Opera Perjuangan di Taman Wisata Rumah Ulin Samarinda Mengenang Peristiwa Sanga Sanga
KLIKSAMARINDA – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79, Taman Wisata Rumah Ulin di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), menggelar sebuah pertunjukan opera perjuangan yang menggugah.
Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan informasi baru kepada generasi muda, khususnya Generasi Z, tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Kalimantan Timur.
Opera yang berjudul “Ratusan Jiwa untuk Sanga Sanga” ini mengangkat kisah heroik para pejuang yang gugur di kota Sanga Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada tahun 1947.
Sanga Sanga, yang dikenal sebagai desa dengan sumber daya alam minyak bumi terbesar di Indonesia saat itu, menjadi saksi bisu pertempuran berdarah yang merenggut nyawa ratusan pejuang kemerdekaan.
Pertunjukan yang berlangsung pada Minggu 25 Agustus 2024 ini diawali dengan adegan kedatangan kapal pengangkut sembako dari Pulau Jawa di pelabuhan Muara Sanga Sanga, yang saat itu masih menjadi bagian dari Provinsi Borneo.
Kedatangan kapal ini disambut oleh ratusan pejuang kemerdekaan RI yang berupaya mencegah kembalinya penjajah.
Namun, nasib tragis menimpa para pejuang ketika kapal baru saja bersandar di pelabuhan. Mereka dibrondong oleh pasukan penjajah yang ternyata bersembunyi di atas kapal.
Akibatnya, ratusan pejuang gugur di medan perang, menandai salah satu peristiwa paling berdarah dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Kalimantan Timur.
Opera yang diperankan oleh karyawan Taman Hiburan Rumah Ulin ini diangkat dari novel grafis berjudul “Ratusan Jiwa untuk Sangasanga” karya Ramadhan S. Pernyata, seorang penulis lokal Kalimantan Timur.
Novel ini, yang telah digarap sejak 2009, merupakan hasil riset mendalam berdasarkan keterangan para pejuang kemerdekaan Sanga Sanga yang masih hidup.
Sheila Achmad, penggagas dan sutradara pertunjukan, mengatakan bahwa tujuan utama dari opera ini adalah untuk memperkenalkan perjuangan pahlawan lokal Kalimantan Timur kepada generasi muda.
“Ini awalnya cuma satu, belum banyak yang tahu tentang perjuangan Sanga Sanga itu seperti apa. Apalagi anak-anak milenial dan Gen Z ini jauh dari sejarah lokal,” ujarnya.
Safrudin Pernyata, budayawan Kalimantan Timur, menambahkan bahwa metode penyampaian sejarah melalui pertunjukan seperti ini lebih mudah diingat oleh masyarakat, khususnya kaum milenial.
“Apalagi buku kan ada cetak. Makanya yang kayak gini ini bagus. Apalagi kalau bosnya ini membuat film lebar dibungkus dalam 10 sampai 15 menit. Bisa gambar ceritanya, bisa dibuktikan, filmnya dapat, seninya dapat. Ya, itulah,” jelasnya.
Ramadhan S. Pernyata, penulis cerita “Ratusan Jiwa untuk Sanga Sanga”, mengaku terharu melihat karyanya dihidupkan dalam bentuk opera.
“Ini sebenarnya kisah nyata yang terjadi di Sanga Sanga, cuma memang belum banyak yang tahu saat itu. Saya sempat melihat sendiri seperti apa kotanya waktu itu dan saya berniat untuk memperkenalkan perjuangan pejuang negara kita kepada teman-teman generasi muda dengan media yang bisa mereka pahami, seperti cergam, komik,” ujarnya.
Operet “Ratusan Jiwa untuk Sanga Sanga” yang berdurasi sekitar 55 menit ini berhasil menyentuh perasaan dan emosi para pengunjung Taman Wisata Rumah Ulin Samarinda.
Meskipun tidak disediakan tempat duduk khusus, para pengunjung, termasuk anak-anak, terlihat antusias dan serius memperhatikan jalannya opera.
Pertunjukan ini tidak hanya menggambarkan peristiwa heroik perlawanan rakyat Sanga Sanga terhadap Belanda, tetapi juga membuka mata masyarakat tentang besarnya pengorbanan para pejuang lokal dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Ada ratusan bahkan ribuan para pejuang Kalimantan Timur yang tewas dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan Timur, khususnya Sanga Sanga,” tegas Sheila Achmad.
Respon positif dari pengunjung memunculkan harapan agar pertunjukan seperti ini tidak hanya dilakukan saat peringatan kemerdekaan RI saja, namun juga bisa dilakukan secara rutin. Dengan demikian, cerita perjuangan ini bisa mengakar dan selalu dikenal oleh masyarakat dan generasi muda.
Inisiatif Taman Wisata Rumah Ulin dalam menggelar opera perjuangan ini merupakan langkah penting dalam upaya pelestarian sejarah lokal.
Di tengah era digital yang sarat dengan informasi global, pengenalan sejarah perjuangan lokal menjadi semakin penting untuk memperkuat identitas dan rasa nasionalisme generasi muda.
Keberhasilan pertunjukan opera “Ratusan Jiwa untuk Sanga Sanga” ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi tempat-tempat wisata lain di Indonesia untuk turut berperan dalam pelestarian dan penyebaran sejarah lokal.
Dengan demikian, generasi muda Indonesia tidak hanya mengenal pahlawan-pahlawan nasional, tetapi juga memahami dan menghargai perjuangan pahlawan lokal di daerah masing-masing. (*)