Ekbis

Presiden Optimis Ekonomi Syariah Berkembang Pesat

Presiden Joko Widodo meresmikan berdirinya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Bank tersebut merupakan hasil merger dari tiga bank syariah BUMN yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

Menurutnya, hari peresmian BSI merupakan momen bersejarah bagi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Berdasarkan laporan SGIE (State of Global Islamic Economy), sektor ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup berarti. Pada tahun 2018, ekonomi syariah Indonesia berada di peringkat ke-10 dunia, pada tahun 2019 naik menjadi peringkat ke-5, dan pada tahun 2020 menjadi peringkat ke-4.

Apalagi, menurut Jokowi, kinerja perbankan syariah di Indonesia lebih baik dibandingkan perbankan konvensional.

Jokowi menjelaskan dari sisi aset, perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan 10,97 persen per tahun, sedangkan perbankan konvensional naik 7,7 persen. Dari sisi dana pihak ketiga, perbankan syariah tumbuh 11,56 persen, sedikit di atas bank konvensional 11,49 persen. Sedangkan dari sisi pembiayaan, tumbuh 9.42 persen per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional yang hanya tumbuh 0,55 persen.

“Indikator-indikator seperti ini saya kira patut kita catat. Dengan data seperti itu saya meyakini Insya Allah bahwa ekonomi syariah indonesia akan tumbuh sangat cepat, akan berkontribusi besar dalam mewujudkan kesejahteraan umat dan masyarakat kita,” ungkap Jokowi dalam acara peresmian PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), di Istana Negara, Jakarta, Senin (1/2).

Mantan gubernur DKI Jakarta ini berpesan bahwa BSI harus menjadi bank syariah yang universal, yakni harus terbuka, inklusif dan harus menyambut siapapun yang ingin menjadi nasabah.

“Jadi jangan berpikir BSI ini hanya untuk umat muslim saja. yang non-muslim pun juga harus diterima dan disambut baik menjadi nasabah BSI. Semua yang mau bertransaksi atau berinvestasi secara Syariah harus disambut sebaik-baiknya,” jelasnya.

BSI, ujar Jokowi juga harus terdepan dalam penggunaan teknologi digital, untuk bisa menjangkau masyarakat yang belum pernah merasakan layanan perbankan.

Lanjutnya, BSI juga harus bisa menarik minat generasi muda milenial, mengingat sebanyak 25,87 persen dari jumlah masyarakat Indonesia adalah kaum muda tersebut.

“Produk dan layanan keuangan syariah dari BSI ini harus kompetitif, harus memenuhi kebutuhan berbagai segmen konsumen. Mulai dari UMKM, korporasi sampai retail dan mampu memfasilitasi nasabah agar cepat naik kelas dan menjadi tulang punggung ekonomi negara kita Indonesia,” paparnya.

Ia juga berharap BSI bisa jeli dan gesit dalam menangkap berbagai peluang dan harus bisa menciptakan tren-tren baru dalam perbankan syariah.

“Pada kesempatan yang baik ini dan dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim PT Bank Syariah Indonesia Tbk saya nyatakan diluncurkan,” tuturnya.

Aset BSI Capai Ratusan Triliun

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Herry Gunardi mengungkapkan proses merger ketiga bank BUMN syariah ini memakan waktu selama 11 bulan mulai dari due diligence, penandatangan akta penggabungan, penyampaian keterbukaan informasi, hingga perolehan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Alhamdulillah hari ini tanggal 1 Februari 2021 bank hasil penggabungan sudah mulai beroperasi dengan nama dan identitas baru PT Bank Syariah Indonesia Terbuka. Nama Bank Syariah Indonesia dipilih karena kami ingin bank syariah ini dapat menjadi representasi Indonesia baik di tingkat nasional maupun di tingkat Global logo bank syariah Indonesia memiliki bintang bersudut lima. Ini merepresentasikan lima sila Pancasila dan 5 rukun Islam,” ungkap Herry.

Ia menjelaskan sebagai bank yang merupakan penggabungan dari tiga bank tersebut, pada Desember 2020 BSI memiliki total aset sebesar Rp240 triliun, dengan total pembiayaan Rp157 triliun, total dana pihak ketiga Rp210 triliun, serta total modal inti sebesar Rp22,6 triliun.

“BSI juga memiliki lebih dari 1200 kantor cabang dan 20 ribu karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Dirut Bank Syariah Indonesia mengatakan banyak tantangan yang harus dilakukan guna meningkatkan literasi keuangan syariah. (Foto:Biro Setpres)

 

Dirut Bank Syariah Indonesia mengatakan banyak tantangan yang harus dilakukan guna meningkatkan literasi keuangan syariah. (Foto:Biro Setpres)

Herry mengakui, tantangan yang dihadapi BSI ke depan tidak mudah. Menurutnya, banyak hal yang harus dilakukan seperti perbaikan proses bisnis, penguatan manajemen resiko, penguatan sumber daya insani, dan penguatan teknologi digital. Meski begitu, BSI ujar Herry akan berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang melayani semua lapisan masyarakat.

“BSI memiliki fokus untuk menumbuhkan segmen UMKM dalam ekosistem yang terintegrasi, melayani segmen ritel dan konsumer serta mengembangkan manajemen wholesale dengan produk yang inovatif termasuk pengembangan bisnis global seperti global sukuk,” jelasnya.

BSI juga memiliki konsep yang dapat dioptimalkan untuk melakukan pemerataan ekonomi masyarakat melalui zakat, infaq, shadaqah dan wakaf.

“Kami siap membawa Bank Syariah Indonesia untuk masuk ke dalam 10 bank syariah terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar dalam lima tahun ke depan,” pungkasnya. [gi/ab]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status