Meniti Ketinggian Jembatan Gantung Bukit Bangkirai di Wilayah IKN Samboja
Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, menjadi satu kawasan yang menjadi daya tarik tersendiri di lokasi Ibukota Negara Indonesia (IKN) di Kalimantan Timur yang telah ditetapkan oleh Presiden Djoko Widodo akhir Agustus lalu. Samboja tidak sendiri ketika Presiden Joko Widodo menetapkannya menjadi kawasan Ibukota Negara, Wilayah lain ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, yaitu Kecamatan Sepaku.
Kawasan ini memiliki hutan alami dengan luas 510 hektare. Tutupan hutan ini masih utuh yang berada dalam areal konsesi PT Inhutani seluas 19 ribu hektar. Di kawasan ini, ada tawaran wisata alam menarik bernama Bukit Bengkirai. Lokasinya berada di Kecamatan Samboja, tak jauh dari Kecamatan Sepaku. Kedua wilayah ini berbatasan.
Menuju Bukit Bangkirai, jarak tempuh dari Balikpapan sekitar 42 kilometer. Dari Samarinda, jaraknya 97,4 kilometer. Akses masuk dari Samboja ke Bukit Bangkirai sekitar 45 menit dengan jarak 33,9 kilometer. Kondisi jalan cukup baik dari KM 38 poros Balikpapan-Samarinda hingga pintu masuk ke lokasi Konsesi PT Inhutani 1. Dari pintu gerbang itu kita akan melalui Jalan tanah yang dikeraskan dan kondisinya sedikit rusak. Kawasan wisata alam ini paling banyak ditumbuhi pohon Bangkirai. Pohon ini pula yang dipilih menjadi maskot utamanya.
Para pengunjung harus hati-hati karena di tengah perjalanan harus melintas di jalan tambang batubara milik PT Singlurus. Setiap akhir pekan, tempat ini selalu dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Setelah 15 menit menempuh perjalanan di jalan berbatu dan licin sebuah bangunan yang cukup besar terlihat menyambut para wisatawan yang mengunjungi kawasan itu. Di tempat itu, terdapat balai pertemuan untuk 100 orang dan sebuah kantor penerima tamu. Tidak jauh dari bangunan itu, terdapat 5 bangunan lain yang berfungsi sebagai Homestay bagi tamu yang ingin menginap. Fasilitas pendingin ruangan, dan jungle cabin, pondokan tanpa fasilitas listrik bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana hutan yang sebenarnya.
Di kawasan ini tersedia ribuan jenis pohon yang memiliki fungsi sebagai obat-obatan seperti kayu bajakah. Yang tidak kalah menariknya kawasan ini memiliki satu fasilitas yang unik dan hanya ada satu di Indonesia yakni Canopy Bridge atau jembatan tajuk, jembatan ini merupakan jembatan kedua di Asia dan kedelapan di dunia. Untuk menuju Canopy Bridge, pengunjung harus menaiki menara dari kayu ulin yang dibangun mengelilingi batang pohon bangkirai. Jembatan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penelitian berbagai jenis burung.
Jembatan ini memiliki panjang 64 meter dan menghubungkan tajuk-tajuk yang dibangun di lima pohon Bangkirai, jenis pohon yang paling banyak tumbuh di hutan tropis ini. Pohon bangkirai yang tumbuh di tempat ini ada yang sudah berumur lebih dari 150 tahun, memiliki tinggi 40 hingga 50 meter, dengan diameter 2,3 meter.
Jadi tidak heran jika jembatan tajuk ini bisa menggantung di ketinggian 30 meter dari permukaan tanah. Jembatan ini cocok bagi wisatawan yang ingin melakukan uji nyali sambil menyaksikan panorama hutan; berjalan meniti papan landasan jembatan yang dirangkai dengan anyaman tali sebagai pengaman di kedua sisi.
Untuk merasakan sensasi menapaki Canopy Bridge, wisatawan domestik dikenakan biaya sebesar Rp 15 ribu, sementara wisatawan asing harus membayar Rp 30 ribu. Layanan operasionalnya dibuka tiap siang hari. Untuk alasan keamanan, Canopy Bridge ini akan ditutup jika kecepatan angin melebihi 30 mil/jam atau cuaca buruk.
Ada beberapa peraturan yang harus ditaati pengunjung yang ingin menaiki Canopy Bridge. Misalnya: anak-anak dengan tinggi badan dibawah 1 meter dilarang naik, tidak memakai sandal atau sepatu berhak tinggi, maksimal 2 pengunjung yang diperbolehkan melewati jembatan pada saat bersamaan dan keduanya harus menjaga jarak setidaknya lima meter. Sementara menaranya hanya boleh dinaiki oleh paling banyak delapan orang, dan hanya empat orang yang boleh berada di landasan tajuk pada pohon. Dan tentu saja, dilarang berlari atau melompat-lompat di atas landasan Canopy Bridge. Mengingat hutan adalah paru-paru Bumi, jangan coba-coba merokok di kawasan hutan wisata ini. Pengunjung juga bisa menggunakan fasilitas wisata hutan yang tersedia, dari flying fox, swing line, wall climbing, jembatan jaring, dan lainnya.
Kepala unit jasa wisata hutan bukit bangkirai, Thamrin mengatakan terdapat banyak sekali Jenis pohon yang berada di tempat ini, yaitu meranti, meranti merah, putih, kuning, kayu ulin, dan ribuan jenis kayu rimba lainnya. Karena titupan hutanya yang cukup baik, beberapa pohon yang sudah hampir punah dan Bengkirai mulai tumbuh lagi di kawasan ini.
“Ini sejenis jamur yang menandakan bahwa kawasan ini sangat baik untuk tumbuhnya pohon-pohon langka seperti ulin dan bangkirai. Kalau ada tanaman ini dipastikan di tempat ini nanti akan tumbuh pohon ulin,” kata Thamrin saat menunjukan kawasan hutan bukit bangkirai yang kata akan flora dan fauna.
Selain ekowisata, kita juga kembangkan edukasi wisata bagi pengunjung dengan mengenal jenis kayu, tamanan serta kegunaannya,” tambah Tamrin. Selain itu Thamrin berharap, hutan alami ini tetap terjaga.
Meski demikian, masih ada ancaman terhadap hutan alam ini seperti perambahan, pengavelingan, kebakaran dan lainnya. Dia mencontohkan, sejak ditetapkan sebagai IKN, ada banyak kelompok masyarakat yang mengkavling hutan sekitarnya.
“Ada yang pasang plang tanah milik koperasi 250 hektar. Lalu ada plang tanah adat 300 hektar, dan lainnya,” kata dia.
Tetapi, setelah pihaknya melapor polisi, semua plang-plang yang diklaim sudah dicabut dan tak ada masalah. (*