Aksi Kamisan Kaltim Tuntut Pemerintah Tuntaskan Kasus Tragedi Kanjuruhan
KLIKSAMARINDA – Aksi Kamisan Kaltim menyampaikan tuntutan kepada pemerintah untuk menyelesaikan kasus tragedi Kanjuruhan. Gabungan para aktivis Kaltim ini menyatakan bahwa hingga saat ini, 1 Oktober 2023, kasus tersebut masih menyisakan persoalan.
Dalam Aksi Kamisan Kaltim, Minggu 1 Oktober 2023 di sejumlah lokasi di Samarinda, para aktivis Kaltim menggelar unjuk rasa sekaligus mengenang tragedi Kanjuruhan. Para aktivis membentangkan spanduk bertuliskan “Jangan Pura-Pura Lupa Tuntaskan Tragedi Kanjuruhan.”
Juru Bicara Aksi Kamisan Kaltim, Yuni, menerangkan dalam siaran pers 1 Oktober 2023, ada keganjilan dalam proses hukum dimana yang diadili adalah aktor-aktor lapangan, bukan penentu kebijakan.
“Dilihat dari hukuman yang dijatuhkan, pengadilan atas kasus atau tragedi Kanjuruhan juga tidak benar-benar berpihak pada korban, keluarga korban dan masyarakat sepakbola. Kejadian yang mempermalukan sepakbola Indonesia di mata dunia, ternyata juga diselesaikan secara memalukan,” ungkap Yuni.
Karena itu, Aksi Kamisan Kaltim menyatakan beberapa penyataan sikap merespon penanganan kasus Tragedi Kanjuruhan kepada pemerintah.
“Pertama, Presiden Joko Widodo dan PSSI untuk menunjukkan ketegasan, kembali membuka kasus ini untuk penyelesaian yang tuntas sampai ke aktor intelektual atau pelaku dalam level yang tinggi.
Kedua, kasus ini ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat.
Ketiga, Komisi Yudisial dan Badan Pengawas Mahkamah Agung memeriksa majelis hakim yang mengadili kasus ini.
“Jika Tragedi Kanjuruhan hanya dibiarkan seperti saat ini maka kasus ini akan menambah panjang daftar pelanggaran HAM yang tak terselesaikan.
Dan kita terus membiarkan para pelaku pelanggaran HAM terus menikmati kekebalannya dari jerat dan tangan hukum,” ungkap Yuni.
Tragedi Kanjuruhan terjadi tepat satu tahun yang lalu, 1 Oktober 2023 usai pertandingan sepakbola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur.
Tragedi Kanjuruhan menelan kurban jiwa sebanyak 135 dan 96 berat dan luka 484 luka ringan.
Peristiwa ini terjadi akibat personel Brimod dan Sabhara Polres Malang yang ditempatkan untuk pengamanan dilengkapi dengan gas air mata.
Satuan Brimod didiga menggunakan multismoke projectile sementara Sabhara menggunakan single amunisi.
Aparat keamanan melakukan respon berlebihan atas aksi sejumlah penonton yang turun ke lapangan setelah pertandingan. Padahal turun ke lapangan adalah tradisi yang biasa dilakukan.
Namun aparat keamanan merespon dengan kekerasan yang kemudian memancing emosi penonton lain. Keadaan ini kemudian direspon dengan penembakan gas air mata oleh personel Brimob dan Sabhara.
Dari fakta yang dikumpulkan termasuk yang diperoleh dari CCTV yang berada di Stadion Kanjuruhan, kejadian bukan merupakan kerusuhan yang dipicu oleh aksi brutal penonton.
Penggunaan gas air mata yang dimaksudkan untuk menenangkan penonton justru menjadi kekerasan yang memicu jatuhnya ratusan korban.
Penonton menjadi panik akibat tembakan gas air mata yang bertubi-tubi, sehingga berlarian ke pintu keluar lalu saling berhimpitan.
Dalam proses selanjutnya ada 5 terdakwa yang disidangkan atas kasus ini. Mereka adalah AKP Has Darmawan (Danki III Brimob Polda Jawa Timur), Kompol Wahyu Setyo Pranoto (Kabag Ops Polres Malang), AKP Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang), Abdul Haris (Ketua Panpel Pertandingan Arema FC), dan Suko Sutrisno (Security Officer).
Kelimanya telah dijatuhi vonis hukuman antara 1 tahun hingga 1 tahun 6 bulan. Sebuah hukuman yang terlalu ringan untuk derita dan lara serta duka lainnya yang dialami oleh keluarga korban juga masyarakat pecinta sepakbola.
Aksi Kamisan Kaltim menilai, bahwa sidang terhadap kasus atau tragedi Kanjuruhan juga tidak mengungkap aktor lainnya yang lebih tinggi, yang mestinya ikut bertanggungjawab.
“Oleh karena itu kami menganggap bahwa sejak semula proses hukum dan proses lainnya atas kasus ini tidak sungguh-sungguh menunjukkan keseriusan untuk mengungkap secara tuntas kasus ini. Proses hukum seolah-olah bertujuan untuk melindungi pelaku kejahatan sesungguhannya dalam Tragedi Kanjuruhan,” demikian siaran pers Aksi Kamisan Kaltim menyatakan. (*)