Literasi Media KPID Kaltim, Merawat Lokalitas Lewat Konten Berkualitas
KLIKSAMARINDA – Lokalitas kerap terabaikan dalam pembuatan konten atau produk yang berkaitan dengan karya kreatif, baik itu audio visual maupun karya kreatif lainnya. Padahal, lokalitas memiliki kandungan nilai dan daya tariknya sendiri.
Kondisi tersebut akan sangat merugikan karena akan menjauhkan pembuat konten atau content creator dari identitas serta nilai-nilai lokalitas itu sendiri. Karena itu, diperlukan upaya untuk merawat dan memuliakan nilai-nilai lokalitas, antara lain kearifan dan budaya lokal, melalui pembuatan konten yang berkualitas.
Menilik pentingnya muatan lokalitas dalam konten, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), menggelar Literasi Media 2021. Kali ini, Literasi Media KPID Kaltim mengangkat tema “Partisipasi masyarakat menumbuhkan konten lokal berkualitas”.
Dalam kegiatan yang berlangsung Senin, 8 November 2021 secara virtual ini, KPID Kaltim bekerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman.
Berlaku sebagai narasumber antara lain, Konten Kreator, Aktor dan Sutradara, Achmad Mushlih Navis, Dosen Ilmu Komunikasi Unmul, Kezia Arum Sary, M.Ikom, dan Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman Kadek Dristiana.
Literasi media ini juga dirangkaikan dengan Workshop pembuatan konten. Workshop dan Kompetisi Konten merupakan bagian dari Literasi Media oleh KPID Provinsi Kaltim yang dilaksanakan selama kurun waktu 2 bulan yakni mulai dari bulan Oktober hingga November 2021.
Hadir kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum mengikuti kegiatan virtual ini dengan antusias.
Achmad Mushlih Navis mengawali paparannya dengan menerangkan pentingnya etika dalam pembuatan konten. Menurut Achmad Mushlih Navis, pembuatan konten pertama kali harus mengutamakan etika sebelum estetika.
Achmad Mushlih Navis juga menyatakan konten yang baik harus direncanakan dengan matang dan bermanfaat bagi khalayak. Pada titik itu, sebuah riset ata pendalaman tema, menjadi penting bagi pembuat konten
”Kadang terbalik, konten kreator mementingkan estetika daripada etika. Jadinya, yang dipentingkan atau dipikirkan pembuat konten adalah viral dan populer tanpa isi atau muatan konten yang berkualitas. Kita juga perlu mendalami apa yang akan kita buat dan melakukan riset dulu,” ujar Achmad Mushlih Navis.
Di sisi lain, Kezia Arum Sary menerangkan terkait relevansi pembuat konten dengan lingkungan sekitar. Hal ini memungkinkan setiap pembuat konten untuk mengenali dan mengakrabkan diri dengan nilai-nilai lokal yang ada di sekitarnya.
Khususnya di Kalimantan Timur (Kaltim), menurut Kezia Arum Sary, yang banyak memiliki kebudayaan yang dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku industri kreatif. Kebudayaan lokal itu akan menjadi modal dasar bagi pembuat konten dalam memproduksi karya mereka. Upaya penerapan unsur lokal dalam konten itu, menurut Kezia Arum Sary, akan berdampak terhadap pengenalan kebudayaan lokal bagi publik yang lebih luas.
“Pembuat konten perlu untuk terus menggali informasi terkait warisan leluhur dan komitmen untuk mengenalkannya ke ruang lingkup yang lebih luas. Tentunya akan memiliki pengaruh pada sektor lain seperti halnya sektor ekonomi, dan pada akhirnya menjadi kontribusi besar bagi negeri kita,” ujar Kezia Arum Sary.
Rina Juwita, dalam materinya memberikan pandangan terhadap perkembangan kebudayaan saat ini yang ditopang oleh teknologi multiplatform. Menurut Rina Juwita, perkembangan teknologi itu pada kenyataannya justru menggerus budaya bangsa melalui berbagai siaran media.
Padahal, menurut Rina Juwita, Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya itu, imbuh Rina Juwita, harusnya lebih berkembang karena adanya teknologi.
”Namun sayang meski sudah difasilitasi dengan banyak saluran, pemanfaatan berbagai platform media yang ada malah diisi dengan konten yang hanya mementingkan adsense, keuntungan, tanpa memikirkan dampak untuk masyarakat luas,” ujar Rina Juwita.
Rina Juwita, berharap dengan adanya kegiatan workshop dan kompetisi konten ini dapat menambah wawasan dan memotivasi seluruh pihak untuk bersama-sama berkontribusi melestarikan budaya bangsa. (*)