punya pengaruh penting terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan provinsi.
Oleh karena itu, penetapan KEP Wehea-Kelay sebagai KSP mengindikasikan kawasan ini sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Timur. Sayangnya, kewenangan pengelolaan sebagai KSP belum diatur secara rinci.
“Awalnya forum dibentuk untuk pengelolaan habitat orangutan secara kolaboratif. Tapi ternyata melindungi habitat orangutan juga memberi banyak manfaat bagi semua pihak,” jelas Niel Makinuddin.
Misalnya, perusahaan di sekitar habitat orangutan mendapat kemudahan dalam penerapan praktik keberlanjutan dan pemantauan populasi satwa serta keanekaragaman hayati lainnya.
Forum Kolaborasi dinilai telah membantu para anggotanya memenuhi kewajiban sertifikasi seperti PHPL dan ISPO. Mereka juga mendapat informasi terkini terkait kebijakan pengelolaan hutan lestari dari sesama anggota.
“Jadi kawasan ini bisa menjadi contoh bahwa konservasi satwa liar bisa berdampingan dengan kegiatan ekonomi,” papar Niel.
Apalagi, kajian manfaat tumbuhan pakan orangutan bagi manusia baru terungkap tahun ini. Masih banyak potensi KEP Wehea-Kelay yang belum dieksplorasi secara maksimal jika dilihat dari valuasi jasa lingkungannya.
Oleh sebab itu, kepastian status dan kewenangan pengelolaan KEP Wehea-Kelay sebagai KSP sangat penting untuk upaya konservasi jangka panjang. KEP Wehea-Kelay bisa menjadi contoh sukses pengelolaan habitat satwa liar berdampingan dengan aktivitas masyarakat dan ekonomi layaknya di penjuru Indonesia lainnya.
Kolaborasi para pemangku kepentingan yang terwadahi dalam Forum Kolaborasi Bentang Alam Wehea-Kelay dinilai telah berhasil mewujudkan keseimbangan antara konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Timur.
Oleh karena itu, dukungan pemerintah daerah melalui penetapan status dan kewenangan pengelolaan yang jelas sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian KEP Wehea-Kelay ke depannya.
Dengan demikian, warisan alam berharga ini dapat terus memberi manfaat bagi generasi mendatang, sekaligus menjadi contoh pengelolaan kawasan konservasi yang harmonis dengan kepentingan pembangunan berkelanjutan. (*)