Wawali Rusmadi Apresiasi Pelajar Samarinda Yang Membatik Gunakan Kain 54 Meter

KLIKSAMARINDA – Memperingati Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2022, ratusan pelajar SMA Islam Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) memecahkan rekor membantik terpanjang di Kaltim.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Lembaga Pelatihan dan Keterampilan (LPK) Atiqna, Minggu, 2 Oktober 2022.
Dengan menggunakan canting dan kuas, para siswa terlihat menggoreskan lilin ke permukaan kain putih yang sebelumnya sudah digambar. Perlahan-lahan para pelajar ini mengikuti pola yang sudah ada.
Meski terlihat kaku karena sebagian siswa baru pertama kali menggunakan canting, namun semangat mereka menumbuhkan rasa kebanggaan untuk mempertahankan batik sebagai warisan dunia yang ditetapkan Unesco.
Tidak hanya ratusan siswa dan siswi SMA Islam, turut dalam kegiatan tersebut Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim, Muhammad Faisal.
Kedua pejabat tersebut turut menggoreskan lilin dan canting sebagai tanda ikut mencintai batik sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia.
Menurut Wawali Samarinda, Rusmadi, kegiatan ini menjadi satu kebanggaan bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Menurut Wawali Rusmadi, batik telah menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
Batik telah ada sejak kerajaan Majapahit dan menjadi gambaran peradaban Nusantara.
Selain itu, menurut Wawali Rusmadi, membatik bukan hanya urusan tentang mencanting.
“Yang saya pakai ini adalah hasil produk lokal. Tentu kita harus bangga dengan batik yang diproduksi oleh usaha kecil menengah yang ada di Samarinda. Saya bangga menggunakan produk nasional dari Samarinda,” ujar Wawali Rusmadi.
Tidak hanya membatik, kegiatan memperingati Hari Batik Nasional yang rutin setiap tanggal 2 Oktober ini juga menghadirkan fashion show yang dilakukan para siswa dan siswi.
Dengan menggunakan batik, kegiatan ini diharapan meningkatkan eksistensi para siswa dan siswi di sekolah dalam memajukan sekolah sehingga dapat terus ditingkatkan.
Makna dari keselarasan pola dan warna pada batik juga menjadi motivasi sekolah dan siswa yang dapat saling berkolaborasi dengan baik dalam peningkatan prestasi.
Menurut Kepala Diskominfo Kaltim, Muhammad Faisal, kegiatan ini diharapkan jadi awal dari sekolah sekolah di Kaltim untuk memperkenalkan budaya membatik kepada para siswanya.
Alasannya bukan hanya mempertahankan batik sebagai budaya asli Indonesia dan mendapat pengakuan dunia. Lebih dari itu, kegiatan ini sebagai bagian dari upaya turut mempertahankan budaya Indonesia sehingga para pelajar bisa membatik dengan baik dan benar.
“Batik itu filosofinya di situ ada cerita di balik batik itu. Kalau gak ada cerita, bukan batik namanya. Abstrak namanya. Memang bukan dari sini asalnya batik. Tapi perkembangan potensi pasarya bagus di sini. Orang rata-rata, kan merasa bangga kalau memakai corak atau model yang khas,” ujar Muhammad Faisal.
Seorang pelajar SMA Islam Samarinda, Fatimah, mengatakan meski susah karena baru pertama kali membatik, namun dirinya senang bisa mencoba membatik bersama dengan rekan-rekan sekolahnya.
“Susah sih membatik menggunakan canting. Tapi senang bisa mengenal proses membatik,” ujar Fatimah.
Kegiatan membatik ini menggunakan kain sepanjang 54 meter. Gambar pola batik dilakukan sendiri oleh para siswa dan tamu undangan yang terbagi menjadi 25 kelompok.
Masing-masing kelompok berjumlah 9 hingga 10 orang. Kegiatan membantik ini tidak hanya melalui metode canting. Pun membatik dengan memakai kuas dan batang pohon. (Sur/Adv/PemkotSamarinda)