Mengenali Ritual Tiwah sebagai Kebudayaan Suku Dayak Ngaju
Ritual Tiwah Masal di Desa Jangkung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

KLIKSAMARINDA – Ritual Tiwah Massal berlangsung di Desa Jangkung, Kecamatan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 14 Oktober 2023. Ketua Umum Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN), Ir. Nyelong Inga Simon, menghadiri peristiwa yang sangat sakral tersebut.
Mengenal Ritual Tiwah
Ritual Tiwah, Salah Satu Warisan Adat Suku Dayak Ngaju
Ritual Tiwah adalah sebuah upacara adat yang masih dilestarikan di Kalimantan Tengah. Upacara ini berasal dari masyarakat Suku Dayak Ngaju dan merupakan salah satu upacara kematian adat terbesar dalam budaya mereka. Ritual Tiwah mempertemukan konsep kematian dengan keyakinan lokal Suku Dayak Ngaju, yaitu Kaharingan.
Tujuan dan Makna Ritual Tiwah
Memahami Pentingnya Upacara Kematian Bagi Suku Dayak Ngaju
Ritual Tiwah dilakukan untuk merayakan kehidupan seseorang yang telah meninggal dan dimakamkan dalam Runi atau peti mati. Tujuan utama dari ritual ini adalah untuk membantu arwah yang meninggal dalam perjalanan menuju Lewu Tatau, yaitu dunia roh dalam konsep kematian Dayak Ngaju. Selain itu, Ritual Tiwah juga dianggap sebagai cara untuk mengusir sial dan kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Keyakinan Tentang Kematian
Kaharingan, Keyakinan Agama Suku Dayak Ngaju
Suku Dayak Ngaju memiliki kepercayaan bahwa kematian adalah awal dari perjalanan menuju dunia roh. Manusia yang meninggal akan berubah menjadi arwah yang dikenal sebagai Liau atau Liaw. Liau ini harus diantarkan ke Lewu Liaw melalui proses Tiwah. Bagi mereka, Ritual Tiwah adalah kewajiban moral dan sosial, karena mereka percaya bahwa jika Liau tidak diantarkan melalui Tiwah, arwah akan terjebak di dunia dan tidak bisa mencapai surga.
Ritual Tiwah Masal di Desa Jangkan
38 Keluarga Menyelenggarakan Ritual Tiwah Bersamaan
Pada 14 Oktober 2023, Ritual Tiwah di Desa Jangkan, Kecamatan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, menjadi salah satu momen penting. Tidak kurang dari 38 keluarga menggelar Ritual Tiwah secara bersamaan. Rangkaian upacara ini akan berlangsung hingga 27 Oktober 2023.
Doa dan Prosesi Tiwah
Pengarahan Roh Melalui Ritual Sakral

Selama 75 hari, simbol-simbol doa dirangkai dalam bahasa Sangiang, dipimpin oleh “Basir,” seorang petugas ritual yang berjumlah tujuh orang. Doa-doa ini dipanjatkan siang dan malam hingga 27 Oktober 2023 mendatang. Ketua Umum LPDN, Ir. Nyelong Inga Simon, berkata, “Puji Tuhan saya mendapatkan tempat kehormatan dari 38 keluarga utama yang menyelenggarakan Ritual Tiwah pada malam puncak doa dan puncak acara penumbukan kerbau yang melambangkan kehormatan keluarga pada tulang belulang yang di Tiwah atau dihantarkan ke surga.”
Makna Dalam Ritual Tiwah
Ketenangan Bagi Keluarga dan Arwah yang Meninggal
Ritual Tiwah memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Suku Dayak Ngaju. Mereka mempersiapkannya selama berbulan-bulan sebelum pelaksanaan, dan prosesi ini bisa memakan waktu hingga satu bulan penuh.
Tujuan Ritual Tiwah adalah untuk memberikan ketenangan kepada keluarga yang ditinggalkan, karena mereka percaya bahwa arwah yang meninggal sudah diantarkan ke alam roh melalui Tiwah. Selain itu, upacara ini juga diharapkan dapat menjauhkan keluarga dari penyakit dan kesialan. Bagi arwah, Tiwah adalah sarana untuk mencapai Lewu Liau, tempat yang seharusnya mereka tuju.
Tahapan Upacara Tiwah
Prosesi Mendalam Menuju Lewu Liaw
Ritual Tiwah dilaksanakan ketika seseorang yang masih beragama Kaharingan dalam Suku Dayak Ngaju meninggal. Upacara ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan tulang belulang orang yang akan ditiwahkan. Kemudian, jenazah yang masih utuh akan dipisahkan dari dagingnya.
Setelah tahap pra-upacara, upacara puncak Ritual Tiwah berlangsung selama tiga hari hingga satu bulan. Ini dimulai dengan pembuatan Balai Pangun Jandau dan sangkaraya sandung rahung. Selanjutnya, hewan kerbau diikat di sangkaraya, dan tarian sakral yang disebut “mangajan” dilakukan.
Tihang Mandera juga didirikan di dekat Sangkaraya, sebagai tanda bahwa kampung ditutup selama upacara. Hewan kurban diikat di sapundu dan dikelilingi oleh para tamu yang hadir. Upacara puncak Tiwah melibatkan para tamu yang naik rakit berisi sesaji.
Hari terakhir upacara Ritual Tiwah, arwah yang ditiwahkan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Prosesi ini ditemani dengan pengorbanan hewan dengan cara ditombak. Upacara diakhiri dengan meletakkan tulang belulang dalam kain merah dan disimpan di sandung. (*)