Merawat Teater Adat Hudoq Pakoq di Loa Buah Samarinda

KLIKSAMARINDA – Upaya merawat seni pertunjukan berbasis lokalitas masih tetap berlangsung di Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Satu di antaranya adalah melalui gelaran pertunjukan teater tradisi di sela ritual adat masyarakat adat Bahau Busaang Kota Samarinda, 1 Desember 2021 lalu. Pertunjukan ini ditampilkan ketika para peserta Hudoq istirahat setelah lelah menari.
Pada kegiatan Adat Hudoq Pakoq di Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda, ditampilkan pertunjukan seni peran berjudul “Pohoq dan Tukuuq”. Kisah pertunjukan ini memiliki muatan didaktis bagi masyarakat adat Dayak Bahau Busaang Samarinda.
Ceritanya, pada zaman dulu, hiduplah seorang ibu bernama Daraau dengan kedua anaknya yang sangat nakal. Kedua anaknya itu bernama Pohoq dan Tukuuq. Mereka hanya bermain sepanjang hari.
Bagi warga adat Dayak Bahau Busaang, masing-masing nama peran atau tokoh tersebut memiliki makna. Pohoq berarti penyakit koreng dan atau binatang belalang.
“Sementara Tukuuq dapat diartikan sebagai penyakit bisul. Sementara Daraau adalah nama sapaan yang sering dipakai untuk seorang ibu rumah tangga miskin dalam cerita rakyat suku Bahau Busaang,” ujar Alberta Angin Blawing, warga setempat.
Pohoq dan Tukuuq kerap bermain gasing, yang pada zamannya merupakan permainan favorit anak-anak. Saking asyiknya bermain, mereka lupa waktu dan baru pulang ke rumah jika sudah merasa lapar.
Nah, pada suatu hari, ibu Daraauu ingin menyadarkan anak-anaknya agar tidak keasyikan bermain gasing. Ketika Pohoq dan Tukuuq pulang untuk mencari makanan, keduanya hanya menemukan jala di bawah tudung.
Dan ketika membuka panci, di dalamnya hanya terdapat sebuah gasing!
Menurut Agnes Gering Belawing yang berperan sebagai Daraauu, kisah rakyat seperti ini adalah bagian dari kearifan lokal.
“Lembaga Adat Bahau Busaang Kota Samarinda, menyajikan cerita ini dengan sederhana dan gerakan lucu yang mengundang tawa penonton. Tetapi penuh pesan dan makna,” ujar Agnes Gering Belawing, Sabtu 4 Desember 2021.
Agnes Gering Belawing yang juga merupakan Kabid Pengembangan Destinasi dan Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata Samarinda ini menambahkan, seni peran ini merupakan karya khas Dayak Bahau Busaang yang juga bagian dari ritual Hudoq Pakoq.
“Jarang ditampilkan dengan runut. Tahun ini mulai digali. Mulai dari cerita, kostum, dan adegan per adegannya mengandung pesan moral dan nasehat. Tapi dalam penyajiannya harus lucu dan mengundang tawa,” ujar Agnes Gering Belawing.
Para pemeran tokoh-tokoh cerita pun bermain dengan penuh penghayatan. Martinus Nyuk yang memerankan Tukuuq dan Tobias Hanyeq yang memerankan Pohoq sama-sama beraksi dalam panggung teater rakyat itu dengan penuh totalitas.
“Selamat dan sukses untuk Panitia Pokja Adat Hudoq Tahariiq dan Hudoq Pakoq. Pengukuhan pengurus Lembaga Adat Bahau Busaang Kota Samarinda, Panitia Pokja Adat Hudoq Kawit, yang telah terlaksana dengan sukses dan lancar,” ujar Agnes Gering Belawing. (*)