Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Meninggal Dunia di Malaysia Di Usia 67 Tahun
KLIKSAMARINDA – Dunia pers Indonesia berduka setelah tersebar kabar Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia. Kabar Azyumardi Azra meninggal dunia beredar Minggu 18 September 2022.
Azyumardi Azra meninggal dunia di RS Serdang, Selangor, Malaysia, pukul 11.30 WIB atau 12.30 waktu Malaysia.
Keterangan tersebut diunggah akun Instagram resmi Dewan pers, Minggu siang 18 September 2022.
“Dewan Pers Berduka
Innalillahi wa innailaihi rajiun
Telah berpulang ke Rahmatullah, Prof. Azyumardi Azra, Ketua Dewan Pers 2022-2025, hari ini, Minggu (18/9) di Rumah Sakit Serdang, Malaysia, pukul 12.30 waktu Malaysia. Duka yang mendalam bagi Kami, segenap keluarga besar Dewan Pers. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, menerima amal-ibadahnya, husnul khotimah, serta keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran. Aamiin ya rabb.”
Keterangan lainnya datang dari Rektor UIN Jakarta, Prof Amany Lubis.
“Kabar tersebut saya dapat dari keponakan beliau, dan belum tahu kapan informasi akan dipulangkan ke Jakarta,” kata Rektor UIN Jakarta, Prof Amany Lubis, dikutip dari Republika.
Sebelum Azyumardi Azra Meninggal Dunia
Dari catatan Ilham Bintang, wartawan senior Indonesia, diketahui bahwa Prof Azyumardi Azra sempat dua hari dirawat di RS akibat terpapar Covid-19.
Kondisi Prof Azra yang terpapar covid baru diketahui saat mendapat perawatan medis di RS Serdang, Malaysia, Jumat sore, 16 September 2022.
Diawali di atas pesawat dalam penerbangan ke Malaysia, sore itu Prof Azyumardi mendadak terserang batuk keras, panjang, disertai sesak napas.
Dari bandara Azyumardi langsung dilarikan ke RS yang berjarak 35 km dari Kuala Lumpur.
“Semalam sudah dalam penanganan intensif tim medis RS Serdang,” kata Datuk Zakaria A Wahab, wartawan senior, mantan Pemred Kantor Berita Bernama Malaysia dan Penasihat/Pendiri ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia).
Azyumardi Azra menjalani perawatan intensif dari tim dokter di Rumah Sakit Selangor, Malaysia, Sabtu pagi 17 September 2022.
Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Malaysia, Hermono, mengatakan, tim dokter menyampaikan Prof Azra belum bisa dipindahkan ke rumah sakit lain sampai kondisinya menjadi lebih stabil.
Prof Azra yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Malaysia sempat mengalami gangguan kesehatan dalam penerbangan menuju Kuala Lumpur, dan segera mendapatkan penanganan medis dan dibawa ke Rumah Sakit Serdang di Selangor.
Menurut catatan Ilham Bintang yang terbit di OkeZone, saksi mata dalam penerbangan bersama Prof Azra adalah Guru Besar Universitas Sumatera, Professor Budi Agustono.
Budi dan istri sama-sama berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan Prof Azra. Mereka sempat ngobrol sejak di bandara hingga di dalam pesawat.
Semalam Budi membagi kisah yang dilihatnya dalam pesawat di grup WhatsApp wartawan.
“Dua puluh menit sebelum pesawat mendarat, saat saya, istri dan pak Azra sedang bercakap tiba-tiba pak Azra batuk tanpa henti, tubuhnya berkeringat dingin. Saya minta dia minum air mineral. Saya memijat tubuhnya yang keringat dingin lalu meminta pramugari memasang selang oksigen di hidung dan mulut. Meski selang terpasang sesak napasnya tak berhenti, malah tubuhnya begerak ke kiri ke kanan di atas kursi pesawat.”
Ucapan Duka
Ucapan turut berduka cita pun datang dari pelbagai kalangan atas kepergian Azyumardi Azra.
Haedar Nashir melalui akun Twitter @HaedarNs menuliskan, “Kita sungguh kehilangan atas meninggalnya Prof Dr Azyumardi Azra di Malaysia. Beliau ke Negeri Jiran dalam perjalanan berbagi ilmu sehingga terkategori sahid di jalan Allah.”
Burhanuddin Muhtadi menuliskan, lewat akun Twitter @BurhanMuhtadi, “Selamat jalan Prof Azyumardi Azra. Belum hilang rasa sedih kita kehilangan Buya Syafii Maarif, kini ditambah dengan berpulangnya Buya Azra. Semoga husnul khatimah.”
Jimly Asshiddiqie @JimlyAs menulis, “Innalillahi wainna ilaihi rojiuun, kita kehilangan seorang tokoh intelektual kebanggaan, Prof Dr. Azyumardi Azra di RS Kuala Lumpur. Kita doakan husnulkhotimah & segala yg terbaik utk almarhum. Alfatihah.”
AJI Indonesia @AJIIndonesia turut menuliskan duka cita mendalam atas kepergian Azyumardi Azra.
“Kami, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) turut berduka sedalam-dalamnya dan merasa kehilangan atas meninggalnya Ketua Dewan Pers @dewanpers, Profesor Azyumardi Azra. Terima kasih sudah turut memperjuangkan kebebasan pers dan demokrasi.”
Mengenal Sosok Azyumardi Azra
Azyumardi Azra lahir pada 4 Maret 1955. Dia menjabat Ketua Dewan Pers mewakili tokoh publik untuk Periode 2022-2025.
Penetapan Profesor Azyumardi Azra sebagai Ketua Dewan Pers periode 2022-2025 sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14/M Tahun 2022 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Keanggotaan Dewan Pers.
Penetapan Azyumardi Azra berlangsung sesaat sebelum pelaksanaan serah terima jabatan dari Anggota Dewan Pers periode 2019-2022 yang diketuai Profesor Muhammad Nuh. Dalam kesempatan tersebut, Azyumardi Azra meminta agar anggota Dewan Pers solid.
“Tantangan dalam kehidupan pers nasional membutuhkan perhatian besar kita bersama. Untuk itu kita harus solid,” ujar Azyumardi Azra, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah itu, dikutip KlikSamarinda dari siaran pers Dewan Pers, 19 Mei 2022.
Azyumardi Azra menjabat sebagai Ketua Dewan Pers Periode 2022-2025.
Azyumardi Azra, yang lebih akrab dipanggil Prof Azra, terpilih sebagai anggota Dewan Pers 2022-2025 mewakili unsur tokoh masyarakat. Prof Azra lalu menjadi Ketua Dewan Pers pada periode 2022-2025.
Karir pendidikan tingginya ia awali di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada tahun 1982. Dalam pengakuannya dalam Kanal Youtube Karni Ilyas Club, 8 Juni 2022, Prof Azra mengaku pernah terjun langsung dalam dunia jurnalistik dengan menjadi jajaran redaksi Majalah Panji Masyarakat, media di bawah pimpinan Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo atau Buya Hamka.
Sebelum wartawan di Panji Masyarakat, Prof Azra juga aktif di pers kampus.
“Pengalaman saya ga jauh dari dunia pers. Dulu tahun 1979-1986, saya jadi redaksi dan jurnalis Majalah Panji Masyarakat. Jadi saya dulu anak buahnya Buya Hamka. Jadi wartawan bener dan punya kartu PWI juga. Saya turun ke lapangan wawancara Amir Mahmud, Cokro Pranolo, Anwar Ibrahim, juga Mahatir Muhammad saat baru diangkat Perdana Menteri Malaysiatahun 1981. Berhentinya tahun 1986 saat dapat beasiswa ke Amerika di Manhattan,” ujar Prof Azra.
Setelah memperoleh beasiswa Fullbright, Prof Azra meraih gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University Broadway pada 1988.
Prof Azra lalu mendapatkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan meraih gelar MA keduanya pada 1989.
Pada 1992, ia menambah gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Columbia University tahun 1990, dan Doctor of Philosophy Degree dengan disertasi berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.”
Kembali ke Jakarta, pada tahun 1993, Azyumardi mendirikan sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam.
Pada tahun 1994-1995, Prof Azra mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.
Pakar demokrasi dan Islam ini juga pernah menjadi professor tamu pada Universitas Filipina dan Universitas Malaya, Malaysia, pada tahun 1997.
Prof. Azra juga merupakan anggota Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997 dan 1999.
Sejak Desember 2006, ia menjabat Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Sebelumnya sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992 – sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998).
Prof. Azra merupakan orang Asia Tenggara pertama yang diangkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia (2004 – 2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan (2004 – 2009).
Ia juga masih menjadi salah satu anggota Teman Serikat Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. (*)