Sport

FIFA Batalkan Piala Dunia U-20 Indonesia, Pengurus Sepakbola Daerah Kecewa

KLIKSAMARINDA – Pembinaan atlet sepakbola usia dini masih terus dilakukan oleh PSSI. Tak terkecuali PSSI Kaltim dan tim Liga 1 Borneo FC Samarinda.

Pembinaan usia dini ini merupakan upaya untuk mencari bibit unggul atlet sepakbola di daerah untuk ajang pekan olah raga nasional (PON). Selain itu, pembinaan ini untuk menghadapi seleksi Tim Liga 1 Borneo FC.

Bentuk pembinaan atlet usia dini ini antara lain melalui turnamen Nabil Husien Cup 2023. Tunrmane ini berlangsung di Training Center Borneo FC Samarinda, Sempaja.

Turnamen ini dimulai sejak Sabtu 25 Maret 2023 lalu. Ikut sebagai peserta sebanyak 16 tim.

Peserta tersebut antara lain, 11 tim dari Samarinda, 3 tim dari Balikpapan, satu tim dari Bontang, dan satu tim dari luar daerah Kalimantan Timur (Kaltim).

Meski melakukan pembinaan atlet sepakbola usia dini, namun upaya ini akan sia-sia jika FIFA sebagai federasi sepakbolainternasional menjatuhkan sanksi dan membanned sepak bola Indonesia akibat pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023.

Manajer Tim Borneo FC Samarinda, Dandri Dauri berharap pemerintah dan juga PSSI maupun LOC bisa berkoordinasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA. Dandri Dauri juga meminta agar PSSI segera berkonsolidasi dan menuntaskan pekerjaan yang ada.

Selain itu, Dandri Dauri mengkhawatirkan keberlanjutan sepakbola Indonesia. Pasalnya, jika sanksi FIFA dijatuhkan, sepak bola Tanah Air bakal terdampak.

Dandri Dauri mencontohkan beberapa dampaknya, yaitu para pemain terbaik Indonesia bakal kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional. Menurut Dandri Dauri, hal itu pernah terjadi pada periode 2015-2016.

Kala itu, Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA dan dikucilkan dari pentas sepak bola internasional.

Dalam penilaian Dandri Dauri, masalah PSSI yang menjadi perhatian FIFA tak hanya berkaitan dengan kedatangan Tim Israel saja. Masalah lainnya antara lain berkaitan dengan infrastruktur.

Karena itu, Dandri Dauri berharap sepak bola Indonesia bisa jauh lebih baik lagi ke depan.

“Karena kita takut betul-betul terkena kita juga. Jangan sampai di-banned. Percuma. Kita jangka panjang kontrak pemain seperti apa? Terakhir, masalah-masalah lain yang luar biasa terjadi imbas ini. Kita contoh Covid kemarin. Distop. Salah satu contoh yang terjadi di Persija. Tidak tahu gimana, tetap harus dibayar secara full gaji seorang pemainnya,” ujar Dandri Dauri, Kamis, 30 Maret 2023 kemarin.

Mantan pelatih PON Kaltim, Rahmad Hidayat, juga turut memberikan komentarnya atas persoalan pembatalan Piala Dunia U-20 Tahun 2023 di Indonesia. Menurut Rahmad Hidayat, pembatalan tersebut membuat mimpi melihat Indonesia berprestasi semakin jauh.

Rahmad Hidayat menilai, peluang anak-anak muda Indonesia dalam berlatih untuk mendapatkan prestasi yang terbaik melalui ajang Piala Dunia menjadi sia-sia dan menjadi kesedihan semua pencinta sepakbola Indonesia.

“Sangat kecewa sekali. Pembinaan yang selama ini lewat seleksi dari tingkat kabupaten sampai provinsi hingga tingkat nasional, kami antarkan mereka tujuannya untuk itu. Kerja keras kita sebagai pelatih kita meleset. Ini artinya sia-sia. Kami bagaimanalah usahanya kalau memang bisa tetap kita bisa mengadakan itu,” ujar Rahmad Hidayat.

Bagi pemain muda sepak bola, pembatalan Piala Dunia U-20 Indonesia juga menjadi satu hambatan bagi mereka untuk berkembang lebih baik lagi.

Pasalnya, penampilan Indonesia di ajang piala dunia akan menjadi ajang promosi talenta muda Indonesia. Banned FIFA juga dianggap menutup peluang anak-anak muda Indonesia agar bisa bermain di klub-klub luar negeri.

Pemain SSS Kutai Kartanegara, M Rico Gubran (19) yang menjadi peserta turnamen Nabil Husein CUP di Samarinda mengatakan, sebagai pemain muda dirinya kecewa atas batalnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Selain gagal melihat langsung pemain-pemain muda dari negara lain tampil di piala dunia secara langsung, pembatalan piala dunia U-20 2023 di Indoneisa mengancam kelangsungan sepak bola Indonesia.

“Saya sih kecewa karena bakat-bakat muda Indonesia terkubur mimpinya. Ibaratnya, latihan lama-lama, ya, hasilnya gak ada. Begitu piala dunia dibatalkan, kecewa,” ujar M Rico Gubran.

Masyarakat Indonesia tetap mendukung pengembangan sepakbola. Pembinaan yang dimulai dari bawah, termasuk di Samarinda melalui Turnamen Nabil Husein Cup selama bulan suci Ramadan, juga merupakan keseriusan daerah untuk mencari bakat bakat muda di tingkat Kaltim.

Turnamen yang mendatangkan pelatih Iwan Setiawan untuk menyeleksi dan memilih pemain meupakan upaya yang tidak main-main.

Namun, upaya tersebut justru seolah runtuh setelah FIFA melakukan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023.

Para pihak berharap peristiwa itu menjadi pelajaran bagi PSSI dan pemerintah untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia agar bisa berkiprah di kancah dunia. (Suriyatman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status