Produk Coklat Merek Kampung Merasa 74% Kaltim Single Origin, Anda Mau Coba?
KLIKSAMARINDA – Kampung Merasa menjadi brand bagi produk coklat Pipiltin Cocoa. Produk ini launching Kamis, 20 Januari 2022 di Jakarta.
Produk Kampung Merasa 74% Dark merupakan produk hasil kerjasama antara petani Kampung Merasa Berau Kaltim dengan Pipiltin Cocoa. Kerja sama ini untuk meningkatkan pembudidayaan biji kakao secara organik dengan kualitas terbaik serta konservasi alam yang tersimpan di Kampung Merasa.
Produk Kampung Merasa 74% Dark Single Origin merupakan koleksi terbaru dari edisi cokelat asli Indonesia. Kampung Merasa merupakan salah satu nama Kampung yang ada di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Peluncuran cokelat ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung produk asli Indonesia yang peduli kelestarian flora dan fauna Indonesia, kesejahteraan petani, dan ekowisata Kampung Merasa.
Nama Kampung Merasa pada produk single origin cokelat ini merupakan bentuk apresiasi kami terhadap semangat luar biasa Petani Asli Kampung Merasa.
“Seperti dan yang lain nama Merasa itu tetap diangkat karena kampung kami sendiri selama ini ya kampung wisata, ada nama urutan nasional ke berapa, nama Kabupaten Pemprov yang banyak dan di dukung juga teman – teman ICS. Kami mendukung dan kami minta tetap atas nama Kampung Merasa saja,” ujar perwakilan Petani Asli Kampung Merasa, Antonius.
Atas dukungan petani asli Kampung Merasa, Pipiltin Cocoa adalah brand pertama yang langsung mendatangi petani dan menggunakan nama Kampung Merasa untuk produk cokelat tersebut.
Semangat Petani cokelat Kampung Merasa juga harus di apresiasi. Biji Kakao Organik di Kampung Merasa lolos di seleksi di level tingkat 8 besar Indonesia untuk Cacao Excellent Award di Paris Salon du Chocolat.
Hal ini menjadi kebanggaan untuk Petani Asli Kampung Merasa untuk terus berjuang membudidayakan kakao secara organik.
Direktur Yayasan Kalimajari, Agung Widiastuti, mengatakan petani kakao di Kampung Merasa sampai dengan saat ini, tetap mempertahankan proses budidaya secara organik, meniadakan penggunaan pestisida dan menguatkan proses fermentasi sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah terhadap biji kakao tersebut.
“Pemberdayaan peran petani perempuan dalam membangun kesetaraan peran, juga menjadi poin yang tidak kalah penting dalam implementasi program. Ini adalah salah satu komitmen dari Kalimajari untuk menguatkan peran serta petani dalam menjaga lingkungan dan memastikan kakao ini diproduksi dengan menerapkan prinsip2 dasar produk yang berkelanjutan,” ujar Agung Widiastuti.
Kegiatan membudidayakan kakao ini juga menjadi mata pencaharian yang bertujuan agar masyarakat Kampung Merasa lebih fokus untuk membudidayakan kebun cokelat mereka tanpa harus bergantung dengan hutan.
Kegiatan tersebut sekaligus menjaga kelestarian hutan lestari dan keberlangsungan habitat orangutan. Suku Dayak Kenyah merupakan salah satu suku Dayak yang ada di Kampung Merasa.
Berangkat dari kesadaran bahwa peran serta masyarakat adalah kunci keberhasilan pembangunan, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) selama sepuluh tahun terakhir mendukung penguatan kapasitas warga kampung dalam kerangka pembangunan hijau melalui pendekatan SIGAP (akSi Inspiratif warGA untuk Perubahan).
Bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Berau dan Yayasan Kalimajari, YKAN memfasilitasi pendampingan petani dalam rangka mendukung kesiapan dan kapasitas petani dalam mengelola perkebunan kakao secara berkelanjutan.
“YKAN mendukung pengembangan produk-produk lestari, termasuk komoditas kakao, sebagai insentif bagi masyarakat tepi hutan melaksanakan konservasi hutan. Besar harapan, masyarakat dapat hidup bahagia di tengah hutan yang lestari,“ ujar Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hertanto dalam kesempatan yang sama.
Cokelat Kampung Merasa 74% ini ditanam di sepanjang tepian Sungai Kelay dan dikelilingi oleh hutan langsung.
Berkaitan dengan hutan konservasi yang tinggi, Kampung Merasa juga merupakan salah satu area yang di dalam wilayahnya terdapat Pulau Bawaan yang digunakan untuk pelepasliaran orangutan yang bernama Nigel dan Hercules.
Menurut perwakilan dari The Centre for Orangutan Protection (COP), Indira Nurul Qomariah, Pulau Bawaan yang berlokasi di Kampung Merasa merupakan tempat melatih orangutan untuk bertahan hidup sebelum dilepasliarkan.
Selama berada di pulau, orangutan akan belajar untuk mencari makan dan hidup tanpa bergantung dengan manusia.
“Sejak tahun 2015, sudah ada belasan orangutan yang pernah tinggal di Pulau Bawaan. Saat ini terdapat 2 individu yang ada di pulau, yaitu Nigel dan Hercules. Keduanya terpantau menunjukkan perkembangan perilaku yang baik dan siap dilepasliarkan pada bulan Februari 2022,” ujar Indira Nurul Qomariah.
Tidak hanya dikenal melalui biji kakao, suku Dayak, dan Orangutan, Kampung Merasa juga dikenal dengan daya Tarik Wisata Merasa.
Antara lain: Susur Sungai, Jungle Trek, Gunung Karst, Kolam Alam Batu Bawan, Situs Perkuburan Kayu (Lungun) suku Dayak, Gua Mulut Besar dan Gua peninggalan Suku Dayak lainnya.
Founder dari Sebumi, Iben Yuzenho, menjelaskan bahwa keunikan wisata di Merasa bukan semata-mata keindahan alamnya saja. Namun masyarakat di Merasa juga mengembangkan sebuah konsep ekowisata berbasis konservasi.
“Artinya manfaat ekonomi dari hutan dan alam bagi masyarakat Merasa melalui kegiatan ekowisata berjalan selaras dengan usaha melindungi dan merawatnya secara berkelanjutan,” ujar Iben Yuzenho.
Karakteristik rasa yang khas dari cokelat Kampung Merasa ini adalah madu dan jeruk citrus yang asli di hasilkan dari biji cokelat yang sudah di fermentasi oleh Petani Asli Kampung Merasa.
Irvan Helmi, salah satu pendiri Pipiltin Cocoa menerangkan bahwa kerjasama itu tidak hanya soal rasa. Kerjasama juga terjadi dalam sisi design kemasan cokelat ini juga merupakan kolaborasi kami dengan dengan designer asal Berlin yaitu Cachete Jack.
“Dengan berkolaborasi dengan Cachete Jack, kami harap cokelat Kampung Merasa dikenal bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri dengan adanya design kemasan Kampung Merasa di profile mereka,” ujar Irvan Helmi.
Desain gambar burung Enggang yang ada pada kemasan produk cokelat Kampung Merasa juga menjadi ciri khas yang digunakan pada topi adat suku Dayak. Artinya melambangkan kepemimpinan dalam melindungi rakyatnya. Burung Enggang ini juga menebar benih di udara untuk regenerasi hutan, yang dengan keberadaannya menandakan bahwa hutan tersebut masih sangat baik keadaannya.
“Penting bagi Pipiltin Cocoa untuk bercita-cita menjadi pembeli terbaik dari penghasil kakao berkualitas” ujar .
“Inilah inti dari perjalanan Pipiltin Cocoa: rasa khas di tiap daerah, kualitas tinggi, keberlanjutan dan inklusif,” ujar Tissa Aunilla, pendiri Pipiltin Cocoa.
Inklusivitas menjadi sangat penting, karena dengan menghubungkan rantai antara hulu ke hilir, rantai pemasok terjaga dan semua pihak diuntungkan: petani jadi lebih percaya diri karena nama daerah tertulis dalam kemasan, dan konsumen akhir dapat mengetahui persis siapa petaninya. (*)