Politik

Evolusi Tagar; Dari Menggalang Dukungan Hingga Asa Mengubah Samarinda

Hastag atau tagar bertransformasi dari simbol digital di dunia maya jadi perang slogan dunia nyata.

SEMUA yang terjadi di dunia akan dibicarakan di sosial media; tempat di mana semua orang dapat terhubung dengan pelbagai komunitas dan berbagi informasi dengan jutaan orang lainnya. Menggunakan tagar (#) adalah salah satu caranya.

Adalah Chris Messina (@chrismessina) yang memperkenalkan penggunaan tagar 12 tahun lalu di Twitter. Dengan menggunakan simbol #, pengguna dimudahkan dalam mengelompokkan setiap percakapan di microblogging itu. Sebelum era emoji, tagar atau hashtag adalah sesuatu yang sudah lebih dulu populer di Twitter.

Ya, sosial media atau media sosial saat ini memegang peranan penting untuk dunia. Dampak positif kemajuan teknologi dalam media sosial membuat banyak orang berani mengungkapkan pendapatnya.

Sejumlah kasus yang terjadi bahkan terungkap lewat sosial media. Beberapa kampanye di sosial media bahkan telah mengubah dunia dalam memandang suatu permasalahan.

Tengok bagaimana tagar #MeToo mendorong para wanita di seluruh dunia untuk memberanikan diri berbicara tentang pelecehan seksual dan meyakinkan mereka yang menjadi korban tak sendiri di dunia ini. Ungkapan #MeToo atau #AkuJuga pertama kali digunakan oleh aktivis sosial Tarana Burke hampir satu dekade lalu.

Hal itu dibuatnya usai dirinya mencoba membangun solidaritas di antara para korban pelecehan dan kemudian mendapat pengakuan dunia ketika aktor Alyssa Milano mentweet “Jika Anda pernah dilecehkan secara seksual atau diserang, tulislah #metoo sebagai balasan untuk tweet ini.”

Gerakan #MeToo, yang datang pada saat produser film Hollywood Harvey Weinstein dituduh menyerang beberapa wanita, yang kemudian menjadi kritis dalam mengecam kekerasan terhadap wanita.

Di tempat lain, sebuah foto tubuh dari Alan Kurdi, seorang pengungsi Suriah berusia tiga tahun yang tenggelam mencoba menyeberangi Laut Mediterania, menjadi viral di seluruh dunia pada 2015.

Tubuh Kurdi terdampar di pantai Turki dan dunia kemudian menyorot krisis pengungsi internasional serta memicu kecaman global. Dengan #RefugeesWelcome, pengguna Twitter mendorong negara-negara untuk membuka perbatasan mereka bagi pengungsi yang mencari perlindungan.

#KawalRusmadi
Di Samarinda, ibukota Kalimantan Timur, hastag atau tagar juga menjadi alat untuk menyampaikan aspirasi. Cara itu digunakan sekelompok audience pasca diskursus ilmiah soal Kota Tepian untuk mencari sosok pemimpin baru. Tandanya adalah kemunculan hastag #KawalRusmadi di platform sosial media Facebook dan Instagram. Pelopornya adalah web/situs berbasis komunitas bernama www.kawalrusmadi.com.

Rusmadi Wongso yang ditemui di Cafe Pyramid, Lembaga Kantor Berita Antara, Jalan Dahlia, mengatakan mengetahui keberadaan web/situs yang dibuat oleh para relawannya itu. Sayangnya, ujar Rusmadi, sang kreator beserta tim yang bekerja di balik karya tersebut enggan identitasnya di-publish.

“Saya bertemu salah seorang diantara relawan Sabtu lalu kalau tidak salah (12 Oktober 2019, Red.). Memang dia tidak ingin diketahui karena berkaitan dengan profesi dan pekerjaan yang dijalaninya,” ucap Rusmadi.

Kata mantan Sekretaris Provinsi Kaltim itu, sang kreator web/situs Kawal Rusmadi merupakan relawan sejak Pemilihan Gubernur Kaltim hingga Pemilihan Legislatif. Ide membuat web/situs tersebut diilhami dari proses terbentuknya relawan #KawalRusmadi sendiri.

Menurut keterangan yang diperoleh Rusmadi, embrio web/situs maupun tagar #KawalRusmadi terjadi pada Kamis 10 Oktober 2019, dalam sebuah diskursus ilmiah yang membahas persoalan Samarinda hari ini. Dari momen itu, sebagian besar audience mendorong wajah baru untuk memimpin Kota Tepian. “Sebagian kecil mendukung saya untuk maju katanya. Jumlahnya tidak banyak dari yang hadir, hanya 17 orang,” jelasnya.

Belasan audience yang mendukungnya itu sendiri, sebut Rusmadi, berasal dari pelbagai latar belakang pendidikan dan keahlian. Mulai dari informasi dan teknologi, pekerja kantoran, ketua OSIS, aktivis, pengusaha swasta, dan lain-lain.

Seminggu setelah diskursus, ke 17 audience ini kemudian berinisiatif membangun web/situs www.kawalrusmadi.com sebagai kanal informasi soal pencalonannya di Pemilihan Walikota Samarinda. “Saya sangat mengapresiasi sekali karya kreatif anak muda seperti ini,” beber Rusmadi.

Klik Samarinda sendiri sempat mencoba mewawancarai sang kreator via surel Senin 28 Oktober 2019 hari ini pukul 13.00 Wita dan direspon pada pukul 13.30 Wita. Nia –nama samaran– sosok dibalik www.kawalrusmadi.com menyatakan, “Saat ini banyak persepsi sumir soal pak Rusmadi. Kanal ini bertujuan untuk itu, menjelaskan siapa beliau, prestasinya, apa yang telah dilakukan untuk Samarinda, dan lain-lain,” ucapnya.

Ia menampik bahwa relawan #KawalRusmadi ini dibayar. “Kami tidak dibayar. Kami semua tahu sejak Pilgub, beliau memang tidak memiliki banyak uang untuk membiayai aktivitas politik seperti ini. Beliau juga pernah mewanti-wanti kami untuk tidak bermain money politic terhadap calon pemilih saat itu,” terangnya.

Ia berharap, sumbangsih generasi milenial seperti mereka lewat kreativitas ini bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat Samarinda. Pun, sebagai kanal informasi utama untuk mengenal sosok Rusmadi.

“Ekspektasi kami tidak besar. Hanya ingin web/situs ini menjadi sarana informasi terpercaya bagi masyarakat. Kita tahu di zaman sekarang hoaks sangat banyak berseliweran di sosial media, apalagi soal politik. Banyak fitnah sana-sini. Dengan adanya web/situs ini, kami berharap bisa berpartisipasi dalam memerangi hoaks,” pungkasnya. (*)

Back to top button
DMCA.com Protection Status