Konsesi Kehutanan Terbukti Bisa Berdampingan dengan Orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay Kaltim
KLIKSAMARINDA — Keberadaan Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) Alam yang dulunya dikenal sebagai perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan(HPH), terbukti dapat hidup berdampingan dengan orangutan liar.
Hal ini bisa dijumpai di konsesi PT Gunung Gajah Abadi (GGA) yang mengelola wilayah seluas 74 ribu hektare di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim). Perusahaan ini telah mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari; baik di tingkat nasional, yaitu sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, maupun di tingkat global dengan sertifikasi dari Forest Stewardship Council.
Untuk operasional perusahaan, PT GGA menerapkan metode pembalakan rendah emisi (Reduced Impact Logging-Carbon), praktik kelola ekologi, dan kelola sosial. Kawasan konsesi PT GGA merupakan bagian dari Pengelolaan Bentang Alam Wehea-Kelay seluas 532 ribu hektare, yang memiliki kawasan bernilai konservasi tinggi.
Di kawasan konsesi PT GGA, orangutan adalah spesies endemik yang menjadi komitmen bersama untuk dilindungi dalam pengelolaan kolaboratif di kawasan ini sejak 2015. Bentang Alam Wehea-Kelay dikelola para pihak yang terdiri dari lapisan masyarakat, swasta, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan lembaga swadaya masyarakat.
“Dengan menerapkan prinsip pengelolaan hutan lestari, kami berhasil mengurangi dampak negatif penebangan dan mempertahankan kelestarian flora dan fauna di dalam Kawasan,” ujar Direktur Utama PT GGA, Totok Suripto dalam “Lokakarya Pembelajaran Pengelolaan Keanekaragaman Hayati pada Konsesi PBPH Alam di Bentang Alam Wehea-Kelay”, di Samarinda, 1 Maret 2023.
Mereka bergabung dalam Forum Pengelolaan Bentang Alam Wehea-Kelay. Anggota forum yang awalnya 10 pihak, kini menjadi 23 pihak.
“Bersama forum, kami mendapatkan banyak pembelajaran dari aspek kelola ekologi. Kami pun lebih sadar tentang kekayaan hayati di wilayah perusahaan, baik dari sisi jumlah maupun pengelolaannya,” ujar Totok menambahkan.
Peningkatan kepadatan populasi orang utan
Menurut Arif Rifqi, Spesialis Konservasi Spesies Terancam Punah dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), capaian forum dalam pengelolaan keanekaragaman hayati memberi kabar positif.
“Diperkirakan, ada kenaikan nilai kepadatan orang utan di kawasan PT Gunung Gajah Abadi dan PT Karya Lestari dibandingkan baseline dari empat tahun yang lalu,” ujar Arif Rifqi yang menjadi salah satu pemateri dalam lokakarya tersebut.
Arif Rifqi menambahkan, kepadatan populasi orangutan di PT GGA meningkat 17 persen dan di PT Karya Lestari meningkat 46% dari baseline.
“Temuan ini menunjukkan bahwa praktik pengelolaan hutan lestari dalam skala bentang alam bisa menyelamatkan populasi orang utan,” ujar Arif Rifqi.
Pemantauan orang utan menggunakan metode penghitungan jumlah sarang pada transek tegak lurus (line transect). Total pemantauan sebanyak 33 jalur yang tersegmentasi dengan jarak antarjalur 4 kilometer yang mewakili luas wilayah kajian..
Area kelola PT GGA dan PT Karya Lestari adalah tempat pemantauan populasi dan orang utan di Bentang Alam Wehea-Kelay. Dua perusahaan tersebut juga anggota Forum Pengelolaan Bentang Alam Wehea-Kelay dan telah menerapkan praktik pengelolaan terbaik dalam operasi mereka.
Orang utan adalah satwa yang dilindungi baik secara nasional maupun global. Bahkan saban 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orang Utan Sedunia. Orang utan merupakan spesies payung, karena berperan dalam regenerasi hutan dengan menyebarkan biji-bijian pohon yang ia konsumsi.
Hilangnya orang utan akan mempengaruhi hilangnya spesies lain di habitat tersebut. Kera besar ini memiliki kemiripan 93 persen dengan DNA manusia, sehingga masih banyak yang dapat dipelajari dari ekologi orang utan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
“Banyak hal tentang orang utan yang belum terkuak, masih panjang perjalanan untuk mengupas peranan orang utan bagi kehidupan manusia. Tidak kalah penting, menegaskan apa peran manusia bagi orang utan” ujar Arif.
Lokakarya ini digelar untuk menyebarluaskan langkah-langkah pemegang PBPH Alam dalam menerapkan praktik pengelolaan terbaik dan dampaknya bagi keanekaragaman hayati di wilayah kerja mereka. Peserta lokakarya adalah anggota Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia di Kalimantan Timur.
“Kami adalah bukti bahwa mengelola konsesi, bisa tetap menjaga keanekaragaman hayati,” kata Totok.
Ketua Komisi Daerah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia untuk Kalimantan Timur Asrul Anwar mengatakan akan menyampaikan hasil lokakarya ke 100 anggotanya.
“Ke depannya pengelolaan hutan produksi tidak terlepas dari sisi ekologi yaitu keanekaragaman hayati,” ujarnya dalam forum yang sama.
APHI berencana untuk membuat kegiatan dan riset keanekaragaman hayati di seluruh regional. Sehingga asosiasi akan memilliki informasi yang menyeluruh dan lengkap.
“Kami berharap Kalimantan Timur, bisa menjadi pilot percontohan nasional,” kata Asrul. (Retno)