News

Lima Wilayah di Samarinda Tak Lepas Dari Blank Spot

KLIKSAMARINDAWali Kota Samarinda bersama jajaran Dinas Pendidikan kembali melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah. Dari hasil evaluasi tersebut terungkap jika Samarinda masih memiliki kendala terhadap wilayah yang mengalami blank spot.

Akibatnya, tak seluruh siswa di Samarinda mampu melaksanakan praktik belajar jarak jauh melalui jaringan internet. Saat ini, ada sebanyak 5 wilayah di Samarinda terdapat blank spot jaringan, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengakses jaringan internet.

Dalam rapat koordinasi bersama Ketua Komite TK, SD dan SMP se-Kota Samarinda, Senin 10 Agustus 2020, Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Asli Nuryadin menyebut 5 wilayah tadi di antaranya Makroman, Bantuas, Berambai, Gunung Pinang dan Loa Kumbar. Menurut Asli Nuryadin, kelima titik blank spot tersebut rata-rata berada pada pinggir Kota Samarinda, tepatnya pada kawasan hutan dan pegunungan.

“Jadi memang operator telekomunikasi belum masuk sampai kawasan ini, sehingga tidak ada jaringan internet yang memungkinkan bagi siswa bisa belajar online,” ujar Asli Nuryadin di samping Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang dan Sekretaris Kota Sugeng Chairuddin.

Asli Nuryadin berharap guru yang mengajar di wilayah tersebut bisa lebih aktif dengan mendatangi siswa lewat memberikan tugas atau modul yang bisa dikerjakan tanpa harus terkoneksi dengan jaringan internet. Dalam mendukung sistem pembelajaran lewat online atau daring, kini dana Bantuan Operasional Sekolah (BOSNAS) juga bisa digunakan untuk membiayai pembelian kuota internet dan operasional untuk guru yang belajar berkunjung ke rumah siswa.

Walikota Samarinda, Syaharie�Jaang ketika membuka rakor tersebut menjelaskan jika pendidikan online yang saat ini tengah berjalan tidak mudah untuk diterapkan jika tidak ada partisipasi dari orang tua di rumah. Ia sendiri menyadari selain sumber daya ada fasilitas sebagai penyangga belajar yang perlu disiapkan siswa-siswi di rumah, seperti handphone dan jaringan internet.

Jika ada kendala dalam pelaksanaannya, Syaharie Jaang berharap komite bisa turut aktif untuk mencarikan solusi dengan berdiskusi dengan pihak sekolah. Ia tidak ingin ada orang tua dihadapkan dengan pilihan dilematis antara membeli makanan atau membiayai perangkat belajar anaknya di rumah.

“Saya juga sudah berpesan dengan Kepala Dinas Pendidikan agar kurikulum darurat atau covid ini bisa disederhanakan. Jadi tidak semua belajar lewat online, tapi juga bisa memberikan materi lewat modul atau radio dan televisi yang telah dikerjasamakan dengan Kementerian Pendidikan,” ujar Syaharie Jaang melalui rilis. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status