News

Ulang Sejarah, Kaltim Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional Setelah 48 Tahun

Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke XXX --September 2024 mendatang-- bakal menjadi catatan sejarah penting bagi Kalimantan Timur (Kaltim).

PASALNYA, setelah 48 tahun berlalu, Benua Etam kembali menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya. Kaltim sendiri pernah menjadi tuan rumah MTQ nasional untuk pertama kali. Tepatnya ketika penyelenggaraan MTQ ke IX pada 1976 di Kota Samarinda.

Di medio itu –bahkan– qori dan qoriah dari Kaltim tampil sebagai juara. Mereka adalah Ali Husni dan Kustania. Setelah tampil sebagai juara qori nasional, keduanya berlomba di luar negeri dan menjadi juara qori internasional.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, Sri Wahyuni, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim sebenarnya mengajukan diri sebagai tuan rumah MTQ nasional untuk 2026, atau pada pelaksanaan MTQ nasional ke XXXII. Sebab di waktu itulah genap 50 tahun MTQ nasional kembali diselenggarakan ke Kaltim.

“Rupanya Pemerintah Pusat merespon cepat usulan kami. Tidak perlu menunggu 2026, di 2023 kami sudah terima SK (Surat Keputusan, Red.) sebagai tuan rumah MTQ,” ucapnya, saat jumpa pers Persiapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim Dalam Rangka Penyelenggaraan MTQ XXX Tahun 2024 di Kaltim, Jumat 31 Mei 2024 kemarin siang, di Ruang Wiek Diskominfo Kaltim.

Untuk diketahui, dalam jumpa pers ini, Sri Wahyuni didampingi Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kaltim, M. Faisal, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Ririn Sari Dewi, Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim sekaligus General Manager SwissBell Hotel Samarinda, Wied Paramartha, serta Bendahara Umum Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Kaltim, Vandim.

Bagi Sri Wahyuni, keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi salah satu faktor penting mengapa usulan pemprov menjadi tuan rumah MTQ nasional mendapat respon cepat dari Pemerintah Pusat. “Hadirnya IKN menjadi sebuah sejarah. Apalagi setelah pelaksanaan upacara 17 Agustus di sana, sebulan kemudian kita menggelar MTQ,” ujarnya.

Dibanding daerah lain yang menjadi tuan rumah MTQ, urai Sri Wahyuni, Kaltim justru yang memiliki Waktu paling singkat dalam mempersiapkan diri sebagai tuan rumah. “Daerah lain 2 tahun mempersiapkan MTQ. Kaltim tidak ampai 2 tahun (dari usulan sebagai tuan rumah MTQ nasional ke XXXII, Red.). Meski begitu, kami berupaya menjadi tuan rumah yang baik,” ungkapnya.

Ia bahkan menyebut, animo masyarakat luar Kaltim untuk berkunjung ke IKN sangat luar biasa. Hal ini ditandai dengan banyaknya event yang digelar di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. “Banyak orang berkunjung ke Kaltim ingin melihat IKN. Apalagi MTQ di Kaltim menarik animo,” ulasnya. “Kaltim sekarang identik dengan IKN. Kalau dulu ke Kaltim tidak lengkap tanpa melihat Sungai Mahakam, sekarang tidak lengkap kalo ke Kaltim tidak melihat IKN,” timpal Sri Wahyuni.

Sebagai informasi, mengutip Majalah TEMPO, MTQ nasional ke IX pada 1976 di Kota Samarinda dibuka langsung oleh Presiden Soeharto. Tepatnya pada Rabu 28 Juli 1976, pagi. Turut hadir dalam momen bersejarah itu ibu negara, Tien Soeharto. Keduanya tiba di Kota Balikpapan dan terus ke Kota Samarinda.

Dalam kunjungan kerja selama dua hari di Kaltim tersebut, Soeharto meresmikan digelarnya MTQ Nasional IX di Stadion Segiri, Kota Samarinda. Sebelumnya, pada sore hari, Soeharto meninjau komplek pabrik Inhutani di daerah Karang Asam. MTQ Nasional IX dihadiri pula sejumlah menteri Kabinet Pembangunan. Juga para gubernur, duta besar berbagai negara Islam, serta pejabat-pejabat tinggi militer maupun sipil Rl.

MTQ Nasional IX diikuti 189 qari dan qariah dari 26 provinsi. Dinilai oleh tim dewan hakim berisikan 21 anggota. Peserta dari Kota Tepian pun keluar sebagai qori terbaik dalam ajang tersebut. (fai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status