Fashion Statement Rusmadi; Kets dan Jeans
Politik busana bukan barang baru di Indonesia. Rusmadi Wongso melakukannya saat mendeklarasikan diri maju di Pemilihan Walikota Samarinda.
BAJU hem kotak-kotak sangat identik dengan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di pemilihan gubernur Jakarta 2012 lalu. Di Pemilihan Presiden 2014, motif pakaian itu masih menjadi pilihan mantan walikota Solo tersebut untuk menarik atensi massa ketika berpasangan dengan calon wakil presiden Jusuf Kalla.
Di Pilpres 2019, politik busana kian masif digunakan. Selain dominasi warna putih di kubu 01 dan 02, kemunculan calon wakil presiden Sandiaga Uno menjadi fenomena tersendiri.
Cobalah perhatikan cara Sandiaga dalam berbusana. Ia sering kali menggunakan busana nonformal; kaos oblong, kaos berkerah, hingga mengenakan kemeja dengan lengan digulung pada momen penting pengambilan nomor urut calon presiden-calon wakil presiden.
Sekilas, busana Sandiaga memang tampak biasa saja. Akan tetapi jika diperhatikan lebih jauh, busana itu bermakna politis.
Vanessa Friedman, dalam tulisan berjudul When Politics Become a Fashion Statement, menyatakan bahwa untuk mengatakan kepada orang lain tentang apa yang diyakini, cara paling sederhana dan paling kuat untuk melakukan itu adalah melalui apa yang dikenakan.
Di Amerika Serikat, Hillary Clinton beberapa kali tampil dengan mengenakan setelan putih Ralph Lauren ketika sedang berpidato. Warna putih sendiri kerap diidentikkan dengan hak-hak perempuan.
Disebutkan para aktivis Amerika seperti Gloria Steinem dan Betty Friedan sering mengenakan pakaian putih tersebut untuk menyuarakkan hak-hak perempuan pada 1978. Busana Hillary seperti ingin berpesan bahwa ia berpihak pada kaum perempuan Amerika.
Kontributor Forbes AJ Agrawal berpendapat, kadang-kadang menjadi santai dalam pengaturan yang tepat, membantu seorang kandidat politik lebih mudah didekati. Ia mengatakan para politisi yang mengenakan pakaian santai dalam suasana formal berhasil mencitrakan diri mereka sebagai orang biasa sehari-hari.
Kets dan Jeans Jadi Pilihan
Baju hem putih, kets, dan jeans semi belel krem. Tiga fashion item itu dipilih Rusmadi saat deklarasi maju di Pemilihan Walikota Samarinda 2020, Senin 28 Oktober 2019, di Cafe Pyramid, Jalan Dahlia.
Meski tidak mengenakan sweater, penampilan Rusmadi kemarin memang berbeda 180 derajat dibanding sebelumnya. Ketika Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur dan Pemilihan Legislatif, Rusmadi lekat dengan imej peci hitam dan baju hem merah. Pun saat di lapangan, sepatu pantofel tak pernah lepas dari kakinya.
Politik busana yang digunakan Rusmadi memang sudah terasa di sosial media. Salah satunya adalah penggunakan karikatur wajah Rusmadi yang mengenakan hem putih dan sweater hitam. Tampilan ini bahkan juga menjadi wajah utama web/situs wwww.kawalrusmadi.com yang dipelopori kalangan milenial Samarinda.
Ditanya soal ini, Rusmadi mengaku perubahan penampilan itu merupakan saran dari sang istri, Sherly Warsita Rusmadi. “Tapi yang pasti ini dari istri yang ingin saya tampil apa adanya seperti warga biasa,” katanya, saat ditanya Klik Samarinda, kemarin.
Bagi Rusmadi, penampilan seperti ini memudahkan dirinya untuk berinteraksi secara langsung kepada masyarakat. Terutama kalangan milenial. “Kelihatan jelas perbedaannya kalau saya berinteraksi dengan masyarakat jika pakai baju safari, celana kain, dan pantofel,” jelasnya. (*)