Opini

Bima Sakti

Opini: Rizal Effendi 

Indonesia mendapat kado istimewa lima hari menjelang peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI. Bukan kenaikan harga mi dan roti, tapi Piala AFF U-16 2022 setelah tim Garuda Muda menumbangkan Vietnam 1-0 dalam babak final di Stadion Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta, Jumat 12 Agustus 2022 malam.

Di tengah hiruk pikuk kemenangan itu, orang Kaltim, termasuk saya, tentu punya kebanggaan tersendiri. Soalnya, sosok di balik kesuksesan itu adalah Bima Sakti, sang pelatih kepala. “Orang Sakti” ini asli kelahiran Balikpapan. Dia juga pernah bermain untuk Persiba Balikpapan. Bahkan sebelumnya pernah main di klub lokal yang juga sakti, kesebelasan Ossiana Sakti, sebuah perusahaan ban vulkanisir di Batakan, dekat rumah orangtuanya.

“Kemenangan ini berkat kerja keras kita semua. Tentu kita bangga bisa mempersembahkan kado terbaik untuk Hari Kemerdekaan kita,” katanya dengan wajah lega dan semringah.

Sepanjang 90 menit, saya melihat wajah Bima Sakti penuh ketegangan. Air hujan yang jatuh di kepalanya tak membuat dia berteduh. Dari pinggir lapangan, dia terus menerus memberikan berbagai instruksi kepada anak asuhnya agar mampu membobol gawang lawan dan tidak kebobolan gawang sendiri.

Setelah berpelukan dengan anggota tim pelatih lainnya, Bima Sakti langsung sujud ketika gol semata wayang lahir di pengujung babak pertama melalui kaki M Kafiatur Rizky. Gol indah itu, yang menahbiskan Indonesia sebagai raja sepakbola Asia Tenggara 2022 untuk kelompok umur atau usia 16 tahun.

“Jangan lupa bersyukur dan jangan berlebihan merayakan kemenangan ini. Kita tidak boleh sombong, apalagi angkuh, tapi tetaplah rendah hati,” kata Bima Sakti mengingatkan seluruh skuadnya setelah menerima Piala U-16 di tengah ribuan pendukung Merah Putih, yang tidak henti-hentinya bersorak dan bernyanyi.

Bagi Indonesia, ini gelar kedua pada ajang Piala AFF U-16. Piala pertama diraih empat tahun lalu saat juga berstatus tuan rumah di Sidoarjo, Jatim, 2018. Sementara Vietnam gagal membuat quattrick. Empat kali juara. Vietnam dan Thailand sama-sama tiga kali mengemas tahta kampiun di kejuaraan ini.

“Kemenangan ini selain untuk Bangsa Indonesia yang kita cintai, juga buat anak istri dan orangtua saya yang selalu memberikan dukungan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Bima Sakti tak bisa melupakan jasa orangtuanya, yang membuat dia bisa “sakti” seperti ini. Itu juga yang dia amalkan kepada semua anak asuhnya. Pada babak final kemarin, semua orangtua pemain dia datangkan ke stadion. Bahkan pada setiap pertandingan, sebelum berlaga, dia minta semua pemain memegang foto orangtua masing-masing seraya berdoa. Hasilnya pun positif, pemain punya energi ekstra bermain sampai titik darah penghabisan. Seperti para pejuang ketika merebut kemerdekaan.

Menurut Bima, pemain tidak boleh larut dengan hasil yang dicapai sekarang. Sebab, tugas ke depan sudah menanti. “Sudah saya sampaikan kepada pemain, masih ada tanggung jawab kita yaitu Kualifikasi Piala Asia U-17 pada bulan Oktober nanti,” jelasnya.

Selain mendapat ucapan selamat dari Menpora Zainudin Amali dan Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan, secara khusus Bima Sakti juga dapat ucapan selamat dari Luis Milla. “Selamat buat Bima Sakti yang mempersembahkan prestasi luar biasa,” kata Milla, mantan pemain Spanyol, yang pernah melatih timnas di mana Bima Sakti sebagai asistennya.

Stadion Bima Sakti

Orang  Balikpapan selalui ingat Bima Sakti. Pasalnya, stadion milik TNI AU di Markas Lanud Dhomber, Batakan dinamai Stadion Bima Sakti. Sebagai bentuk penghargaan atas prestasi Bima Sakti. Dia pernah bermain di lapangan itu, ketika masih bergabung dengan tim Ossiana Sakti dalam kejuaraan tahunan Danlanud Cup, awal 90-an.

Selain itu orangtua Bima Sakti, Tukiman pensiunan TNI AU di situ dengan pangkat terakhir  sersan mayor POM (purn). Jadi dia memang besar di kompleks TNI AU Lanud Dhomber. “Tiap jam 5 pagi saya berlatih sepakbola. Tapi tugas saya harus membersihkan daun pohon jambu di depan rumah sebelum boleh bermain,” kata Bima mengenang masa kecilnya.

Ketika Bima Sakti bergabung dengan Persiba tahun 2004-2005, saya masih menjadi wartawan Kaltim Post dan sering meliput pertandingannya. Dia bermain sebagai gelandang dan terkenal dengan tendangan bebasnya yang keras dan akurat. Mengingatkan kita gol sangat penting dari pemain Riski Afrisal ketika Indonesia mengalahkan Myanmar di semifinal, pada Rabu 10 Agustus lalu.

Setelah bergabung di Persema Malang, Perseba Bangkalan, Mitra Kukar, dan Gresik United, Bima Sakti pulang kandang dan bermain kembali untuk Persiba sekaligus merangkap sebagai asisten pelatih. Saya bertemu lagi dengan Bima Sakti dalam kedudukan saya sebagai wakil wali kota.

Sebelumnya Bima Sakti sempat juga merumput di PKT Bontang, Pelita Jaya, PSM Makassar, dan PSPS Pekanbaru. Ketika di PSM Makassar, timnya sempat menjadi Juara Liga Indonesia dan dia terpilih sebagai pemain terbaik.

Sebelum berakhir masa jabatan saya sebagai wali kota, saya sempat bertemu Bima Sakti ketika pulang kampung. Saya sempat diberi jersi miliknya. “Tradisi Balikpapan melahirkan pemain-pemain terbaik harus terus kita perjuangkan. Apalagi kita punya Stadion Batakan, yang sangat bagus. Persiba harus maju lagi,” ujarnya.

Berdasarkan catatan, karier Bima Sakti di timnas bermula pada 4 Desember 1995 saat dia masih berusia 19 tahun. Sejak itu dia telah mencatat rekor penampilan berkostum Garuda sebanyak 55 kali, hanya kalah dari Kurniawan Dwi Yulianto, yang bermain 60 kali. Dia pernah menyandang ban kapten timnas dan pernah mengantar timnas runner-up Piala Tiger. Dia juga pernah direkrut klub asal Swedia, Helsingborg IF pada 1995.

Karier kepelatihannya setelah menjadi asisten pelatih Persiba, dia ditarik PSSI menjadi asisten pelatih timnas. Sampai akhirnya dipercaya menjadi pelatih Garuda U-16. “Dia pelatih bagus dan penuh disiplin. Juga sangat religius dan sosial,” kata Sekjen PSSI Yunus Nusi, yang kebetulan juga dari Kaltim. Yunus sebelumnya anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Pernah menjadi ketua Asprov PSSI Kaltim dan direktur bisnis Persisam Samarinda.

Bima Sakti saat ini berusia 46 tahun. Lahir di Balikpapan, 23 Januari 1976. Hasil perkawinannya dengan  R Ade Mulyati membuahkan 3 anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Abi, Rissa, dan Jeje. Istrinya bekerja di Kementerian Hukum dan HAM. “Jika ada seseorang yang datang membawa cinta yang ikhlas, cinta yang tulus, cinta yang setia, cinta yang tenang, cinta apa adanya menerima dalam kekurangan. Sayangi dia, jaga dia baik-baik. Perlakukan dia sebagai bidadari dari surga,” tulis Bima Sakti dalam pesan romantis ketika merayakan 17 tahun perkawinannya, 2020 lalu.

Dalam acara jumpa pers, Bima Sakti tidak mau menyombongkan diri. “Kalau dibanding-bandingkan dengan pelatih lain, saya kalah. Saya cuma pelatih kampung saja,” kata Bima yang memang dikenal rendah hati.

Seusai pertandingan final tadi malam, saya baru tidur di atas pukul 00.00. Masih mengenakan jersi Merah Garuda. Kelewat semangat. Saya sempat bermimpi Bima Sakti melatih tim kesayangan saya di Liga Inggris, Manchester United alias MU. Saya lagi kesal MU kalah terus. Tiga pelatih terakhirnya terlalu dingin di pinggir lapangan. Mulai Ole Gunnar Solskjaer, Rangnick sampai Erik ten Hag. Kurang impresif, seperti ditunjukkan Bima Sakti atau pelatih sukses MU, Alex Ferguson.

Terus terang sampai saat ini saya bersama cucu saya, Defa dan Dafin, cinta berat dengan tiga tim sepakbola. Persiba, PSSI Garuda, dan MU. Dirgahayu Indonesia. Maju terus sepakbola kita. “Pulih Lebih Cepat. Bangkit Lebih Kuat.(*)

 

*) Rizal Effendi

– Wartawan senior Kalimantan Timur

– Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
DMCA.com Protection Status