BPBD Samarinda Sebut 31 Titik Banjir dan 8 Titik Longsor

KLIKSAMARINDA – Akibat hujan yang melanda kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), sejak Rabu dini hari 14 September 2022, musibah longsor terjadi di sejumlah titik.
Tidak hanya longsor, musibah banjir juga melanda Samarinda. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda mencatat ada 31 titik banjir yang terjadi di kota Samarinda.
Menurut Kepala BPBD Kota Samarinda, Suwarso, berdasarkan hasil mitigasi, terdapat 31 titik banjir dan 8 titik longsor serta satu titik pohon tumbang di Samarinda.
“Banjir hampir merata terjadi di Samarinda. Kali ini, ada 31 titik banjir. Kemudian longsornya ada 8 titik. Bahkan ada satu kejadian longsor yang memakan korban jiwa di Pelita 4 Kecamatan Sambutan,” ujar Suwarso.
Suwarso juga menerangkan, penyebab banjir dan longsor kali ini karena curah hujan cukup tinggi. Hujan deras terjadi sejak pukul 01.00 WITA malam sampai pukul 04.00 WITA.
Kemudian gerimis turun hingga subuh sekitar pukul 05.30 WITA.
Disinggung mengenai banjir susulan di sejumlah tempat, Suwarso mengatakan meski pasang air Sungai Mahakam, namun tidak ditambah dengan peningkatan debit air yang keluar dari Bendungan Benanga.
Sebelumnya, Tim gabungan TNI Polri bersama Tim Basarnas dan BPBD Kota Samarinda melakukan pencarian korban yang tertimpa longsoran tanah di Jalan Apel, Pelita 4, Kecamatan Sambutan, Rabu 14 September 2022.
Proses evakuasi korban berlangsung selama 3 jam. Tim gabungan melakukan evakuasi secara hati-hati untuk memastikan posisi jenazah korban.
Petugas pun harus menyemprotkan air ke lumpur agar mempermudah pencarian korban tertimpa longsor.
Korban kemudian berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian. Longsor tersebut terjadi usai hujan yang turun sejak Rabu dini hari, pukul 01.00 WITA.
Akibatnya, tebing yang berada di sebelah kanan rumah yang ditempati korban runtuh dan menimpa korban yang sedang berada di dalamnya.
Akibatnya korban yang tidur di ruang tamu ikut tertimpa material lumpur dan mterial rumah korban.
Menurut kesaksian warga sekitar, Tunggul Sianipar, hujan deras yang terjadi sejak pukul 02.00 dini hari membuat dirinya dan keluarga tidak mengetahui jika tebing di samping rumah yang didiami Burhandin runtuh.
Tunggul Sianipar baru mengetahui kejadian longsor saat melihat keluar rumah. Saat itulah Tunggul Sianipar mengetahui rumah yang didiami Burhanudin sudah runtuh.
“Saya bangun jam 4. Saya bangun karena mati lampu. Saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya lihat sudah roboh. Kita tidak lihat. Posisi korban sendiri,” ujar Tunggul Sianipar.
Masyarakat menilai banjir merupakan bencana terbesar saat ini. Pasalnya, biasanya air yang melintas di jalan atau merendam rumah warga hanya berlangsung singkat. Namun kali ini air bertahan cukup lama.
Seorang warga Gang Kenanga 1 Samarinda, Erna mengatakan, banjir yang terjadi sejak dini hari merupakan banjir terparah sejak 4 tahun terakhir.
“Tadi setengah lima sudah segini. Terus setengah enam bertambah. Ini yang paling tinggi. Saya tinggal di sini 3 tahun ngontrak,” ujar Erna.
(Suriyatman)