KLIKSAMARINDA – Di Kota Samarinda, hingga Sein 14 September 2020, Dinas Kesehatan Samarinda mencatat ada 318 kasus konfirmasi positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri. Mereka yang diwajibkan isolasi mandiri adalah mereka yang memiliki gejala ringan.
Arahan untuk menjalankan isolasi mandiri tersebut untuk mengurangi kapasitas rumah sakit di Samarinda yang kian banyak menampung pasien. Para pasien konfirmasi positif Covid-19 tersebut kemudian diminta melakukan perawatan mandiri di rumah.
Namun, menurut penilaian Tim Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Covid-19 Samarinda, tak semua pasien positif Covid-19 mematuhi protokol kesehatan dalam isolasi mandiri. Beberapa di antaranya masih melakukan kontak dengan warga lainnya dan sulit diawasi.
Dalam rapat terbatas secara virtual penanganan Covid-19 Selasa pagi, 15 September 2020, Sekretaris Kota Samarinda, Sugeng Chairuddin mengakui jika saat ini PemkotSamarinda mengalami kesulitan dalam mengawasi pasien positif yang melakukan isolasi secara mandiri. Sugeng Chairuddin khawatir jika tidak pasien tidak disiplin dan luput dari pengawasan, maka tidak menutup kemungkinan bisa jadi masalah baru.
“Karena melihat perilaku warga kita yang masih suka keluyuran dan kurangnya pengetahuan mengenai langkah-langkah penanganan isolasi secara mandiri, bisa saja kasus yang terus bertambah tadi hasil kontak dari pasien yang terkonfirmasi ringan ini tadi,” ujar Sugeng Chairuddin yang disampaikan dalam rilis.
Persoalan lainnya yang menjadi bahan pembahasan dalam rapat tersebut adalah keterbatasan ruangan dan tenaga kesehatan untuk penanganan Covid-19 di Samarinda. Rumah sakit dan ruang karantina di Bapelkes Samarinda yang disiapkan Pemerintah belum bisa mengcover semua pasien Covid-19 dengan gejala ringan.
Hingga saat ini, hanya ada 192 ranjang yang tersedia dari seluruh rumah sakit di Samarinda untuk melayani rujukan pasien Covid dengan gejala sedang dan berat. Menurut Sugeng Chairuddin, Pemkot Samarinda telah mendapatkan tawaran untuk membuka ruang karantina baru.
“Tapi tidak semudah yang dibayangkan karena keterbatasan tenaga kesehatan,” ujar Sugeng Chairuddin.
Sugeng Chairuddin mendorong kepada Dinas Kesehatan agar segara membuat prosedur (SOP) dalam bentuk panduan yang harus dilakukan pasien yang melakukan isolasi mandiri mulai dari awal hingga 15 hari ke depan. Nantinya dibantu oleh pihak kecamatan dalam mensosialisasikannya.
Strategi tersebut menjadi salah satu jalan keluar selain strategi memperbanyak kamar pelayanan Covid-19, juga telah disepakati untuk lebih difokuskan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) IA Moeis.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, Ismed Kusasih menjelaskan jika di Bapelkes sendiri kini merawat 40 pasien Covid dengan gejalan sedang. Ia mengakui jika kapasitas Bapelkes yang minim, sehingga tidak memungkinkan untuk merawat pasien dengan gejala ringan.
Menurut Ismed Kosasih, saat ini untuk merawat pasien Covid-19 di Bapelkes membutuhkan penanganan dokter 3 hingga 4 orang.
OOleh itu, kami arahkan mereka yang gejala ringan tadi untuk melakukan isolasi mandiri saja di rumah. Karena selain mengurangi beban biaya perawatan, juga keterbatasan tenaga kesehatan jadi pertimbangan. Tapi Alhamdulillah perkembangannya juga luar biasa. Mereka yang mandiri rata-rata berhasil sembuh 10 hingga 15 hari,” ujar Ismed Kosasih. (*)