FokusNews

Kapal Dari Sulawesi Berhenti Operasi, Pangan Samarinda Aman?

KLIKSAMARINDAKapal KM. Prince Soya bersandar di Pelabuhan Samarinda, Kamis 9 April 2020. Kapal ini datang dari Pelabuhan Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Ada yang tampak berbeda dengan kedatangan kapal Prince Soya kali ini. Selain mendapatkan pengawalan dari sejumlah aparat dan petugas kesehatan, kapal yang bersandar pada pukul 13.10 WITA ini tidak mengangkut penumpang.

Kedatangan KM Prince Soya di Pelabuhan Samarinda ini terlambat hampir 4 jam. Kapal jenis Roll Of Roll On (Roro) berkapasitas 1700 penumpang ini hanya mengangkut barang logistik dan 29 anak buah kapal.

Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dibantu aparat TNI dan Polri beserta jajaran Pelindo melakukan pengecekan kesehatan terhadap para ABK sesuai himbauan dari Pemerintah Kota Samarinda untuk mencegah penyebaran Covid-19 atau virus corona di kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Seluruh ABK dinyatakan dalam kondisi sehat.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda, Dwi Yanto mengatakan KM Prince Soya menjadi kapal terakhir yang akan melayani operasional penumpang dan barang dari Pare-pare ke Samarinda. Menurut Dwi Yanto, pemerintah tidak dapat berbuat banyak dengan adanya keputusan yang dilakukan operator. Dwi Yanto menambahkan, tindakan operator kapal sudah sesuai dengan instruksi Wali Kota Samarinda.

Dwi Yanto juga menambahkan, ada pelbagai persoalan jika kapal pengganti disediakan. Pertama, adanya keterbatasan draf karena masuk alur sungai. Kedua masalah ketinggian kapal karena kena Jembatan Mahkota.

Ketiga, persoalan break even point (BEP) jika kapal dari jalur lain menggantikan kapal yang ada pada saat ini. Artinya, pemerintah perlu memperhitungkan penghentian sementara operasional kapal di Pelabuhan Samarinda karena karakter pelabuhan sungai bukan laut lepas.

“Karena itu keputusan operator, kita tidak bisa memaksa. Untuk mencari kapal pengganti, agak susah. Apalagi mengingat alur Sungai Mahakam yang seperti ini tidak memungkinkan untuk dilayari kapal besar,” ujar Dwi Yanto.

Jika hanya melayani angkutan barang dan logistik, pengelola kapal di Pelabuhan Samarinda mengeluh. Pasalnya, biaya ongkos angkut barang yang selama ini dilakukannya tidak sebanding dengan biaya operasional kapal.

Pemilik KM Prince Soya di dermaga Pelabuhan Samarinda, Haji Saraping mengatakan para operator pelayaran swasta sudah sepakat untuk berhenti beroperasi mulai hari ini, Kamis 9 April 2020. Penghentian ini ini dilakukan karena biaya yang dikeluarkan sudah tidak sebanding dengan biaya operasional kapal.

Menurut Saraping, pengakutan kali ini adalah mengangkut hasil bumi seperti sayuran dan beras ke Samarinda. Pengangkutan juga dengan alasan upaya membantu para petani di Sulawesi menjual hasil bumi di Kota Tepian.

“Lebih baik saya istirahat dahulu. Rugi, Pak. Ini paling tinggi Rp40 juta. Minyaknya PP (pulang-pergi 180. Saya mau kerja, tapi ya jangan diobok-obok terus. Biar 4 bulan gak jalan, dari Sulawesi masih cukup berasnya,” ujar Saraping. (Jie)

Back to top button
DMCA.com Protection Status