Yuk, Cermati Gangguan Kesehatan Mental Pada Anak
Oleh: Katarina Suko Tri Palupi Hapsari, S. Psi, M. Si, (Psikolog RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda)
Selain kesehatan fisik anak, kesehatan mental anak juga perlu diperhatikan orang tua. Apalagi nyatanya cukup banyak masalah perkembangan mental anak di Indonesia. Sebaiknya, orang tua jangan mengabaikan perubahan yang terjadi pada anak. Apalagi jika sudah menunjukkan gejala-gejala awal tanda gangguan kesehatan mental pada anak.
Menilai kesehatan anak bukan hanya dilihat dari kondisi kesehatan fisiknya saja, melainkan juga dari tumbuh kembang anak yang sesuai dengan usianya. Dengan mental yang sehat, anak akan berkembang dan tumbuh dengan baik. Hal ini juga akan memengaruhi perkembangan perilaku anak hingga dewasa nanti.
Ada banyak hal yang bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental seorang anak. Faktor kesehatan, riwayat genetik, peggunaan obat dalam durasi yang cukup panjang, masalah saat kehamilan, dan bahkan lingkungan sekitar, seperti keluarga atau tempat bermain pun bisa menyebabkan penyakit gangguan mental.
Tidak ada salahnya, orang tua memahami apa saja jenis dari gangguan kesehatan mental pada anak yang dapat dialami. Jenis-jenis gangguan kesehatan mental anak (dilansir dari Psikologi Anak 2017, Halodoc 2018, Dinda Silviana Dewi dalam Tirto.id 2020, Fatia A Umma dalam kompasiana.com 2014 & Albertus Adit dalam edukasi.kompas 2020), yaitu terdiri dari:
1. Gangguan Perkembangan Pervasif. Gangguan ini merupakan gangguan yang nyata terlihat pada berbagai area perkembangan. Gangguan ini dapat dilihat dari tipe gangguan autisme dan gangguan asperger. Gangguan Spektrum Autisme (GSA) adalah salah satu gangguan mental pada anak karena terjadinya kelainan otak yang berdampak pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Biasanya anak yang menderita GSA akan terlihat hidup dengan dunia dan imajinasinya sendiri. Mereka tidak mampu menghubungkan emosional mereka dengan lingkungan di sekitarnya;
2. Gangguan Retardasi Mental, gangguan keterlambatan yang meluas dalam perkembangan kognisi dan fungsi sosial anak. Gangguan ini dapat didiagnosa berdasarkan skor IQ yang rendah dan fungsi adaptif yang buruk. Semua itu dapat terjadi karena faktor abnormalitas kromosom, genetis, infeksi janin ataupun penyalahgunaan obat terlarang pada ibu hamil ataupun penyebab budaya-keluarga;
3. Gangguan belajar, gangguan defisiensi pada kemampuan belajar spesifik dalam konteks setidaknya intelegensi rata-rata dan ada kesempatan belajar. Gangguan ini biasanya terdapat pada gangguan matematika, gangguan menulis, atau gangguan membaca (disleksia);
4. Gangguan Komunikasi, gangguan ini dapat terlihat pada gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa campuran resentif dan ekspresif, gangguan fonologi dan gagap;
5. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Perilaku Bermasalah, merupakan gangguan pola-pola perilaku bermasalah yang umumnya mengganggu orang lain atau fungsi sosial adaptif. Gangguan ini dapat dicirikan pada gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity), CD (Conduct Disorder atau Gangguan Tingkah laku), ODD (gangguan sikap menentang);
6. Kecemasan dan depresi, gangguan ini mencolok terlihat pada gangguan kecemasan akan perpisahan, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, depresi mayor dan gangguan bipolar. Gangguan bipolar adalah salah satu penyakit mental yang berhubungan dengan adanya faktor kelainan otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan mood dan pergeseran yang tidak lazim di tingkat energi dan aktivitas ynag dilakukan anak. Anak yang mengalami bipolar bisa mengalami episode mania atau episode depresi. Saat anak mengalami episode mania, maka anak akan terlihat memiliki banyak energi dan akan lebih aktif dari biasanya. Kemudian ada episode depresi yang akan membuat anak terlihat selalu tidak bersemangat dan membuat anak merasa sangat terpuruk pada apapun yang sedang dikerjakan. Gangguan bipolar pada anak tidak dapat disembuhkan, tetapi ibu bisa membantu anak untuk belajar mengatur perubahan mood-nya dengan baik;
7. Central Auditory Processing Disorder (CAPD) atau dikenal juga dengan istilah Gangguan Proses Auditori adalah masalah pada pendengaran yang timbul saat otak tidak bekerja secara optimal. Biasanya anak yang mengalami CAPD akan kesulitan untuk merespon suara, menikmati musik, memahami percakapan, membaca serta mengeja;
8. Gangguan Eliminasi, atau gangguan masalah pada kontrol BAK atau BAB yang persisten dan tidak dapat dijelaskan oleh sebab organik. Pada kurangnya kontrol terhadap BAK disebut Enuresis sedangkan kurangnya kontrol terhadap BAB dikenal dengan Enkopresis.
Semua jenis-jenis gangguan kesehatan mental tersebut karena terdapat faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, lingkungan ataupun perilaku dari orang tua. Gangguan tersebut membutuhkan penanganan yang lebih agar tidak menjadikan permasalahan baru.
Beberapa terapi, psikoterapi maupun konseling bisa digunakan untuk menangani gangguan kesehatan mental pada anak (Fatia A. Umma dalam kompasiana.com, 2014). Jika beberapa gejala tidak wajar sudah terlihat pada perilaku anak, sebaiknya langsung bawa anak untuk berkonsultasi dan mencari bantuan kepada psikolog (Psikologi Anak, 2017).
Referensi:
Albertus Adit. 12 Januari 2020. Kenali 15 Tanda Gangguan Kesehatan Mental Anak. https://edukasi.kompas.com
Dinda Silviana Dewi. 17 Februari 2020. Kenali Gejala Gangguan Mental pada Anak. https://tirto.id>Kesehatan.
Fatia A Umma. 01 Desember 2014. Anak perilaku normal atau abnormal?. https://www.kompasiana.com
Halodoc. 27 September 2018. Jenis Gangguan Mental Yang dapat mempengaruhi Perkembangan Anak. https://www.halodoc.com
Psikologi Anak. 18 Desember 2017. 15 Gangguan Jiwa pada Anak perlu diketahui orang tua. https://dosenpsikologi.com>