Sepotong Kisah Misman dan Supermarket Terlengkap Ala Sungai Karang Mumus Samarinda
KLIKSAMARINDA – Pada Januari 2016 lalu, KlikSamarinda berkesempatan menemani Misman menyusuri Sungai Karang Mumus Samarinda. Kami tak menyusuri seluruh aliran Sungai Karang Mumus Samarinda yang memiliki panjang sekitar 40 kilometer itu.
Kami hanya ingin secara dekat dan lekat melihat aktivitas Misman kala itu bersama dengan teman-teman, termasuk Iyau Tupang dan warga pinggiran Sungai Karang Mumus Samarinda yang bergerak untuk memungut sampah yang bersarang di sana.
Dari pengakuan Misman, aktivitas itu bertujuan untuk merawat sungai di tempat tanah kelahiran mereka agar tidak rusak dan menimbulkan masalah untuk generasi mendatang.
Tujuh tahun kemudian, pria yang lahir di Samarinda pada 1959 itu menjadi nominasi penerima Kalpataru. Bahkan kabar terbaru, 30 Mei 2023, Misman dikabarkan menjadi satu di antara beberapa penggiat lingkungan yang akan menerima Kalpataru dari pemerintah.
Demi mencapai penghargaan itu, Misman memiliki jejak panjang dalam upaya merawat dan menjaga lingkungan Sungai Karang Mumus Samarinda hingga saat ini.
Kisah ini hanya sepotong saja ketika kami menelusuri riak-riak aliran sungai yang identik dengan kota Samarinda, Ibukota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kami saat itu menegaskan diri perjalanan ini bukan untuk berwisata menikmati keindahan sungai.
Perjalanan kala itu sebatas untuk mengonfirmasi atas julukan Sungai Karang Mumus Samarinda, yaitu tong sampah. Kok bisa, apa perkaranya?
Ternyata kami tahu kemudian, julukan itulah yang menggerakkan hati Misman (saat itu berusia 55 tahun), untuk membentuk organisasi swadaya bernama Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus.
Dalam amatan Misman kala itu, selain adanya pasar, bantaran Sungai Karang Mumus juga dijadikan lahan pemukiman oleh ribuan warga Kota Tepian, julukan Samarinda.
Perkara itulah yang menurut Misman, menjadi musabab pertambahan jumlah sampah dari rumah tangga yang tumpah ruah ke Sungai Karang Mumus Samarinda setiap harinya.
Menurut Misman, warga di pinggiran sungai tergolong lebih praktis membuang sampah ke sungai ketimbang membuang sampah ke bak sampah yang telah disediakan.
Misman lalu mengajak KlikSamarinda siang itu untuk langsung sama-sama melihat buruknya keadaan Sungai Karang Mumus Samarinda. Kami juga langsung memunguti beberapa helai sampah yang mengambang di permukaan sungai.
Dari pantauan kami saat terjun langsung ke lokasi Sungai Karang Mumus Samarinda, tidak sedikit sampah yang terapung di permukaan sungai. Seperti di wilayah RT 24, Kelurahan Sido Mulyo.
Berbagai macam sampah yang bisa kami temui di sana. Mulai sampah plastik yang tidak hancur diurai oleh mikroorganisme hingga sampah basah seperti sisa sayuran, bekas kotak dan kardus, hingga bangkai dari segala jenis hewan yang mulai membusuk.
“Di sini dulu sampah kaya gunung. Dari sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah plastik, popok bayi, kasur, macam-macam, lengkap, sampai bangkai kapal pun ada,” ujar Misman pada Rabu, 6 Januari 2016 lalu.
Misman sebenarnya telah melakukan kegiatan memungut sampah di Sungai Karang Mumus Samarinda 5 tahun sebelum 2016 atau sejak tahun 2011. Selain memunguti sampah yang mengapung, Misman juga membersihkan tunggul-tunggul yang bertajak di dasar Sungai Karang Mumus Samarinda.
Dalam membersihkan sampah, tidak jarang Misman mendapatkan tanggapan miring dari warga. Tapi, ada juga beberapa masyarakat yang melihat dan bersimpati atas apa yang ia lakukan.
“Warga yang melihat, ya cuma senyum aja. Cuek aja. Malah ada juga yang buang sampah pas kita lagi kaya gini (memungut sampah-red). Tapi, mulai banyak yang simpati, mulai dari mahasiswa dan masyarakat,” ujar Misman.
Saat itu, Misman menjelaskan, untuk membersihkan Sungai Karang Mumus Samarinda tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Mengingat panjangnya Sungai Karang Mumus Samarinda dan sampah yang sudah menumpuk.
Kondisi tersebut diperburuk oleh produksi sampah masyarakat yang volumenya bertambah setiap saat. Dalam perhitungan Misman, puluhan tahun tak akan cukup membuat Sungai Karang Mumus Samarinda bersih dari sampah jika perilaku warga masih berlum berubah.
“Satu tahun saja tidak cukup. Mungkin puluhan tahun. Ini tidak akan habis-habis sampahnya ini kalau masyarakat masih banyak yang tidak sadar.” ujar Misman.
Melalui aksi tersebut, Misman bersama kawan-kawan dan pemerintah berharap dapat menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di Sungai Karang Mumus Samarinda.
Misman telah menganggap sungai sebagai urat nadi kehidupan yang harus dipelihara, bukan dijadikan tempat berbagai jenis sampah yang melebihi jenis dagangan di supermarket terlengkap di dunia.
Harapan Misman hanya satu. Dia ingin Sungai Karang Mumus Samarinda yang merupakan salah satu anak Sungai Mahakam ini dapat bersih. Tak hanya itu, Misman juga berharap kebiasaan warga membuang sampah ke sungai tidak terulang di masa mendatang.
“Kita membersihkan sungai dan memungut sampah dan menumbuhkan kesadaran masyarakat Samarinda untuk tidak membuang di sungai. Karena liat aja, apa aja ada, udah kaya supermarket aja.” ujarnya sambil melanjutkan memunguti sampah di Sungai Karang Mumus Samarinda.
Anda bisa melihatnya pada video yang kami upload di Youtube KlikSamarinda sebagai dokumentasi di tahun 2016 tersebut. (DW/NRS)