Unmul Respon Positif Hilirisasi Sawit
Upaya hilirisasi yang dilakukan Pemerintah Pusat mendapat sokongan dari Universitas Mulawarman (Unmul). Apalagi, Kalimantan Timur (Kaltim) disebut memiliki 1,4 juta hektare lahan sawit.
“INI 89 persen wilayah perkebunan di Kaltim didominasi sawit,” kata Prof. Dr. Lambang Subagio, Wakil Rektor I Unmul, saat memberikan sambutan di Workshop Hilirisasi Minyak Sawit di Ball Room Swiss-Belhotel Borneo, Kota Samarinda, belum lama ini.
Bagi Prof. Dr. Lambang Subagio, besarnya wilayah perkebunan itu tentu menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Kaltim. Seperti meningkatkan potensi tenaga kerja serta meningkatan ketahanan ekonomi. Makanya, dia meyakini, hilirisasi akan meningkatkan kemampuan ekonomi para petani.
“Karena saya yakin harga sawit terus kompetitif dan ini yang kita harapkan bersama,” ujarnya. “Kita juga tahu, sekitar 34 juta ton CPO (Crude Palm Oil, Red.) yang diproduksi Indonesia merupakan komiditi ekspor,” sambung Prof. Dr. Lambang Subagio.
Hilirisasi, ucapnya, memang harus dilakukan. Sebab di Eropa kampanye negatif soal sawit di Indonesia terus dilakukan. Makanya, jika hanya bergantung pada ekspor CPO, tentu Indonesia tidak bisa kompetitif dalam pasar global. “Kita sangat tergantung pada kondisi pasar di luar negeri. Itulah sebabnya hilirisasi perlu dilaksanakan,” ungkapnya.
Soal kampanye anti sawit di luar negeri, ujar Prof. Dr. Lambang Subagio, memang terus dilakukan sejumlah pihak. Narasi yang dibangun adalah sawit menjadi salah satu penyebab perubahan iklim dan lain-lain. “Tapi saya yakin jika pengelolaan baik, maka hal itu bisa kita matasi,” tuturnya.
Prof. Dr. Lambang Subagio menegaskan, Unmul berperan aktif dalam proses hilirisasi. Dimana, komandonya ada di tangan Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Pertanian (Faperta) Unmul, Prof. Dr. Bernatal Saragih. Selain itu, Unmul juga memiliki pusat penelitian untuk kajian kelapa sawit.
Unmul, tandasnya, sangat melihat Kaltim menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi produk kelapa sawit terbesar di Indonesia. Faktor inilah yang diyakininya jika hilirisasi memberikan manfaat ekonomi. “Saya harapkan, para pengusaha kelapa sawit dapat melaksanakannya dengan para petani. Saya lihat sudah ada yang melakukan itu,” bebernya.
Selain itu, Prof. Dr. Lambang Subagio juga mengapresiasi sejumlah abupaten/kota di Kaltim yang telah berupaya mengembangkan produk turunan dari sawit. Diantaranya Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang mengembangkan sawit merah dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang mengembangkan produk turunan dari inti sawit. “Bersama IPB (Institut Pertanian Bogor, Red.), Unmul dan perusahaan di Kaltim, kami terus harapkan sinergi untuk meningkatkan ekonomi nasional,” tukasnya. (fai)