KLIKSAMARINDA – Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tetapi Indonesia akan bercahaya karena lilin di desa. Demikian kutipan dari Bung Hatta yang disampaikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Abdul Halim Iskandar. Abdul Halim Iskandar menyampaikannya saat “Peluncuran Center of Excellence (CoE) Village: Pusat Keunggulan Inovasi Desa serta Implementasi Akademi Kampung SIGAP Kalimantan Timur,” pada Jumat, 18 Desember 2020 di kanal YouTube Yayasan Konservasi Alam Nusantara.
Acara peluncuran ini juga dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Kepala DPMD Kalimantan Timur M. Syirajudin, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara Herlina Hartanto, dan Ketua Yayasan Sanggar Inovasi Desa Ryan Sugiarto.
Peluncuran ini menjadi momentum besar untuk pembangunan desa di Indonesia, yaitu hadirnya Pusat Keunggulan Inovasi Desa dan lahirnya Akademi Kampung SIGAP di Kalimantan Timur. Hadirnya Pusat Keunggulan Inovasi diawali dari program bersama antara Kemendesa PDTT dengan The United Nations Office for South-South Cooperation (UNOSSC) dalam mendokumentasikan dan menyebarkan pengalaman serta praktik-praktik terbaik di desa-desa inovatif di Indonesia, dari para champions tingkat lokal, regional, maupun global.
Tahun ini, Kemendesa PDTT menetapkan dua desa sebagai Center of Excellence Village (CoEV). Kedua desa tersebut adalah Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta dan Pujon Kidul, Malang, Jawa Timur, berdasarkan kemampuan pemerintah desa dalam menyelesaikan masalah di wilayah kerja mereka.
Menteri Abdul Halim mengatakan, prioritas pemerintah adalah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa atau Tujuan Global di tingkat desa dalam rencana pembangunan desa. Ada 18 SDGs Desa yang bisa dicapai dengan upaya mengumpulkan data, kemudian mengolahnya menjadi profil desa.
Profil desa ini lalu dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan dan prioritas kegiatan di desa. Terakhir adalah memantau keberhasilan kegiatan dan mengukur capaian tujuan pembangunan desa.
Upaya yang termaktub dalam SDGs Desa tersebut sudah dilakukan, baik oleh Yayasan Sanggar Inovasi Desa (SID) maupun Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Pemerintah Desa Panggungharjo, melalui Yayasan SID, mendokumentasikan 46 pengetahuan, gagasan, dan inovasi sebagai basis perubahan mencapai kemandirian desanya.
Adapun YKAN mengembangkan pendekatan akSi Inspiratif warGA untuk Perubahan (SIGAP) di Kalimantan Timur untuk mendampingi desa-desa yang berbatasan dengan hutan.
Sebagai lembaga konservasi, YKAN terlibat aktif dalam pembangunan desa karena ada sekitar 26 ribu desa yang berada di dalam dan di sekeliling hutan. Hal ini pun selaras dengan adanya Undang-undang Desa yang memberikan kewenangan kepada desa dalam pengelolaan sumber daya hutan.
Di samping itu, adanya program Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan hak pengelolaan hutan agar masyarakat sejahtera dan hutannya lestari. Program Perhutanan Sosial ini, dapat dan perlu disinergikan dengan program pembangunan desa.
“SIGAP memandang masyarakat desa sebagai solusi dan percaya masyarakat desa dapat menggerakkan potensi atau kekuatan yang mereka miliki untuk mencapai kesejahteraan, sekaligus menjaga sumber daya alam di sekelilingnya,” ujar Direktur YKAN. Herlina Hartanto.
Pengalaman dari Yogyakarta dan Kalimantan Timur inilah yang kemudian disatukan dalam kegiatan “Peluncuran Pusat Keunggulan Inovasi Desa atau CoE Village”. Peluncuran ini sekaligus menandai dibukanya Akademi Kampung SIGAP di Kabupaten Berau sebagai model awal implementasi Pusat Keunggulan Inovasi Desa.
“Semua pihak yang ingin membangun desa hendaknya tidak berhenti belajar,” pesan Menteri Desa Abdul Halim. Ia mengatakan bahwa kehadiran CoEV maupun Akademi Kampung SIGAP dapat menjadi salah satu tempat belajar yang baik untuk desa-desa di Indonesia. “Kami bersyukur dengan adanya peluncuran ini, karena dapat membantu dalam hal pengetahuan, menemukan inovasi dalam pembangunan, dan mempercepat laju pembangunan desa,” ujar Herlina Hartanto.
Interaksi antardesa ini pulalah yang diharapkan dapat bergulir lebih cepat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN).
“Interaksi akan menstimulus berbagai pengetahuan yang berujung pada inovasi desa,” ujar Menteri PPN Suharso Monoarfa.
Menteri Suharso mengingatkan bahwa peran desa dalam pembangunan desa terus mengalami pembaruan.
“Desa tidak hanya ruang hidup, melainkan ruang produksi yang terus mengalir ke wilayah lain-lain,” ujar Menteri Suharso Manoarfa.
Interaksi ekonomi desa diharapkannya bisa menjangkau batas-batas negara. Cara mewujudkannya adalah dengan inovasi desa yang bisa menciptakan produk ekonomi desa bernilai tinggi di skala nasional maupun global.
Upaya mentransformasi desa sudah terlihat di Kalimantan Timur.
“Pembangunan desa di Provinsi Kalimantan Timur saat ini sedang dalam tren yang sangat positif,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa (DPMPD) Kalimantan Timur, Syirajudin.
Menurut Syirajudin, hingga tahun 2020, sudah terdapat 51 desa mandiri, 202 desa maju, dan 456 desa berkembang. Sementara jumlah desa tertinggal menjadi 128 dan 4 desa sangat tertinggal. Karena itu, menurut Syirajuddin, membangun desa menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama dalam membangun Indonesia dari pinggiran.
“Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berkolaborasi dalam mewujudkan kemandirian desa, sebagai upaya membangun indonesia yang maju demi menyongsong masa depan yang lebih baik dari desa,” ujar Syirajuddin.
Pemerintah Provinsi Kaltim pun mendorong lahirnya dukungan dan kolaborasi para pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, universitas dan lembaga riset, swasta dan pihak ketiga, serta mitra pembangunan lainnya untuk bersama-sama mewujudkan desa yang maju dan mandiri di Kalimantan Timur.
“Program SIGAP yang bersinergi dengan para pihak dan dilaksanakan di Kabupaten Berau serta beberapa desa di kabupaten lainnya telah mulai menunjukkan hasil positif yang berdampak pada peningkatan Indeks Desa Membangun (IDM) di Kalimantan Timur,” ujar Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor.
Gubernur Isran Noor menaruh harapan agar Pusat Keunggulan Inovasi Desa dan Akademi Kampung SIGAP dapat mendorong lahirnya model-model desa yang unggul dan inovatif dalam melaksanakan pembangunan desa, termasuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Timur.
“Ke depannya, kami menargetkan agar desa-desa model tersebut dapat direplikasi di Indonesia maupun negara lain yang menjadi bagian dari Kerja Sama Negara Selatan–Selatan dan Triangular,” ujar Gubernur Isran Noor. (*)