Kaltim Buka Peluang Investasi Uni Eropa
KLIKSAMARINDA – Gubernur Kaltim, Isran Noor menerima kunjungan delegasi CEPA Roadshow in Samarinda European Union Delegation to Indonesia and Brunei Darussalam, di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Selasa, 26 Oktober 2021. Pertemuan ini berkaitan dengan Business Forum Meeting East Kalimantan oleh delegasi European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia dan Uni Eropa.
Rombongan dipimpin Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket. Dalam uraiannya, Vincent Piket mengatakan Uni Eropa mendukung upaya pemerintah Provinsi Kaltim untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.
Menurut Vincent Piket saat ini investasi asing di Kaltim relatif kecil. Karena itu, CEPA UE-Indonesia akan menawarkan ruang untuk tumbuh dan membantu meningkatkan perdagangan dan investasi sehingga akan terciptanya lapangan pekerjaan baru untuk ekonomi yang berkelanjutan.
Vincent Piket menambahkan, Kaltim salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan peluang investasi di sektor- sektor seperti minyak dan gas, industri pengolahan, konstruksi serta pertanian dan perikanan.
“Selama dari 30 tahun, Uni Eropa telah bermitra dengan Indonesia untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi. Tahun 2019 Uni Eropa meluncurkan program lima tahun ARISE-Indonesia Trade Support Fasipity senilai € 15 juta. Program ini memberikan dukungan teknis kepada Pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kapasitas ekspor dan untuk memenuhi aturan dan standar perdagangan Internasional,” ujar Vincent Piket.
Gubernur Isran Noor menyatakan hubungan Indonesia dan Uni Eropa dari dulu saling membangun. Peluang investasi sangat terbuka lebar untuk Uni Eropa, beberapa proyek investasi potensial yang didanai oleh investor asing antara lain.
Antara lain, proyek kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan di Kabupaten Kutai Timur, Taman Industri Kariangau, Pengelolaan Sampah Balikpapan, serta jembatan Tol Balikpapan-Penajam Paser Utara.
Gubernur Isran Noor berharap kedatangan Dubes Vincent Piket bersama delegasi I-EU CEPA ke Kaltim, menandakan keseriusan dan tekad kuat kedua belah pihak untuk mengimplementaaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia dan Uni Eropa.
“Melalui pertemuan ini, Pak Vincent mendorong investor Eropa untuk berinvestasi di Kalimantan Timur,” ujar Gubernur Isran Noor.
Dalam webinar virtual yang digelar setelah pertemuan formal itu, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan, Pemerintah Indonesia berharap dengan adanya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dapat mendongkrak investasi negara-negara Uni Eropa (EU) di Indonesia.
Menurut Amalia Adininggar Widyasanti, terdapat peluang yang luar biasa antara Indonesia dan Uni Eropa untuk memperkuat perekonomian yang lebih berketahanan dan meningkatkan investasi Uni Eropa serta negara-negara di dalamnya.
“Indonesia tengah mengalami masalah sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income trap) yang kondisinya semakin terpuruk karena pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 terkontraksi hingga 2,1 persen, namun pemulihan terus terlihat, sehingga pertumbuhan ekonomi menembus angka 7,1 persen pada Triwulan II 2021,” ujar Amalia Adininggar Widyasanti.
Mewakili Pemprov Kaltim, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal (P2IPM) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kaltim, Riawati, menerangkan bahwa investasi negara eropa masih minim di Kaltim. Dalam catatan penanaman modal asing, atau PMA, Riawati menyatakan penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan II periode April-Juni tahun 2021 sebesar 258,31 juta dolar AS atau sebesar Rp3,77 triliun (486 proyek).
“Terbesar adalah Singapura. Kami berharap para pelaku usaha eropa dapat meningkatkan potensi ekspor perdagangan,” ujar Riawati. (*)
Sementara itu, Gustaf Reerink dari Uni Eropa menyatakan bahwa pihaknya mendorong Indoneia agar memberikan kemuahan investasi. Antara lain melalui pelonggaran pembatasan syarat investasi dan perlindungan penanaman modal.
Tantangan bagi penanaman modal dari eropa di Indonesia adalah adanya pembatasan pada bisnis keuangan dan besaran investasi minimal modal Rp10 miliar. Juga soal kemudahan penanaman modal dan perlindungan tingkat regulasi yang ada, ujar Gustaf Reerink. (*)