Legislator Samarinda Sebut Momentum Kenaikan BBM Tidak Pas Karena Masih Recovery
KLIKSAMARINDA – Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis bensin Pertamax (RON 92) resmi mengalami kenaikan, Jumat, 1 April 2022, pukul 00:00 waktu setempat.
Sebelumnya, harga Pertamax kisaran Rp9.000 hingga Rp9.400 per liter. Kini, harganya naik di kisaran Rp12.500 sampai Rp13.500 per liter.
Menanggapi kenaikan harga Pertamax oleh PT Pertamina itu, Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda, Subandi mengaku menerima banyak keluhan warga. Keluhan itu disampaikan warga langsung kepada dirinya.
Beberapa di antaranya bahkan langsung menghubungi Subandi melalui telepon.
“Hari ini saya banyak mendapat keluhan dari masyarakat. Bahkan ada yang nelepon saya,” ujar Subandi saat dihubungi media ini melalui telepon seluler pada Jumat 1 April 2022.
Kenaikan harga Pertamax dari Rp9.200 menjadi Rp13.500 per liter ini dirasa Subandi sangat tinggi. Kenaikan harga BBM Pertama itu semakin terasa karena dilakukan di era pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
“Pandemi belum berakhir. Tapi pemerintah malah menaikkan harga BBM. Momentumnya kurang pas lah di saat kita fokus pada recovery ekonomi,” ujar Subandi.
Menurut Subandi, tak cukup alasan bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Seharusnya pemerintah, imbuh Subandi, bisa mencarikan solusi dan cara yang lain jika hanya untuk menutupi defisit APBN atau kepentingan apapun itu.
Tetapi menurut Subandi, jangan sampai kemudian justru langkah menaikkan harga BBM yang menjadi jalan keluar dari permsalahan tersebut.
“Meskipun, kita paham bahwa Pertamax itu dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke atas. Mungkin argumentasi pemerintah seperti itu. Tapi jangan salah, menengah ke bawah juga banyak yang menggunakan Pertamax,” ujar Subandi.
Oleh sebab itu, Subandi menilai bahwa pengambilan keputusan kenaikan harga BBM Pertamax di April 2022 ini kurang tepat. Kondisi kenaikan harga ini juga terjadi jelang beberapa hari masyarakat menyambut bulan suci Ramadan.
“Yang jelas kenaikkan ini momentumnya tidak pas dan belum tepat. Biar gimana pun, masyarakat, sektoril dunia usaha dan lain-lain masih dalam situasi menuju recovery. Belum pulih seutuhnya setelah sekian lama pandemi. Saya tidak setuju terhadap kenaikan ini,” ujar Subandi. (Pia-02/Adv)