Milenial Kreatif Ada Dibalik Majunya Rusmadi di Pilwali Samarinda?
Pemilihan walikota dan wakil walikota Samarinda bukan cuma urusan orangtua.
TAHUN depan, masyarakat Samarinda akan memilih pemimpin anyar Kota Tepian untuk lima tahun mendatang. Namun, hingar bingar politiknya sudah terjadi sejak sekarang. Menariknya, pilwali Samarinda kini tak lagi membosankan.
Penggeraknya bukan lagi orang-orang tua yang duduk di partai politik. Mereka yang turun gunung menggalang suara dan mencari tokoh terbaik untuk kota tercinta adalah kaum muda.
Salah satunya adalah #KawalRusmadi. Gerakan ini resmi berdiri Kamis 10 Oktober 2019. Mulanya adalah gerakan relawan Rusmadi pasca Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur dan Pemilihan Legislatif.
Namun dalam perjalanan, beberapa relawan mulai berinisiatif membangun kampanye kreatif dengan mengandalkan sumber daya manusia yang tergabung dalam gerakan ini. Aksi mereka cukup kreatif lantaran memanfaatkan teknologi di sejumlah platform untuk menggalang dukungan.
Web/situs www.kawalrusmadi.com merupakan satu dari sekian karya yang resmi mereka rilis Senin 28 Oktober 2019 kemarin, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Di hari yang sama, mereka juga merilis video animasi berdurasi 2 menit 47 detik yang menceritakan masa kecil Rusmadi hingga kini.
Dalam wawancara via surel yang dilakukan Klik Samarinda, kreator #KawalRusmadi yang enggan namanya disebutkan menyatakan, proses pembuatan video animasi tersebut dikerjakan oleh anak-anak muda selama sepekan.
Pun termasuk konsep serta narasi yang digunakan. “Semua gaya anak muda, karena yang mengerjakannya juga anak muda. Konten berat seperti ini memang harus dikemas dengan rileks,” tulisanya dalam surel.
Baginya, ekosistem kampanye kreatif di dunia maya harus intens disuarakan. Ini agar para pendukung masing-masing calon tidak terjebak pada isu-isu kontraproduktif yang justru menimbulkan skeptis dan pesimisme di masyarakat.
“Kita tahu bagaimana konten politik di sosial media sifatnya sangat attacking ke calon atau pendukung lain. Ini yang harus dihindari,” bebernya.
Polarisasi yang mereka lakukan dalam jaringan relawan #KawalRusmadi diakui berjalan secara organik, menyebar dari satu broadcast ke broadcast lainnya, hingga akhirnya banyak yang terlibat.
“Untuk penggarapan konten, kami memang sering ketemu dan diskusi. Tapi bukan di ruang publik. Semua yang kami lakukan muaranya cuma satu; agar Samarinda ini lebih baik,” tulisnya. (*)