Kesaksian Warga Samarinda Setelah Serangan Monyet Liar
Seorang pelajar warga Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami luka pada paha kanan. Luka itu berasal dari gigitan monyet liar saat korban akan berangkat ke sekolah dengan mengendarai motor pada Kamis pagi, 1 Agustus 2019.
Setelah menjalani pengobatan, korban bercerita tentang peristiwa yang menimpanya. Menurut korban, sebelum digigit, ia melihat ada dua ekor monyet di depannya. Ia sempat berencana untuk memilih jalan lain. Namun, seekor monyet yang datang dari arah lain mendadak menerkam dan menggigit pahanya. Akibat gigitan itu, paha korban mengalami luka robek. Korban kemudian memilih pulang kembali ke rumah untuk meminta bantuan kepada keluarganya.
Namun, korban tak langsung mendapatkan perawatan medis. Di desa tempat korban tinggal, tak ada puskesmas atau tempat perawatan medis. Sehingga, untuk memperoleh perawatan medis yang memadai, warga harus menempuh perjalanan sejauh 50 kilometer ke Kota Samarinda.
Keluarga pun kemudian mengantar korban ke tempat perawatan medis di Kota Samarinda. Mereka menggunakan pick up yang biasa digunakan untuk mengangkut sayuran hasil bumi menuju tempat perawatan medis.
Korban mengatakan, luka pada pahanya telah ditangani dokter dengan mendapatkan suntikan anti tetanus. Dokter juga membekalinya obat penghilang nyeri.
‘Tiga ekor monyet, dua di atas, satu yang nyerang. Saya sendiri. Saya rebahkan motor. Baru dia mau lepas. Seandainya tidak rebahkan motor, mungkin dia tidak lepas,’ ujar korban ketika dihubungi usai menjalani perawatan medis, Kamis siang.
Pelajar tersebut menjadi satu dari delapan orang yang mengalami serangan monyet liar di wilayah Samarinda Utara. Menurut Lahape, seorang warga Berambai, beberapa warga di Berambai menjadi korban serangan monyet dalam pekan terakhir Juli 2019. Sekawanan monyet liar menyerang warga pengguna jalan antara Desa Bayur dan Desa Berambai. Lahape menerangkan, kejadian serangan monyet itu baru terjadi dalam waktu belum lama ini.
‘Sangat mengganggu. Berapa kali anak-anak robek di pahanya. Baru-baru aja monyet kaya gitu,’ ujar Lahape.
Hingga Kamis sore, sejumlah warga melakukan pengamanan di jalan arteri yang menghubungkan Desa Bayur dan Desa Berambai. Warga membekali diri dengan senjata tajam didampingi petugas Babinsa Samarinda Utara. Namun warga tak mau bertindak sepihak. Warga khawatir akan menyalahi hukum karena monyet di kawasan itu diduga merupakan monyet langka.
Sejumlah warga Berambai mengaku cemas atas keberadaan monyet yang mulai mengganggu para warga. Warga menilai aksi monyet ini membahayakan karena masuk ke permukiman warga dan menyerang warga. Warga pun meminta pemerintah agar mencari solusi untuk menghentikan persoalan tersebut.
Warga juga telah melaporkan adanya gangguan monyet yang terjadi sejak sepekan terakhir kepada instansi terkait. Namun, hingga korban kedelapan pada Kamis 1 Agustus 2019, tidak ada petugas terkait yang turun untuk mengamankan satwa liar itu.
‘Korban terakhir ini anak sekolah umur 15 tahun. Itu korban kedelapan. Sebelumnya ada pekerja sutet untuk PLN kena sampai 16 jahitan di lengan. Ada juga ibu-ibu yang boncengan dengan suaminya itu sampai digigit di bagian paha,’ ujar Adi, warga Berambai.
Adi mengatakan, monyet itu biasanya bermain di belakang rumah warga. Monyet itu tidak mengganggu warga sekitar. Namun, setelah adanya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara di tempat mereka, monyet mulai mengganggu para warga. Lingkungan habitat monyet mengalami kerusakan. Hutan di kawasan itu, menurut Adi, sudah berubah fungsi menjadi kebun sawit dan tambang batubara. Akibatnya, monyet pun makin terdesak dan merambah ke arah pemukiman warga. (Jie)