News

RSUD AW Syahranie Samarinda Bentuk Forum Konsultasi Publik Untuk Tampung Saran Perbaikan Pelayanan

KLIKSAMARINDA – Bertemu dengan perwakilan masyarakat, manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie Samarinda menerima banyak masukan untuk perbaikan pelayanan kepada pasien dan keluarga Pasien.

Masukan dan saran masyarakat itu muncul dalam perbincangan yang tidak terlalu serius di ruang pertemuan Direktur RSUD AW Syahranie Samarinda, Kamis 17 November 2022.

Sejumlah perwakilan masyarakat hadir dari Dewan Pengawas Rumah Sakit, IDI, BPJS, Pemkot Samarinda, hingga para ketua RT dan pasien yang terhubung secara daring.

Mereka turut memberikan masukan dan kritik kepada manajemen RSUD AW Syahranie Samarinda.
Antara lain, persoalan lainnya adalah keluhan pasien yang merasa belum sembuh namun sudah dipulangkan.

Ada pula masalah pasien BPJS Kesehatan yang merasa dianaktirikan, soal parkir kendaraan yang ada di luar area rumah sakit yang berpotensi menghambat gerak ambulan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Selain itu, dibicarakan pula tentang peran penting Rumah Singgah Kanker serta panjangnya antrean pasien pengguna layanan BPJS Kesehatan.

Direktur RSUD AW Syahranie Samarinda, dr. David Hariadi merespon masukan dari masyarakat tersebut.

Menurut dr. David Hariadi, adanya pasien BPJS Kesehatan yang merasa dianaktirikan menjadi isu nasional di hampir semua RS, tidak terkecuali di RSUD AW Sjahranie. Bahkan, antrean pasien BPJS berlangsung berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan.

“Ada pasien dari masyarakat umum, ingin layanan disamaratakan karena sama-sama bayar. Dan pasien VIP ingin dibedakan. Kami tidak menutup mata, dan itu menjadi pekerjaan rumah bagi kami,” ujar dr. David Hariadi.

Beberapa alasan diungkapkan dr. David Hariadi. Dokter spesialis, misal untuk menangani sakit kanker, tidak memungkinkan dalam satu hari melayani puluhan pasien. Penanganan prioritas dilakukan misalnya untuk penderita kanker sesuai tingkatan stadiumnya.

“Soal pasien dipulangkan sebelum sembuh belum terjadi di RS dan dilaporkan ke saya. RSUD AW Sjahranie sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Kaltim tangani pasien smpai tuntas,” ujar dr. David Hariadi.

“Tidak mungkin pasien belum sembuh kita pulangkan. Itu tidak manusiawi. Kita sudah sampaikan itu ke teman-teman sejawat (rekanan dokter),” ujar dr. David Hariadi.

Merespons soal parkir kendaraan di jalan akses menuju RSUD AW Syahranie Samarinda yang dikhawatirkan menghambat gerak kendaraan pasien menuju IGD, dr. David Hariadi menyebut itu menjadi wewenang pemerintah kota Samarinda.

Meski begitu dalam beberapa kali kesempatan pihaknya telah menyampaikan persoalan itu.

“Sudah saya sampaikan ke Lurah Sidodadi dan akan saya sampaikan lagi,” ujar dr. David Hariadi.

Selain membicarakan pelbagai persoalan di RSUD AW Syahranie Samarinda, dalam kesempatan itu, dibentuk Forum Konsultasi Publik (FKP). Menurut dr. David Hariadi Masjhoer, FKP dibentuk berdasarkan Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan Forum Konsultasi Publik di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Menurut dr. David Hariadi, FKP menjadi syarat RS melakukan reformasi birokrasi. Tujuan kedua, manajemen RSUD AW Sjahranie ingin mendengarkan aspirasi pengguna layanan RS.

“Komunitas pen-support kanker misalnya, itu kan pelanggan utama kita. Hanya saja kadang-kadang permasalahan mereka itu tidak sampai ke kita. Pertemuan seperti ini, itu yang kami dengan benar-benar dari masyarakat. Sehingga itu disesuaikan dengan program kami,” ujar dr. David Hariadi.

Selama ini, lanjut dr. David Hariadi, RSUD menyusun program sesuai dengan perintah dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim).

“Hasilnya terlihat, apakah program itu sejalan dengan kebutuhan masyarakat, pastinya belum tentu? Karena itu, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kami adakan forum seperti ini. Dari pertemuan ini kami akan buat group agar forum ini bisa terus berjalan,” ujar dr. David Hariadi.

Meski menerima banyak masukan, David Hariadi memastikan tidak mengubah pelayanan. Pelayanan saat ini sudah menjadi standar pelayanan RSUD AW Syahranie.

“Hanya saja, ada beberapa hal selama ini belum kami tangkap (mendapatkan informasi). Itu menjadi masukan seperti dari komunitas kanker,” ujar dr. David Hariadi.

Atensi Pasien Sakit Kanker
Selama ini, manajemen RSUD AW Syahranie belum mengakomodir pentingnya informasi bagi pasien penderita kanker yang ada di rumah singgah kanker. Namun, ternyata pasien-pasien di rumah singgah itu perlu informasi.

“Nah, ini belum terpikirkan oleh kami. Begitu mendengar ini, kami jadi tahu oh ternyata memang perlu. Mungkin misalnya dua minggu sekali, dari kami untuk menyampaikan informasi-informasi kepada mereka,” ujar dr. David Hariadi.

Menurut dr. David Hariadi, terkadang masyarakat, pasien penderita kanker misalnya, secara administratif tidak mengetahui persis mesti berobat dalam jangka waktu berapa bulan.

“Misalnya selama tiga bulan harus menjalani kemoterapi di sini. Nah, dalam tiga bulan ini masyarakat juga bertanya apa yang harus saya lakukan supaya pelayanan saya lancar? Saya mendaftar seperti apa? Pembiayaannya bagaimana?” ujar dr. David Hariadi.

Hal-hal seperti itu menurut dr. David Hariadi tidak tersampaikan oleh masyarakat jika berada di ruang penanganan. Pun demikian bagi petugas administrasi RS tidak sempat menyampaikan apabila sedang melayani banyak orang.

“Nah, jadi saya memotong birokrasi. Informasi itu jangan lewat orang lain lagi tapi langsung dari rumah sakit (dengan datang menemui pasien kanker),” ujar dr. David Hariadi. (Jie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status