Kisah Sedih Sang Istri di Balik Kematian Suprianda Usai Meninggal Diterkam Harimau Milik Majikan
KLIKSAMARINDA – Kematian yang mengejutkan dan tragis menimpa Suprianda pada Sabtu, 18 November 2023, akibat diserang harimau milik majikannya, membawa duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Dalam tragedi ini, terungkap kisah perjuangan seorang suami dan ayah yang menjalani kehidupan penuh tanggung jawab. Respons keluarga atas peristiwa ini menggambarkan harapan dan keadilan.
Kisah Keluarga Suprianda
Awal Hari yang Penuh Harapan
Sabtu pagi itu, keluarga kecil Suprianda, bersama dengan dua anak mereka, berkunjung ke rumah orang tua Suprianda. Namun, apa yang seharusnya menjadi hari yang penuh harapan, berubah menjadi tragedi tak terduga.
Diketahui Suprianda meninggalkan seorang istri bernama Suwarni (26). Dari pernikahan mereka, lahir dua orang anak. Anak pertamanya perempuan berusia 7 tahun dan anak keduanya laki-laki umur 1 tahun. Suwarni saat ini tengah mengandung anak yang ketiga.
Aktivitas Rutin Suprianda
Suprianda, yang biasa disapa Sur, memiliki tanggung jawab memberi makan hewan peliharaan, termasuk harimau yang menjadi fokus pekerjaannya. Namun, pada pagi itu, panggilan tugas dari majikan (AS) membawanya ke kolam untuk membersihkannya.
Kronologi Peristiwa
Kehilangan Kontak
Mata sang istri, Suwarni, tampak berkaca-kaca saat ditemui di kediaman orang tua Suprianda di Jalan Batu Cermin Kelurahan Sempaja Barat, Samarinda Utara, Selasa, 21 November 2023, Suwarni menceritakan saat-saat terakhir sebelum menerima kabar suaminya meninggal dunia.
“Datang itu karena disuruh bos (AS) untuk bersihkan kolam,” ucap Suwarni.
Pukul 10.30 WITA, Suprianda memulai aktivitasnya di kandang harimau. Namun, ketika satu jam berlalu tanpa kabar, kekhawatiran mulai menghampiri Suwarni, sang istri. Biasanya, Suprianda selalu melakukan video call saat berada di kandang, namun kali ini tidak ada kabar.
“Biasa itu kalau dia masuk kandang pasti video call. Biar tau apa yang terjadi saat dia masuk kandang. Ini tidak ada kabar,” ujar Suwarni menahan tangis.
Pencarian yang Meninggalkan Kesedihan
Suwarni, dalam kebingungannya, mencoba menghubungi majikan (AS) untuk mencari tahu keberadaan suaminya. Melalui ART bernama Mbak Fin di rumah AS, Suwarni sempat meminta tolong untuk menelepon majikan Suprianda. Jawaban serupa kembali diterimanya sesaat kemudian.
“Jawab si Bos, “Mungkin kerjaannya belum selesai di dalam sana,” ujarnya.
Pukul 13.30 WITA, dengan keberanian yang luar biasa, Suwarni memutuskan untuk mengecek langsung kandang harimau.
Kebenaran yang Mencekam
Saat mendekati pintu kandang, Suwarni dibuat terkejut oleh kondisi renggang pintu dan keberadaan anjing di luar kandang. Emosinya mulai meluap saat mendengar jawaban majikan yang tidak dapat mengontrol rasa takut dan kehilangan.
Sambil menggendong anak keduanya yang masih berusia 1 tahun, Suwarni mendekati kandang. Putranya pun menyebut sambil menunjuk ke atas bangunan tersebut dengan ucapan “bapak… bapak!.”
“Anak saya ini tiba-tiba rewel dan nunjuk ke lantai 3 bagunan itu mah ada bapak…bapak,” bener Suwarni.
Suwarni pun melihat seekor anjing bernama Aci yang berkeliaran di sekitar kandang. Suwarni pun bertanya-tanya, mengapa anjing tersebut bisa berada di luar kandang? Padahal biasanya ada di dalam kandang.
“Tanya dalam hati, kenapa anjing itu bisa keluar? Saya langsung kabur menuju rumah depan dan minta tolong lagi Mbak Fin hubungi bos,” ungkap Suwarni.
Keterlibatan Majikan
Majikan (AS) segera merespons panggilan Suwarni dan tiba di lokasi kejadian. Setelah pemeriksaan di belakang kandang, berita tragis disampaikan: Suprianda telah tiada.
“Saya sudah tidak bisa berkata-kata saat itu, teriak sejadinya-jadinya. Soan ayah AS mencoba menenangkan saya dan suruh saya tenang. Dia (Soan) bilang kalau dia sudah hubungi kepolisian,” kata Suwarni.
Tanggapan Emosional
Suwarni, dalam keadaan histeris, mengalami kesulitan untuk memberikan informasi kepada keluarga. Di tengah keheningan dan kesedihan di sekitarnya, dia mencoba menyampaikan kejadian ini kepada orang di sekitarnya saat itu. Namun dia hanya mendapat sambutan berupa ketidakpedulian.
Suwarni kemudian berusaha keluar dari tempat itu dan berkat bantuan teman kerja suaminya, dia bisa sampai ke rumah mertuanya.
“Saya gendong anak saya ini, saya coba lari dan sempat berapa kali jatuh, dan akhirnya bisa keluar dan diantarkan teman kerja suami saya ke rumah sini (rumah mertua),” ujarnya.
Kondisi Terakhir dan Harapan Keluarga
Diketahui bahwa harimau yang menyerang Suprianda adalah harimau besar yang sebelumnya tidak pernah dirawat oleh suaminya. Informasi ini menjadi kejutan bagi keluarga yang selama ini hanya tahu harimau bernama Boy yang menjadi fokus perhatian Suprianda.
Dedikasi Suprianda
Suprianda telah bekerja bersama majikan (AS) selama enam tahun, memulai dari pekerjaan jaga parkir hingga menjadi pekerja harian dan merangkap sebagai penjaga harimau. Dedikasinya terhadap pekerjaannya menjadi nilai tambah yang diakui oleh majikan.
“Dia mulai dari jaga parkir di tempat Gym sampai sekarang ini dia sebagai OB dan merangkap jaga hewan itu,” ungkap Suwarni.
Harapan untuk Keadilan
Keluarga Suprianda berharap bahwa tragedi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh majikan (AS) dan mengharapkan dukungan finansial untuk pendidikan anak-anak yang ditinggalkan. Harapan ini mencerminkan kebutuhan akan keadilan bagi keluarga yang kehilangan tulang punggung keluarga mereka.
Sebelum meninggal dunia, Suprianda selalu bergurau dengan keluarga kecilnya. Hal ini tak biasa. Dia kerap mencuci kendaraan bermotornya dan berkata agar keluarganya merawat kendaraan tersebut. Kini, Suwarni dan anak-anaknya harus rela hidup tanpa Suprianda.
“Iya, dia bilang ini motor kesayanganku. Tolong dirawat ya kalau aku ada apa-apa. Simpan dalam rumah,” kata Suwarni.
Tragedi kematian Suprianda bukan hanya sekadar berita, melainkan kisah yang mencengangkan dan menyayat hati. Detail kronologi peristiwa, respons keluarga, dan harapan mereka menjadi sorotan dalam pemberitaan ini. Semoga pihak berwenang dapat memberikan keadilan bagi keluarga Suprianda dan memastikan bahwa tragedi serupa tidak terulang. (Pandu/Suriyatman)