News

Susur Gang Samarinda: Gerakan Sarekat Bakar Kalori dengan Aktivitas Jalan Kaki (1)

Pandemi korona menjadi titik mulanya. Bosan melanda saat mereka tak bisa beraktivitas secara leluasa. Tujuh akamsi (Anak Kampung Sini) kemudian memutuskan berjalan kaki menjelajah jalanan Kota Samarinda.

WAHYU Musyifa (28) ingat benar momen itu; berteduh di salah satu rumah warga di Gang 10, Jalan Jelawat –Kelurahan Sidodamai, Kecamatan Samarinda Ilir. Hujan yang mengguyur Kota Tepian, menghentikan sejenak langkah mereka.

Tapi, teriakan minta tolong kemudian terdengar. Penyebabnya, ada ular sanca yang masuk ke salah satu rumah warga. Wahyu Musyifa dan rekan-rekannya, bergegas membantu dan mendatangi sumber suara. Dalam kondisi diterpa hujan dan kuyup di badan, hewan tersebut kemudian mereka tangkap bersama-sama sebelum diamankan ke dalam karung.

Momen ini hanyalah satu dari sekian pengalaman yang pernah dialami Susur Gang –sebuah gerakan hidup sehat sederhana dengan aktivitas jalan kaki keliling Kota Tepian. Semula, mereka hanya mengitari Jalan K. S. Tubun –Kelurahan Dadimulya, Kecamatan Samarinda Ulu– dari arah kanan titik kumpul. Di kemudian hari, mereka melalui jalan serupa. Tapi kali ini dari arah berlawanan.

“Waktu itu belum kami sosial mediakan (unggah di sosial media, Red.). Ini kegiatan teman-teman di tongkrongan. Karena waktu itu bosan gara-gara pandemi,” ucap Wahyu Musyifa, salah satu penggagas Susur Gang kepada KLIKSAMARINDA.COM, Minggu 13 Juli 2025.

Sebelum memutuskan berjalan kaki, dia bersama ketujuh rekannya sempat kebingungan beraktivitas disela waktu senggang. Terlebih, saat itu pandemi korona nyaris melupuhkan seluruh denyut aktivitas mereka. “Mau bersepeda, enggak ada sepeda. Jadi pilih olahraga yang murah meriah saja. Ya jalan kaki,” ujarnya. “Sepanjang jalan, kami enggak bicara soal pekerjaan masing-masing. Kami justru bahas hal-hal lain sambal mengamati apa yang kami lintasi,” timpal Wahyu Musyifa.

Dari aktivitas sepele ini, Susur Gang lalu memutuskan mempublikasikan aktivitas mereka via media sosial. Unggahan perdana mereka di Instagram @susurgangsamarinda, diposting Jumat 13 Desember 2024. Itu artinya, butuh sekira 4 tahun pasca pandemi bagi mereka untuk memutuskan melakukan syiar aktivitas ini kepada masyarakat.

Wahyu Musyifa tak menyangka, dikemudian hari, gerakan ini justru menarik perhatian masyarakat Kota Tepian. Terlebih, setiap tempat yang mereka lintasi, ada saja warga yang bertanya mengenai apa yang mereka lakukan. “Kami sering ditanya dari mana dan mau ngapain. Apalagi kalau jalan di daerah-daerah ‘Meksiko’ di Samarinda. Banyak yang perhatiin,” akunya, tertawa.

Semula, aktivitas jalan kaki ini dilakukan di trotoar dan pinggir jalan. Namun berubah menjadi menyusuri gang-gang di Kota Samarinda seiring pelbagai pertimbangan. Salah satunya adalah faktor keamanan. “Kita tahu di jalan tertentu, jalan kaki di Samarinda cukup berbahaya. Bisa berpotensi ditabrak kendaraan,” ulasnya.

Pertimbangan lain, urai Wahyu Musyifa, menjelajah gang-gang di Kota Samarinda tak sekadar memberikan rasa aman. Tetapi juga memberikan informasi dan pengetahuan baru bagi mereka. Seperti pelbagai akses jalan di sebuah gang yang dilintasi. “Masuk gang di Samarinda kan banyak tembusannya. Kami jadi tahu jalannya ke mana saja,” urainya.

Di Kota Samarinda, aktivitas jalan kaki seperti ini diakui merupakan hal baru. Namun berbeda dengan Pulau Jawa. Di sana, gerakan dan komunitas jalan kaki banyak terbentuk dengan beragam tujuan. Komunitas Pertigaan Map yang bermarkas di Kota Surabaya (Jawa Timur (Jatim) misalnya. Salah satu aktivitasnya adalah melakukan pemetaan kota hingga pasar melalui jalan kaki.

“Awalnya memang terkesan sebagai aktivitas absurd. Tapi lama kelamaan, masyarakat jadi mulai familiar dan teredukasi. Sama juga ketika eforia orang-orang bersepeda saat pandemi,” jelasnya. (Faisal Rahman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status