DPRD Kaltim

Pemanfaatan Pekarangan Rumah Bisa Jadi Metode Perbaikan Gizi Atasi Stunting

KLIKSAMARINDA – Angka prevalensi stunting di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini masih lebih baik daripada empat provinsi lainnya di Pulau Kalimantan.

Hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI mencatat, prevalensi stunting di Kaltim naik 1,1 persen dari 2021 sekitar 22,8 persen menjadi 23,9 persen di tahun 2022.

Meski begitu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim tetap berkomitmen mengatasi persoalan stunting dengan pelbagai upaya. Satu di antaranya dengan alokasi anggaran sebesar Rp3,7 miliar untuk mengatasi kasus stunting di Kaltim.

Adanya alokasi anggaran untuk mengatasi stunting di Kaltim, anggota Komisi IV DPRD Kaltim Dapil Kota Samarinda, Ananda Emira Moeis, mengapresiasi berbagai langkah percepatan pencegahan kasus stunting di Bumi Etam.

Menurut Ananda Emira Moeis, anggaran sebanyak Rp3,7 miliar ini dapat membantu memaksimalkan penurunan angka stunting di Kaltim.

Meski terdapat anggaran miliaran rupiah untuk mengatasi stunting, Ananda Emira Moeis tugas mengatasi stunting perlu partisipasi semua pihak.
“Bukan hanya pemerintah provinsi saja yang konsen terhadap stunting. Namun, semua kabupaten/kota se-Kaltim turut ambil bagian dalam penanganannya,” ujar Ananda Emira Moeis.

Partisipasi para pihak dalam penanganan stunting di Kaltim, menurut Ananda Emira Moeis, sangat diperlukan.

“Kan, pastinya pemerintah provinsi melakukan kerja sama dengan pihak terlihat lainnya. Lalu masing-masing pemerintah kabupaten/kota juga bersama-sama bergotong royong menangani kasus stunting ini,” ujar Ananda Emira Moeis, Minggu 26 Maret 2023.

Ananda Emira Moeis juga mengingatkan kasus stunting ini tidak hanya dapat dituntaskan oleh pemerintah saja. Seluruh elemen masyarakat juga harus terlibat dalam mengatasi stunting.

Ananda Emira Moeis mencontohkan jika ibu ataupun orang tua anak yang terkena stunting, pihak keluarga dan tetangga terdekat perlu turut membantu mengatasinya.

“Ibu, orang tua, keluarga dan tetangga yang ada di sekitar harus ikut terlibat. Intinya, yang paling inti dulu yaitu keluarga. Saling bantu dan peduli memberikan makanan bergizi bagi anak,” ujar Ananda Emira Moeis.

Konsen pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terhadap stunting ini harus menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, stunting berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Bumi Etam.

“Stunting ini menyangkut kualitas anak-anak generasi penerus bangsa, masa depan Kaltim dan Indonesia ada di tangan mereka. Tentu, ini juga menyangkut Indonesia Emas yang harus mempunyai SDM berkualitas bagus, harus dimulai dan ditata dari sekarang,” paparnya.

Untuk mengatasi stunting secara konkret, Ananda Emira Moeis mengusulkan agar pemerintah membuat program bagi masyarakat untuk memanfaatkan perkarangan atau halaman rumah. Program itu adalah untuk menanam berbagai macam sayur-sayuran dan buah-buahan.

Program ini menurut Ananda Emira Moeis akan turut memberdayakan keluarga khususnya ibu rumah tangga, untuk memanfaatkan lingkungan sekitar.

“Saya suka ketika di satu RT atau ibu-ibu dasar wisma itu, ada yang masuk sebagai kelompok wanita tani. Di perkarangan atau halaman rumahnya itu, mereka menanam sayur dan buah. Setiap saya tanya apakah ini dijual, mereka jawabnya enggak. Justru ini sarana perbaikan gizi bagi anak-anak kita,” ujar Ananda Emira Moeis.

Selain itu, peluang pemanfaatan pekarangan tersebut jika memiliki kelebihan bisa untuk dijual selain sebagai sarana perbaikan gizi dalam keluarga.

“Namun juga untuk meningkatkan pemasukan mereka. Mereka ini contoh masyarakat yang kreatif. Makanya stunting ini harus jadi atensi banyak orang. Nggak bisa pemerintah, to’. Keluarga sendiri to’, nggak bisa. Jadi saya nggak ngomongin besarnya. Saya ngomongin gotong royong semua pihak,” ujar Ananda Emira Moeis. (Dya/Adv/DPRDKaltim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status