News

Mengembalikan Kejayaan Citra Niaga dari Pedestrian (1)

Diresmikan 27 Agustus 1987, Citra Niaga menjadi salah satu sentra ekonomi bagi masyarakat Kota Tepian di masa lalu.

KLIKSAMARINDA – KAWASAN ini dulu bernama Taman Hiburan Gelora. Publik Kota Samarinda mengenalnya dengan nama singkatan; THG. Itu terjadi pada medio 1958 hingga 1968. Di tempat inilah pusat perdagangan menyatu dengan pusat hiburan. Berdirinya THG sendiri merupakan bagian dari upaya revitalisasi pasca kebakaran hebat yang terjadi pada 4 April 1958.

Fase selanjutnya tentu saja proyek Citra Niaga tahap dua yang rampung pada 27 Agustus 1987. Peresmian dilakukan Soedomo, Menteri Ketenagakerjaan, bersama Soewandi Roestam yang kala itu menjabat sebagai gubernur Kalimantan Timur (Kaltim).

Dua tahun berlalu, tepatnya 1989, Citra Niaga mendapat reward dari dunia internasional. Kawasan ini diganjar Aga Khan Awards for Architecture, salah satu penghargaan prestisius di dunia arsitektur. Dalam salah satu kategori penilaiannya adalah karya arsitektur dapat memberikan sumbangan besar terhadap umat manusia. Di dalam negeri, Citra Niaga juga mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk perencanaan kawasan komersil terbaik di medio 1991.

Bertahun-tahun berlalu, Citra Niaga nyaris terlupakan dan memasuki babak baru. Upaya untuk merevitalisasi Kawasan tu, sudah banyak dilakukan sejak lama. Namun, saat Andi Harun menjabat sebagai Wali Kota Samarinda, rencana revitalisasi itu benar-benar terwujud. “Pak Andi Harun maunya Citra Niaga ini direvitalisasi, kami banyak ngobrol dengan beliau,” ujar Ar. Vergian Septiady, IAI, arsitek revitalisasi Citra Niaga, belum lama ini.

Syahdan desain revitalisasi Citra Niaga pernah dipresentasikan ke tingkat nasional. Kala itu, momentumnya terjadi saat pertemuan Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) seluruh Indonesia. Adalah Ar. Vergian Septiady, IAI, sosok yang bertanggung jawab mempersentasikan desain revitalisasi itu. “Saya mewakili IAI regional,” ucapnya.

Di balik itu, ujarnya, banyak perspektif bahwa revitalisasi Citra Niaga adalah mengubah seluruh struktur bangunan di sana. Padahal menurut Ar. Vergian Septiady, IAI, masalah utamanya bukan pada bangunan Citra Niaga, tetapi masalahnya ada di lingkungannya.

Makanya, banyak aspek selain lingkungan yang juga tidak mampu lagi mendukung Citra Niaga untuk berkembang. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar redesign masterplan revitalisasi Citra Niaga. “Untuk masterplan kami punya tiga konsep. Pertama preservasi, kedua rekonstruksi, ketiga adalah future-nya,” ulasnya.

Di samping itu, Ar. Vergian Septiady, IAI, sangat menekankan aspek preservasi dalam revitalisasi ini. Pasalnya, identitas asli Samarinda diakui susah ditemukan. Makanya dia berharap, Citra Niaga tidak berjalan dengan desain-desain yang baru. “Bukan tidak salah (desain baru, Red.), cuma jadi kehilangan jati diri dan karakter kota saja nantinya,” tegasnya. (Fai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status