Harga Ikan di Samarinda Mulai Naik Usai Kenaikan BBM

KLIKSAMARINDA – Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak atau bbm sudah mulai terasa oleh sejumlah nelayan di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Para nelayan mengurangi aktivitas melaut akibat harga bbm meningkat.
Dampak turunannya pasokan ikan yang masuk ke Samarinda menjadi berkurang. Hal tersebut terlihat di Tempat Pelelangan Ikan Selili, Jalan Pesut Samarinda.
Pada Minggu, 11 September 2022, TPI Samarinda terlihat lengang. Sebelumnya, TPI tersebut yang melayani 3 wilayah di Kaltim ini, yaitu Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kartanegara (Kukar), ini selalu padat pembeli.
Di sejumlah lapak nelayan, tidak terlihat ikan yang dilelang. Sejumlah boks es bahkan kosong dan dipindahkan ke tempat lain.
Sejumlah pembeli pun kesulitan memilih ikan karena pasokan ikan yang datang harganya mahal.
Akibatnya para pembeli khawatir ikan yang dibelinya tidak laku dijual ke masyarakat karena harganya tinggi.
Sejumlah komoditi ikan laut mulai mengalami kenaikan. Misal, ikan tongkol.
Tadinya ikan tongkol ada di kisaran harga Rp25 ribu per kilogram. Saat ini, harga ikan tongkol menjadi Rp29 ribu-Rp30 ribu per kilogram.
Begitu juga harga ikan ekor kuning ukuran sedang. Sebelumnya, harganya Rp30 ribu per kilogram. Kini harga ikan ekor kuning sedang naik menjadi Rp50 ribu per kilogram.
Sejumlah pedagang mengaku, harga ikan yang meningkat akibat nelayan tidak melaut. Harga ikan pun mahal dan saat ini terlihat stoknya banyak.
Seorang pedagang di TPI Selili, Fatimah, mengatakan, harga bbm naik dan hasil tangkapan nelayan kurang baik membuat harga ikan meningkat.
Kenaikan harga ikan tersebut terjadi karena masyarakat nelayan dan pedagang ikan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Namun menurut Fatimah, kondisi tersebut tidak signifikan karena harga ikan naik turun.
“Ini agak kurang. Harganya kembali tinggi. Itu ikan ya, kurang pasti harganya mahal,” ujar Faatimah, Minggu 11 September 2022.
Seorang pedagang ikan di pasar tradisional Samarinda, Nia, mengaku hanya bisa pasrah dengan harga ikan yang tidak menentu.
Nia terpaksa ikut mengurangi jumlah ikan yang dibelinya karena menyesuaikan dengan daya beli masyarakat.
“Kalau dibandingkan yang kemarin, naik hari ini. Mungkin pengaruh bbm naik, yah. Nelayan, kan pake bbm juga,” ujar Nia.
Para penjual ikan di Samarinda berharap, pemerintah membantu nelayan dan masyarakat untuk menstabilkan kembali harga ikan. Terutama, pemerintah dapat memberikan bantuan subsidi bbm kepada nelayan agar mereka bisa kembali melaut. (Suriyatman)