News

Menilik Inovasi Pemkot Samarinda Turunkan Stunting: Galang Donasi sampai Buat Aplikasi (1)

Data Survei Status Gizi Indonesia atawa SSGI Kota Samarinda mengalami naik-turun 3 tahun terakhir. Kasus stunting menjadi yang paling tinggi.

DI 2021, angka stunting di Kota Tepian turun di angka 21,6 persen. Sayang setahun kemudian, jumlahnya melonjak sebanyak 3,7 persen menjadi 25,3 persen. Sementara tahun ini, jumlahnya kembali turun 0,9 persen atau menjadi 24,4 persen.

KASUS stunting memang menjadi kasus paling tinggi di Kota Samarinda, bila dibandingkan dengan kasus underweight dan wasting (selengkapnya lihat info di bawah berita). Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Keluarga Berencana (DP2AKB) Kota Samarinda, Gusti Ayu, menyatakan tren prevalensi stunting tingkat kota sebenarnya terjadi ada 2023. Data Elektronik Pencatatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) menyebut, angkanya mencapai 17,19.

Dibalik itu, ada 5 daerah yang menjadi penyumbang tertinggi prevalensi stunting di Samarinda Seberang di 2023. “Diantaranya Samarinda Seberang, Samarinda Ilir, Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, dan Sungai Pinang,” ujarnya, saat memberikan paparan di Rembuk Stunting 2024 tingkat provinsi di Hotel Mercure –Kota Samarinda– Selasa 25 Juni 2024.

Menilik fakta 3 tahun terakhir, ujar Gusti Ayu, pihaknya melakukan inovasi. Melalui Instruksi Walikota Samarinda Nomor 4 Tahun 2023, dilakukan penggalangan donasi dari pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda berupa engadaan elur sehat dan beras sehat untuk anak stunting dan keluarga berisiko stunting. “Kami juga memiliki program Bernama Dahsat, yaitu Dapur Sehat Atasi Stunting yang menyediakan beragam izi eimbang dan aman untuk pencegahan stunting,” ucapnya.

Inovasi paling menarik yang dilakukan DP2AKB Kota Samarinda tentu saja Aman Tumbata atau Aplikasi Pemantauan Pertumbuhan Balita. Gusti Ayu menerangkan, aplikasi ini mengakomodir pengukuran bayi/balita tidak datang ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Bahkan, aplikasi ini bisa berhubungan langsung kepada user Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sesuai wilayah kerja untuk analisa dan rencana tindak lanjut. “Aplikasi ini dapat digunakan oleh orangtua atau kader posyandu,” ungkapnya.

DP2AKB Kota Samarinda sendiri tak main-main dalam melakukan persiapan penggunaan aplikasi ini. Gusti Ayu menerangkan, selain pelatihan pengukuran antropometri untuk semua kader posyandu wilayah kerja puskesmas, persiapannya juga mencakup koordinasi lintas sektor dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Samarinda mengenai pengembangan Aman Tumbata.

“Kami juga melakukan sosialisasi, advokasi, dan ujicobba penggunaan aplikasi di Kelurahan Air Hitam dan Kelurahan Gunung Keluar,” ulasnya. “Aplikasi ini sudah di sosialisasikan dan diadvokasi sejak Agustus hingga September 2023. Lalu sepanjang akhir September hingga tahun ini, masuk ke dalam tahap pengembangan aplikasi, uji coba konsep, sosialisasi aplikasi, hingga implementasi,” sambung Gusti Ayu. (fai)

DATA SSGI KOTA SAMARINDA

Underweight
2021: 13,9 Persen
2022: 20,7 Persen
2023: 26,7 Persen

Stunting
2021: 21,6 Persen
2022: 25,3 Persen
2023: 24,4 Persen

Wasting
2021: 6,1 Persen
2022: 9,3 Persen
2023: 11,8 Persen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status