Ragam

Mengadopsi Filosofi dan Cara Agrowisata: Mugiyanto dan Pondok Tingal Borobudur

Catatan Perjalanan oleh Diddy Rusdiansyah

Ketiadaan lahan bagi seorang Mugiyanto, tidak mematahkan semangatnya untuk melakukan perluasan usaha pertanian. Melalui pola kemitraan dengan pemilik lahan yang saling menguntungkan dengan, Mugiyanto melakukan format kerja sama bagi hasil dengan petani di sekitarnya.

Pola kerja sama ini untuk mengatur modal kerja dan pemasaran hasil produksi. Dua hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Mugi, panggilan akrabnya. Sementara masyarakat lokal dilibatkan untuk menggarap lahan.

Mugiyanto merupakan seorang praktisi pertanian hortikultura. Mugiyanto sukses mengembangkan kelengkeng kateki dan pola kemitraan pertanian dengan memanfaatkan lahan tidur.

Tangan dingin pria yang pernah bertugas sebagai Babinsa di Koramil 19/Borobudur Kodim 0705/Magelang dengan pangkat Serda ini, mampu mengembangkan kelengkeng kateki meski dalam kondisi terbatas.

Dia kini tak lagi bertugas di TNI, namun tetap mengabdi kepada negeri dengan mengembangkan agrowisata dan menjadi petani.

Saat kunjungan bersama UPTD BBI TPH dan dipimpin oleh Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim, Siti Farisya Yana disertai pula oleh BPAKD, DPUPR & Pera serta Biro Ekonomi Setdaprov Kaltim ke Pondok Tingal, pada 14 Mei 2023 lalu, Mugiyanto banyak memaparkan resep jitu pengembangan agrowisata tersebut.

Menurut Mugiyanto, dalam masa penanaman hingga menghasilkan buah lengkeng, petani melakukan upaya tumpangsari hortikulura berupa tanaman sayuran. Tujuannya agar petani penggarap masih mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup dari hasilnya.

Mugi mengelola lahan seluas 4 hektare untuk tanaman kelengkeng kateki. Di sana, Mugi bersama petani lainnya, mengembangkan jenis buah-buahan lain yang produktif.

“Di Pondok Tingal Borobudur, lahan seluas 4 hektare adalah milik Gudang Garam. Sebanyak 1,3 hektare ditanami pohon kelengkeng. Sisanya berupa pohon alpukat dan buah lokal lainnya,” kata Mugi saat disambangi 14 Mei 2023 lalu.

Di Pemalang, lahan garapannya seluas 29,7 hektare merupakan kerjasama dengan Perhutani. Lahan itu dikelola berdasarkan kontrak kerja selama 34 tahun.

“Hasilnya dibagi 20% untuk Perhutani, 5% untuk Lembaga Musyawarah Desa Hutan (LMDH) dan sisanya 75 % untuk Mugiyanto selaku investor. Sebesar 10% di antaranya disisihkan untuk petani penggarap di sekitar kawasan hutan,” urai Mugi menambahkan.

Kedua contoh usaha kemitraan tersebut dikelola dengan konsep agrowisata. Mugi menuturkan, selama ini ada lima manfaat yang didapatkan dari pola kemitraan tersebut.

Pertama, hasil produksi yang didapatkan lebih besar. Kedua, kesempatan untuk memberikan edukasi terutama bagi masyarakat usia dini, guna memahami budidaya pertanian walaupun pemahamannya secara sederhana.

Ketiga, pengelola wisata mendapatkan pemasukan dana dari HTM. Keempat, pengunjung dapat membawa oleh-oleh berupa buah/sayuran segar yang dapat dipetik sendiri, disamping produk olahan yang bahan bakunya dihasilkan agrowisata sendiri atau melibatkan masyarakat setempat.

“Kelima, pengelola agrowisata yang pengunjungnya cukup banyak dapat membuka kafe/resto,” kata Mugi.

Pada praktiknya, Mugi telah mampu melakukan pengembangan bibit unggul kelengkeng yang dapat diatur masa panen walaupun belum memasuki musim panen. Dampak positifnya, harga kelengkeng di pasaran yang didapatkan menjadi lebih stabil.

Di sana, Mugiyanto selalu mengajarkan penggunaan komposisi pupuk organik yang lebih besar dibandingkan pupuk non organic. Cara tersebut cukup menghemat biaya produksi.

Belajar dari pengalaman Mugiyanto ini, pihak UPTD BBI Tanaman Pangan & Hortikultura (TPH) menjadikan Mugiyanto sebagai konsultan dan menggunakan bibit kelengkeng kateki miliknya.

Bibit kelengkeng dari Mugiyanto itu didistribusikan pada kelompk tani di Samboja dan sekitar Kuaro Kutai Kartanegara (Kukar).

Diharapkan pada bulan Juli 2023 ini akan panen serempak yang dipusatkan di BBI TPH Batuah, Loa Janan.

Kami optimis bahwa hasil kunjungan ini akan dendorong pembentukan BBI TPH sebagai Agrowisata (+ Education Park) dapat dilakukan secara optimal nantinya pada tahun 2026.

Kepala UPTD BBI TPH, Devis Hendra mengatakan, dalam periode 2023–2025 ini, pembangunan insfrastruktur untuk kelengkapan agrowosata terus dilakukan.

“Termasuk fasilitas laboratorium umtuk penyediaan bibit unggul kultur jaringan. Nantinya, bibit yang dihasilkan dengan kultur jaringan ini akan menjadi industri,” ujar Devis Hendra. (*)

Tulisan ini merupakan catatan perjalanan Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Reformasi Birokrasi dan Keuangan Daerah, Diddy Rusdiansyah Anan Dani bersama selama unsur Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura, termasuk UPTD BBI TPH, BPAKD, Dinas PUPR & Pera serta Biro Ekonomi Setdaprov Kaltim, 12-15 Mei 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
DMCA.com Protection Status