KLIKSAMARINDA – Tak ada yang lain di dalam pikirannya selain memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dialah Husen Isnansyah (35), seorang sopir angkot Ttrayek C di Samarinda, Kalimantan Timur.
Sopir angkutan kota warna biru di Kota Tepian ini kini hanya menjadi juru parkir di pojok sebuah bank di Jalan M. Yamin, Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara. Husen Isnansyah tak lagi memegang setir angkotnya karena dia telah menjual kepada pedagang besi tua.
Husen Isnansyah menjalani nasibnya itu sejak awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Kala itu, jumlah penumpang dan pendapatan dari angkotnya menurun drastis.
Dengan kondisi ekonomi yang terpuruk, Husen Isnansyah harus membiaya istri dan dua anak perempuannya. Kondisi itu makin parah sejak penerapa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Setelah penumpang turun drastis, mau gak mau saya jual angkot di tempat besi tua. Uang hasil angkot tidak mencukupi biaya sehari-hari dan perbaikan. Itu pun susah jualnya. Makanya jual ke besi tua saja,” ujar Husen Isnansyah di lokasi jaga parkir di Jalan M. Yamin, Jumat 20 Agutu 2021 lalu.
Meski telah menjual angkot miliknya, Husen Isnansyah teekadang maih menarik angkot jika rekannya yang istirahat. Husen Isnansyah juga diminta untuk menjadi sopir ambulance.
Dari pekerjaan itu, Husen Isnansyah tetap memberikan nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya..
“Alhamdulillah, istri saya juga bekerja sebagai asisten rumah tangga,” ujar Husen Isnansyah.
Husen Isnansyah bukan satu-satunya sopir angkot yang mengalami keterpurukan. Kondisi serupa juga dialami oleh teman-teman sopir angkot lainnya,
Menurut Husen Isnansyah, banyak dari mereka tak mampu membayar uang sewa rumah. Beberapa di antaranya hanya bisa tidur di dalam angkot sendiri. Beberapa sopir lainnya malah memulangkan istri dan anak ke kampung halaman.
“Kalau yang ada anak istri, ya dipulangkan ke kampung. Tadi juga ada teman yang kehabisan bensin. Pinjam uang. Karena teman, saya kasih. Tapi, ya tidak banyak. Karena memang saya masih dipercaya teman-teman sebagai Sekjen Orgatrans dan Forum Gabungan Sopir Samarinda dan Truck,” ujar Husen Isnansyah.
Husen Isnansyah menambahkan, penghasilan dari juru parkir terhitung lumayan. Setelah dipotong setoran, dirinya bisa mendapatkan penghasilan Rp50-60 ribu per hari dari hasil jukir.
“Iya, setor sama yang punya parkiran, kalau jaga setengah hari dapatnya tidak tentu sekitar Rp 90-100 ribu. Itu langsung saya setor, dan saya kasih, biasanya Rp50-60 ribu,” ujar Husen Isnansyah.
Husen Isnansyah memiliki harapan dalam kondisi saat ini, setidaknya perhatian dari pemerintah bagi para sopir angkot ini.
“Dulu memang pernah didata sama Dishub untuk diberikan sembako. Tetapi sampai sekarang tidak ada, sudah hampir setahunan. Waktu itu pun dapat dari Polresta Samarinda. Itu dibagi-bagi lagi ke sopir lainnya. Malah justru saat ini yang lebih mendapat perhatian dari driver online. Ya kami berharap juga bisa sama seperti itu,” ujar Husen Isnansyah. (Jie)